Chapter 11 - Haruskah berpisah lagi?

862 45 1
                                    

Suara langkah sepatu hak tinggi menggema di lorong UGD dan berhenti tepat di depan Yo Won yang sedang duduk sambil menundukkan kepalanya. Yo Won mendongak perlahan, memperlihatkan matanya yang sembab. Ia berdiri dan membungkuk kepada wanita yang berdiri di hadapannya.

PLAAAKKK...

Wanita itu menamparnya dengan keras. Gadis di samping wanita itu terkesiap, lalu menahannya. Sementara Yo Won diam saja, tidak bergerak sama sekali seperti patung.

"Apa yang kutakutkan akhirnya terjadi juga. Kau sudah kuperingatkan dan kau tidak mau mendengarkan. Kalau sesuatu terjadi pada anakku, itu semua salahmu!" bentak Hyun Jung.

"Hoenjang-nim..." Ga In mencoba menahan emosi Ibu Nam Gil.

"Kau... lebih baik pergi dari sini. Jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapanku dan di hadapan putraku lagi selamanya!" usir Hyun Jung.

"Maaf, tapi aku tidak mau pergi sebelum mengetahui keadaannya."

"Kau..." Hyun Jung menggeram marah saat pintu UGD terbuka dan Dokter Yoon keluar bersama perawat-perawat.

"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Hyun Jung cemas.

"Jantungnya sudah stabil. Tetapi ini hanya untuk sementara. Sepertinya dia memang butuh donor jantung. Obat-obatan dan terapi sudah tidak dapat lagi dilakukan."

"Kalau gitu operasi saja, Dok. Lakukan apapun untuk membuatnya tetap hidup," pinta Hyun Jung.

"Tidak semudah itu, Nyonya. Pasien penerima donor harus mengantri dalam daftar tunggu penerimaan donor organ. Selain itu, kita juga harus memeriksa kecocokan jantung baru dengan tubuh pasien, karena sering kali terjadi penolakan. Tetapi akan saya usahakan semaksimal mungkin. Jika tidak memungkinkan melakukannya di Seoul, mungkin dia bisa dibawa ke luar negeri saja untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik."

Ketika Dokter Yoon berjalan pergi, Yo Won mengikutinya sampai masuk ke ruang kerjanya.

"Oh, Yo Won-ssi, kau mengagetkanku. Langkahmu tidak bersuara," guyon Dokter Yoon, tetapi Yo Won tidak sedang ingin tertawa.

"Apakah jika setelah dicangkokkan dengan jantung baru, dia bisa sembuh?"

"Hm... jika jantungnya cocok, kemungkinannya delapan puluh sampai sembilan puluh persen. Tetapi belum bisa dipastikan sembuh total, masih harus menjalani banyak pemeriksaan. Tapi yang pasti dia bisa bertahan hidup lebih lama. Yah, namanya juga manusia, suatu saat pasti akan mati, tidak mungkin hidup selamanya, kan?" kata Dokter Yoon sambil menyambar gelas berisi air mineral.

"Bisakah... bisakah aku mendonorkan jantungku?"

Dr. Yoon menyemburkan airnya dan tersedak, "Apa? Kau gila? Kau tidak pernah belajar kalau donor organ itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah mati, kecuali donor ginjal,hati, dan sumsum tulang?"

Yo Won diam saja, namun hatinya berkata, "Jika aku harus mengorbankan nyawa demi membuatnya bertahan hidup, aku rela..."

~~

Ketika Nam Gil membuka mata, ia melihat ibunya duduk di sisi ranjangnya sambil menggenggam erat tangannya. Ibunya tersentak melihatnya bangun dan segera memencet tombol untuk memanggil perawat.

"Kau sudah sadar, Nam Gil-ah. Bagaimana, apa masih sakit? Apa kau haus? Kau butuh apa, biar Ibu ambilkan," kata Hyun Jung panik.

Nam Gil terenyuh melihat kepanikan ibunya. Seumur hidup ia jarang sekali melihat ibunya sepanik ini, biasanya wanita itu bisa menghandle segalanya. Ia pernah melihatnya seperti ini ketika ayahnya sakit dan meninggal. Sakit yang sama dengan dirinya.

Beberapa hari kemudian, Nam Gil sudah merasa lebih baik. Ibunya terus berada di sisinya sepanjang hari. Beberapa kali Han Ga In juga menjenguknya. Tetapi ia tidak pernah melihat Yo Won. Pasti Ibu yang melarangnya datang. Ia mencoba menghubungi lewat ponsel, tetapi ponsel Yo Won tidak pernah aktif.

"Kau sedang menelepon siapa?" tanya Hyun Jung ketika baru datang dari kantin rumah sakit.

Nam Gil hanya diam sambil tersenyum tipis.

"Kau pasti menghubungi dia. Benar kan?"

"Ibu melarangnya menjengukku?"

