Morning Breeze - part 1

78.7K 2.4K 163
                                    

"Asty..ini udah jam berapa? Kenapa belum berangkat?" Suara mama yang sudah ke sekian kalinya berteriak, membuatku tersadar dari lamunan panjang di depan cermin besar di kamarku. Menatap sosok perempuan berkulit kuning langsat yang mempunyai tubuh tidak terlalu tinggi, dan rambut ikal sebahu dengan poni di jepit ke belakang.

Hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, aku tidak semangat sama sekali berangkat kerja. Padahal biasanya dua jam sebelumnya aku sudah berada di rumah sakit. Ah, kenapa juga harus aku yang gantiin mbak Fani jadi asisten dokter tebar pesona itu sih. Kenapa nggak Corry yang sampai mimpi-mimpi supaya bisa tiap hari berada di posisiku sekarang.

"Belum berangkat juga dek? Mau di pecat?" Mbak Dayu mengintip dari pintu kamarku yang sedikit terbuka. Aku hanya tersenyum tipis menatap wajah cantiknya yang terlihat lelah.

"Ini mau berangkat mbak, keenan udah ke sekolah?" Aku menanyakan keponakanku yang berumur 5 tahun.

Mbak Dayu adalah kakak perempuanku dan dia berperan sebagai single parent sekarang karena suaminya yang brengsek meninggalkannya untuk wanita lain yang menurutnya lebih seksi. Cih. Menjijikkan.

"Kamu kenapa nggak semangat gitu?" Mbak Dayu melangkah masuk dan duduk di pinggir tempat tidurku.

Aku menghela nafas, "Mulai hari ini aku jadi asisten dokter Fabian, mbak. Itu lho yang pernah aku ceritain, anak pemilik rumah sakit tempat aku kerja, dia spesialis internis dan pasiennya mbak, segambreng.." Keluhku.

"Katanya orangnya ganteng?" Mbak Dayu menatapku dengan geli.

"Ganteng mah relatif mbak, kayak misalnya mang Encep, bagi istrinya dia yang paling ganteng.." Ujarku sambil terkekeh menyebut nama salah seorang satpam yang berjaga di kompleks kami.

Mbak Dayu tertawa, "Ah, mbak yakin kamu males kerja ama dia karena takut jatuh cinta kan?"

"Nggak mbak, Mbak kan tahu, hati Asty cuma buat Mas Dirga seorang.." Ujarku sambil tertawa.

"Kamu ini lucu ah ty, ngarepin kok sama orang yang nggak jelas. Kejadian itu udah hampir setahun, mana sekarang si Dirga Dirga itu nggak ada kabarnya, dan kamu masih nungguin dia?"

Aku tersenyum hambar dan memakai tas selempang cokelatku, "Karena Asty yakin mbak, suatu hari dia pasti nepatin janjinya untuk kembali.."

Aku berjalan keluar kamar dan meninggalkan Mbak Dayu yang menggeleng-gelengkan kepalanya karena aku selalu pergi saat di ajak ngomongin Dirga. Ah nama itu. Sesekali ingin di ingat tapi kali lain ingin sekali aku lupakan

"Ma..asty berangkat.." Ujarku setengah berteriak.

"Iya, sarapan dulu sayang. Mama lagi mandi. Hati-hati ya.." Sahut mama dari kamar mandi.

"Iya ma.."

Aku hanya melirik ke meja makan yang sudah penuh dengan sarapan yang di buat mama. Namun setelah melihat jam dan sadar kalau aku sudah sangat terlambat. Aku memutuskan hanya meminum susu putihku kemudian langsung berlari keluar dan menghidupkan motor maticku lalu mulai menyusuri jalanan pagi ini yang pasti sudah sangat ramai.

Morning Breeze (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang