Dua | Gadis Gila

30.6K 1.1K 27
                                    

"Astagfirullah.... astagfirullah....," Fifa ber-istigfar berulang kali sambil memijit-mijit pelipisnya. Masih tak habis pikir akan keberanian Aisha yang secara tak langsung 'melamar' Kak Marshall. Ia bahkan menggelengkan kepala-nya berkali-kali. Sesekali ia bahkan ingin menjedotkan kepalanya ke dinding. Saking frustasinya. Tapi si pelaku malah santai sambil sesekali terkekeh. Ketika ditanya, kenapa? Gadis itu malah balik bertanya, 'kapan lagi bisa dapat lelaki soleh kayak Kak Marshall?'

Aiiiiisssh! Gadis gila! Keluhnya. Ia seharusnya tahu kalau sahabatnya yang bebal ini memang 'frontal akut' bahkan didiagnosis sinting. Namun, dibalik semua itu, ia tahu maksudnya baik. Ia juga sama seperti Aisha. Ia juga meng-inginkan lelaki seperti itu. Seperti Kak Marshall yang tidak hanya tampan, mapan tapi juga beriman. Wanita mana yang tak menginginkannya? Tapi untuk tindakan yang malah mempermalukan diri sendiri itu, apa tak ia pikirkan?

"Kalau ketemu Kak Marshall lagi, maluuu gue. Mau taruh dimana muka guee?"

Malah Fifa yang frustasi. Sementara Aisha malah menepuk-nepuk bahunya dengan prihatin. Dunia benar-benar sudah terbalik.

"Lo mau ngeluh gimana pun, dunia gak bakal berubah."

Aisha berkata sok bijak. Ia malah sibuk memeriksa isi tasnya sebelum berangkat ke puskesmas pagi ini. Ia tak mau diomeli dokter Sarah yang menjadi pembimbingnya disini. Ia sedang malas berbuat masalah dengan perawan tua itu. Perawan tua? Oh, kejam sekali dunia, ejeknya. Lagi pula kalau ia pikir-pikir, lelaki mana yang akan betah hidup dengan gadis angkuh, judes dan jutek mampus itu? Bah! Ia yang perempuan saja tidak betah. Apalagi lelaki?

"Gue heran. Kenapa setiap lo yang berulah, malah gue yang pusing?" Fifa bertanya pada diri sendiri. Mengabaikan Aisha yang bahkan nyaris lupa akan kehadirannya disini. "Malah gue yang ketakutan. Gue yang kelimpungan. Lo???"

Jari telunjuknya menunjuk wajah Aisha yang innocent.

"Malah biasa aja seolah-olah lo gak ngelakuin apapun." Yang ditunjuk malah terkekeh-kekeh. "Lo dengan jiwa lo yang bebal itu dan gue yang desperate." Kali ini Aisha terbahak. Bagi Aisha, kalau hidup ya hidup saja. Jalani saja dengan santai. Tak perlu memusingkan hal-hal yang akan terjadi. Yang penting adalah cara menghadapinya. Karena baginya, hidup identik dengan ketidakpastian. Segala sesuatu yang terjadi di masa depan adalah sesuatu yang tak dapat diprediksi. Jadi, untuk apa memusingkan sesuatu yang belum terjadi?

"Gimana lo gak pusing kalo lo hidup dengan segala pikiran-pikiran negatif yang lo punya?"

Lagi. Ia mulai sok bijak. "Lo selalu ber-su'uzzan atas apapun yang lo dan orang-orang sekitar lo lakuin. Lo selalu berpikir tentang masalah yang akan timbul. Lo takut menghadapi hidup dengan pikiran lo yang dangkal itu. Akibatnya, lo malah berupaya menghindari kenyataan." Kali ini wajahnya serius.

Fifa mencebik bibirnya. Entah kenapa setiap Aisha mulai 'normal' (sebut: waras), ucapan-ucapannya itu menyakitkan tapi ada benarnya. Sikapnya yang frontal (sebut: blak-blakan) itu, tak peduli orang yang menghadapinya akan sakit hati atau tidak. Baginya, apa yang ada di kepalanya dan ia akui kebenarannya, ia tak takut untuk menyuarakannya.

Mungkin ini rahasia eratnya persahabatan yang terjalin antara ia dan Aisha sejak SMA. Persahabatan yang talinya tak pernah kendur. Karena segala sikap Aisha yang frontal, bebal dan tak peduli apapun itu bisa ia imbangi dengan sikapnya yang tertutup, sensitif dan selalu peduli terhadap apapun. Ia terlalu peduli karena ia terlalu sensitif. Dan....otaknya tak bisa menghentikan pikiran-pikiran buruk yang mungkin terjadi. Apalagi jika berhubungan dengan Aisha. Segalanya akan menjadi rumit, tak terprediksi dan akhirnya menjadi kacau. Baginya, Aisha itu tak lebih dari pembuat onar walau ia adalah sosok pembuat onar yang bertanggung jawab atas segala keonarannya. Fifa sampai tak bisa mengklasifikasikan ini apakah termasuk sikap yang baik atau buruk. Apakah kelebihan atau kah kekurangan. Apakah layak disyukuri atau tidak.

DestinyWhere stories live. Discover now