Chapter 3 - We Were In Love

1.5K 62 7
                                    

"Annyeonghaseyo, Imo!" seru Yo Won begitu masuk ke sebuah ruko yang memajang beraneka macam bunga di depannya. Bukan sebagai hiasan, tetapi dijual.

Ibu Tae Woong yang sedang asik merangkai bunga menoleh dan melambaikan tangan, menyuruh Yo Won mendekat.

"Sedang apa, Imo?"

"Ini, ada pesanan karangan bunga untuk pernikahan anak pejabat." Kata Ibu Tae Woong sambil menekuni kembali pekerjaannya.

"Tae Woong ada? Kami mau mengerjakan laporan bersama," tanya Yo Won.

"Dia lagi kusuruh belanja bahan makan malam di supermarket. Tunggu saja di atas."

"Tidak ah, aku menunggu di sini saja."

"Kalau begitu bantu Imo menyirami bunga-bunga di depan ya. Dipercik saja biar terlihat segar."

Yo Won mengangguk dan segera mengambil gayung berisi air. Saat membasahi bunga-bunga itu, seekor kupu-kupu kecil berwarna kuning menghinggapi tangannya. Yo Won tersenyum dan melihatnya dari dekat. Kupu-kupu itu terbang lagi, Yo Won mengikutinya hingga ia menghinggap di atas kelopak bunga krisan berwarna kuning yang sedang bermekaran.

Pada saat yang sama, Nam Gil keluar dari mobilnya dan masuk ke toko bunga milik ibu Tae Woong. Ia akan mengambil pesanan rangkaian bunga untuk pemakaman rekan bisnisnya yang baru meninggal. Namun sebelum menemui ibu Tae Woong, ia tertarik melihat seorang gadis yang memandangi bunga krisan berwarna kuning. Waktu Nam Gil datang mendekatinya, kupu-kupu itu terbang pergi, barulah Yo Won sadar kalau ada pembeli yang datang.

"Oh, Pak Kim, selamat datang. Anda mau membeli bunga?" tanya Yo Won.

"Kau mengenalku?"

"Kau lupa padaku? Aku asistennya Dokter Yoon."

"Oh, Lee Yo Won-ssi. Maaf, otakku lemah dalam mengingat. Aku ke sini mau mengambil pesanan."

"Imo, ada yang mau mengambil pesanan, nih!" seru Yo Won dan tak lama kemudian ibu Tae Woong muncul.

"Ah, Kim Depyeo-nim, tunggu sebentar, saya ambilkan dulu bunganya," kata wanita itu yang kembali ke dalam rumah.

"Silakan duduk, Pak," Yo Won mengambilkan bangku plastic untuk Nam Gil.

"Tidak usah memanggil Pak, panggil Nam Gil saja, atau oppa kalau kau mau."

Yo Woon tertawa pelan, "Oke, Kim Nam Gil-ssi saja."

"Kau bekerja di sini, Yo Won-ssi?" tanya Nam Gil.

"Tidak, ini rumah sahabatku. Kami janjian mau mengerjakan tugas bersama, tetapi dia masih keluar, jadi aku membantu ibunya menjaga toko," jawab Yo Won sambil menunjukkan gayungnya yang airnya tinggal separuh.

"Kau suka bunga krisan?"

"Memangnya kenapa?"

"Tadi kulihat kau memandanginya."

"Oh, itu karena ada kupu-kupu hinggap di sana. Aku suka semua bunga, termasuk bunga krisan."

"Kalau kubelikan mau, tidak?"

Nam Gil sambil mengambil beberapa kuntum bunga krisan dan menyodorkannya ke hadapan Yo Won yang tertegun memandangi bunga itu. Ia seperti mengalami dejavu. Seperti pernah ada yang menyodorkan bunga seperti itu ke hadapannya. Namun tidak hanya Yo Won yang merasakan itu, Nam Gil juga merasa seperti mendapatkan sebuah penglihatan saat Yo Won menerima bunga itu dengan perlahan

☆☆☆

Putri Deok Man sedang melihat para Hwarang yang latihan pedang saat ada yang mencolek bahunya. Deok Man menoleh dan melihat seorang pria berpakaian serba hitam yang kumal dan berantakan menyodorkan beberapa tangkai bunga krisan di hadapannya. Lelaki itu bukanlah pengemis walau bajunya seperti itu. Ia penyelamat Deok Man sewaktu masih dikejar-kejar anak buah Mishil, musuh bebuyutannya. Pria yang bernama Bidam itu juga tinggal di istana, tetapi tidak mau terikat dengan peraturan ketat istana. Di saat semua orang berkata sopan pada Deok Man dan memanggilnya 'Gongju Mama', hanya dialah satu-satunya orang yang tetap memanggil namanya. Deok Man tidak marah dengan ketidaksopanan Bidam. Mereka sudah menjadi sahabat akrab.

[QSD FF] Destiny's Game✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang