Selalu Ada, Seperti Pelangi

3.9K 606 137
                                    

"Kenapa lo? Mau jodohin si Husein sama Fasha?" tanya Regan saat berhasil menahan langkah Fadli yang hendak menyusul Husein. Wira yang berdiri di sampingnya cuma tersenyum kecil. Sebenarnya, ini obrolan serius mereka tadi. Yaaa, membicarakan gelagat Fadli yang mulai aneh ketika melihat calon menantu yang menurutnya cocok untuk anaknya.

"Namanya juga usaha, bro. Lagian, lo udah mundur kan, Wir?"

Wira terkekeh. Ia sih memang gak berniat lagi menjodohkan Dina dengan Hasan maupun Husein. Sekarang kan lagi berupaya memantau kedekatan anaknya dan Adit yang tadi sempat ia lihat, keduanya berjalan menuju kantin.

"Emangnya mau si Husein sama Fasha?"

Pertanyaan retoris yang langsung membuat jleb dihatinya Fadli. Wira makin terkekeh. Regan kan kalau ngomong suka jujur. Hahaha.

"Ah elo. Gue lagi berniat meluruskan anak gue biar berhenti makek rok pendek!" tutur Fadli yang membuat dua lelaki di dekatnya terkekeh. Kini ketiganya berjalan menuju kantin untuk menuntaskan masalah perut yang sempat tertunda.

"Anak lo itu cakep, Li. Kagak usah lah lo cari-cari jodoh buat dia. Lagian, gue gak yakin kalau si Fasha mau dijodohin begitu! Hahaha!"

Wira mengangguk setuju. Kalau anaknya sih masih mau. Nah, Fasha? Gadis itu kan keras pendirian. Keras kepala. Maunya dituruti dan enggan menuruti keinginan orang lain.

"Masalahnya bukan itu. Gue sebagai ayah pasti pengen dapat menantu yang terbaik. Apa salah gue mengusahakan itu untuk anak gue?"

Regan menepuk-nepuk bahunya. "Ya kagak ada yang salah. Cuma jangan sampai memaksa. Kalau emang si Fasha kagak mau ya udah." Pesan Regan lantas mendahuluinya memasuki lift.

Fadli menghela nafas. Omongan Regan ini persis omongan istrinya, Caca. Caca juga menyarankan agar ia berhenti mencari jodoh untuk Fasha. Karena Fasha belum tentu mau dijodohin begitu. Tapi ia selalu berdalih kalau ia hanya sebatas mengenalkannya pada Fasha dan tak akan memaksa lebih jauh. Yang membuatnya tak srek itu adalah ketika Caca mulai mengungkit soal Adit. Ia tahu sih kalau Adit itu anak yang baik tapi baginya tak cocok dengan Fasha. Lihat anaknya sekarang, jauh di atas Adit. Kalau Adit bersama anaknya, akan timpang jadinya. Gak sejajar.

Makanya ia dekati Adit. Ia bicara kan baik-baik dengan Adit agar Adit mau menjauhi anaknya. Agar Fasha bisa segera melupakan Adit karena Adit akan tegas meninggalkan anaknya.

😍😍😍😍😍😍

"Lu kenapa sih, Dit? Dari tadi diam mulu," tutur Dina yang heran. Karena sebelum solat tadi, si Adit masih berisik-berisik aja.

Ditanya begitu, Adit malah menggeleng dengan senyuman tipis lantas memasukan lagi makanan ke dalam mulutnya. Adit sih hanya kehilangan mood saja mengingat sikap Fadli pada Husein tadi. Aaah...harusnya ia gak usah masukin ke hati sih. Ia kan udah tahu kalau bagaimana pun, Fadli tak akan menyetujuinya dengan Fasha. Lagi pula, emangnya Fasha mau dengannya? Ia tertawa hampa. Mustahil.

"Ditanya malah senyam-senyum. Terus ketawa sendiri. Lo nakutin, Dit."

Adit terkekeh. Mungkin emang benar kata Dina kalau ia memang nakutin. Keterbengongannya ini memang suka membuat orang lain salah paham. Terlebih kalau mood-nya memburuk. Ia benar-benar sulit bangkit.

"Apa kabar si Pras?"

"Apaan sih? Pertanyaan lo nyebelin tau gak?!"

Adit terkekeh. "Just kidding!"

"Bercanda lo kagak lucu tahu, Dit!"

"Sorry deh sorry," tuturnya masih dengan kekehan yang sama. Dina malah mendengus lantas buang muka. Adit makin terkekeh. Ia melempar tissue hingga mengenai gadis itu. Sebal, Dina hendak membalasnya tapi tak jadi saat melihat lelaki lain muncul. Dina mengerjab-erjab. Berasa pernah melihat lelaki ini.

Tak SejalanWhere stories live. Discover now