"Nam Gil-ah, putuskan saja dia. Bukan demi Ibu, tetapi demi dirimu sendiri dan demi kebahagiaannya. Kau tahu sendiri kondisimu seperti ini, bagaimana kau bisa membahagiakannya? Kenapa dia harus membuang-buang masa mudanya untuk mengurusi orang sakit, sementara dia bisa saja mencari pria lain yang lebih sehat."

Nam Gil terdiam, ia mulai merenungkan kata-kata ibunya.

Hyun Jung melanjutkan, "Kalau kau memang mencintainya, pikirkanlah kebahagiaannya."

~~

Hari ini Nam Gil keluar dari rumah sakit. Hyun Jung tidak bisa menjemput karena ada urusan sangat penting di Busan. Awalnya Hyun Jung ingin membatalkan urusan itu, tetapi Nam Gil melarangnya. Jadi hari ini ia akan pulang sendiri dijemput oleh supir.

Ketika lift sudah sampai di lantai dasar dan pintunya terbuka, seraut wajah yang sangat ia rindukan muncul di hadapannya. Mereka masing-masing mematung di tempat mereka berdiri dengan gumpalan kerinduan yang membuncah. Perlahan Nam Gil melangkah maju dan memeluk gadis yang sangat dicintainya.

Nam Gil tidak jadi pulang. Ia menyuruh supirnya pulang (tentu saja setelah diberi uang suap untuk merahasiakan dari Ibu), lalu mereka pergi ke Seonyudo Park, sebuah taman yang sangat indah di dekat Sungai Han. Mereka duduk di atas tikar, menikmati pemandangan matahari terbenam di tepi sungai Han. Angin musim gugur merontokkan daun-daun maple berwarna kecokelatan dan menerpa wajah mereka.

Ketika langit mulai gelap, mereka memuaskan dahaga dengan Makgeoli Cocktail di Rainbow Café sambil melihat keindahan lampu-lampu di sekitar sungai Han seperti bintang di atas bumi.

Dengan mobil mereka melintasi Banpo Bridge yang memancarkan air mancur di sepanjang kedua sisi jembatannya. Air mancur itu menyala berwarna-warni seperti pelangi. Indah sekali.

Selesai sudah kencan mereka seharian ini. Nam Gil mengantarkan Yo Won pulang. Ia memarkir mobil di depan gang, lalu menggandeng tangan gadis itu untuk mengantarnya sampai ke depan rumah, tetapi Yo Won melepas genggaman tangan Nam Gil.

"Aku... akan pergi ke Amerika. Dokter Yoon memberikan beasiswa untuk mengambil spesialis jantung. Tapi... kau tidak perlu menungguku," kata Yo Won.

Nam Gil menatap Yo Won dengan pandangan sedih, namun ia tersenyum lirih, "Aku tidak akan menunggumu. Jantung ini tidak bisa menunggu lebih lama. Pergilah, carilah pria lain yang lebih baik dan sehat."

Yo Won menahan tangisnya, "Oppa, kembalilah pada ibumu dan hiduplah bahagia. Aku yakin kau pasti bisa mendapatkan jantung baru dan bisa hidup lebih lama."

"Semoga kita bisa bertemu lagi... sebagai teman," kata Nam Gil dengan perasaan yang amat berat.

Yo Won tersenyum sambil menahan bibirnya yang mulai gemetar. Mereka berbalik saling memunggungi dan mengambil jalan masing-masing. Tetapi sebelum berpisah, Nam Gil sempat menahan tangan Yo Won. Mereka sama-sama menangis dalam diam.

~~

Seorang wanita berdiri di atas jembatan sambil memandangi kendaraan yang lalu lalang di bawahnya. Rambut keritingnya berkibar tertiup angin malam musim gugur yang dingin. Ia mengeluarkan kartu keanggotaan donor organ dari saku mantelnya, kemudian ia meraba dada kirinya sambil tersenyum tipis. Ia memasukkan kembali kartu itu ke sakunya, lalu mengancingnya sebelum naik ke besi-besi penyangga.

Para pengedara yang melintas di atas jembatan terkejut melihat ulah wanita itu. Mereka semua menghentikan kendaraan mereka, namun belum sempat mereka menahan, wanita itu sudah terjun ke bawah dan tubuhnya menghantam sebuah atap mobil Van. Tubuhnya terguling-guling dan jatuh ke atas aspal. Semua kendaraan berhenti, takut menggencet tubuh yang masih berguling itu. Semua orang keluar dari kendaraan mereka dan mengerumuni tubuh yang sudah bersimbah darah itu.

Sebelum kesadarannya habis, wanita itu sempat bergumam, "Hiduplah dengan jantungku, Kim Nam Gil Oppa..."

TBC

1 more chap... hwaitiiiing!!! ^^

[QSD FF] Destiny's Game✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang