Morning Breeze - prologue

185K 2.9K 174
                                    

Attention please..

Cerita ini hanya tersedia sampai bab 5 karena hak ciptanya sudah di pegang penerbit elex media komputindo dan bukunya sudah beredar di gramedia.

Love,
Vy

---------------------------------------------

"Dinasty Syafrina.." Aku sedang melakukan kebiasaanku mencoret-coret kertas ketika suara kepala perawat mengejutkanku.

"Ya.." Sahutku cepat sambil berdiri. Aku segera merapikan kertas-kertas yang berserakan di meja.

"Ikut saya sekarang.." Suaranya terdengar tegas.

Aku mengerutkan kening, "Kemana bu?"

"Kamu asisten Dokter Fabian selama tiga bulan ini. Asistennya yang lama cuti melahirkan.." Sahutnya dengan  nada ketus.

Oh ini bencana..

"Tapi kenapa saya, Bu?" Ujarku sambil mengimbangi langkah Bu Ima, atasanku yang berjalan setengah berlari.

"Ya suka-suka saya dong. Kalau suka-suka kamu namanya kamu atasannya.." Ujarnya melirik sinis padaku.

Santai aja, bu ngomongnya. Kenapa pakai nge-gas gitu sih.

"Semua yang harus kamu lakukan, udah tertulis disini." Atasanku menyerahkan note kecil berwarna abu-abu.

Ini maksudnya apa? Bukannya menjadi asisten itu pekerjaan yang sama-sama saja. Mendata pasien, melakukan pemeriksaan awal seperti mengukur suhu tubuh, berat badan dan bertanya tentang keluhannya kemudian membantu dokter melakukan persiapan pemeriksaan. Kenapa harus ada notes segala?

"Kamu baca baik-baik ya.." Kemudian dengan santainya dia melenggang meninggalkanku yang sedang melongo menatap buku kecil di tanganku dan kemudian pandanganku beralih pada pintu berwarna putih yang tertutup di depanku..

Dr. Fabian Aganta Roeslan, Sp.PD

Aku menarik nafas dan mengetuk pintunya pelan, seseorang di dalam dengan suara baritonnya menyuruhku masuk. Aku melangkah memasuki ruangan serba putih, khas rumah sakit. Tapi berbeda dengan ruangan dokter manapun yang pernah aku masuki. Ruangan ini memiliki aromanya tersendiri, aroma segar seperti campuran hujan dan rerumputan basah yang membuatku ingin menghirup sebanyak-banyaknya udara disini.

Seorang pria memakai jas putih dengan wajah tenang yang mematikan duduk bersandar di kursinya sambil menatapku dengan pandangan geli,

"Hai..selamat pagi suster Dinasty.." Sapanya ringan.

Saat ini rasanya aku ingin lari keluar dari ruangan ini dan tidak pernah bertemu pria ini. Aku benci dengannya? Tidak, pria ini terlalu baik untuk di benci. Aku hanya tidak suka caranya menatapku dan senyumnya, astaga rasanya besok aku harus pakai penutup mata atau pura-pura buta saja jadi tidak usah melihat senyum jutaan watt itu agar aku tidak tersetrum.

***

Setelah basa basi busuk yang memuakkan, aku pamit keluar dari ruangannya. Sambil duduk aku mulai membaca satu persatu hal yang di tulis di notes tersebut. Notes ini milik mbak Fani, asisten lama dokter Fabian yang merupakan seniorku. Keningku mulai berkerut dan hidungku kembang kempis ketika membaca apa isinya.

-Selalu sediakan kopi setiap pagi sebelum dokter fabian datang. Tiga sendok teh kopi dan satu setengah sendok teh gula. Tidak boleh kurang atau lebih.

-Tidak boleh datang lebih telat darinya, dia sudah ada di ruangannya jam 8 pagi tepat. Dia orang yang sangat on time, dan tidak mentolerir keterlambatan.

-Saat jam sepuluh, turun ke bawah ke gerai bakery dan beli kue apem dua lalu taruh di piring kecil dan letakkan di mejanya.

Apem (?)

-Saat jam makan siang, pesankan makanan dari kantin bawah, menu harus selalu berganti setiap hari dan harus ada buah pepaya.

Pepaya? Dia sembelit?

-Jam empat sore pastikan tidak ada pasien lagi, dan sebelum pulang pastikan jas putihnya sudah di gantung dan rapikan mejanya.

Aku menutup notes dan membuang nafas yang sedari tadi rupanya kutahan. Apalagi ini? Iya aku tahu makhluk di dalam memiliki tingkat kegantengan yang di atas rata-rata. Tapi dia tidak bisa memperbudakku seenak udelnya saja. Memangnya dia pikir dia siapa? Aku ini asistennya, bukan pesuruhnya, kok seenaknya saja minta ini itu. Kalau nyaliku sedikit saja lebih besar bisa kupastikan aku akan meminta bu Ima untuk menukarku dengan perawat lain yang dengan senang hati berada di posisi ini.

Aku menenggelamkan kepalaku ke meja, dan cukup tahu diri untuk tidak menangis meraung-raung dan menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang.

Yah aku hanya bisa mengucapkan selamat datang nasib sial..

Dan sampai jumpa tiga bulan lagi nasib baik..i'm gonna miss you!

-------------------------------------------

Hai hai,

 

Siapa yang kangen sama saya?

Nggak ada ya? *nangis di pojokan*

Hahahahahaha..

Ini saya bawain cemilan baru, Morning Breeze, kisahnya dokter Fabian, dokter tamvan nan mavan idola para wanitaa..

Dan ada suster Dinasty yang baru jadi asistennya dan sebel karena di anggapnya si dokter suka tebar pesona. Padahal kan abang Fabian nggak gitu *nyender didada fabian* :D

 

Bagaimana kelanjutannya? Vote dan komen dulu ya, karna saya butuh api semangat dari kalian untuk ngelanjutinnya *lebay* :D

 

I love you so much!

 

Love,
Vy

Morning Breeze (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang