Satu | Khadijah Masa Kini

48.5K 1.4K 52
                                    

"Mau kemana lo?"

Fifa berkacak pinggang usai membuka pintu kamar mess—tempat mereka menginap. Gadis itu menatap Aisha dari bawah sampai atas lalu atas sampai bawah kemudian ia ternganga. "Lo serius mau pakek hijab?!" ia bersorak.

Aisha berdecak dan tak menghiraukannya. Ia malah asyik menatap penampilan barunya di depan cermin. Sementara Fifa, lagi-lagi, masih mangap dan takjub melihat kerudung yang tersemat di kepalanya. Tak hanya itu. Baju tipis dan ketat yang biasanya menemani sudah berganti dengan baju panjang yang longgar meski celananya masih ketat. "Gue mau ikutan ceramah Kak Marshall. Lo mau ikut?" tanyanya ketika beranjak dari depan cermin. Tangan-nya mengambil notebook kecil miliknya, lalu memasukannya ke dalam tas.

"Lo serius?" Fifa berseru haru walau masih tak percaya. Masalahnya, ada angin apa, Aisha mau ikutan ceramah segala?

"Lo gak lagi ngerencanain sesuatu kan?"

Matanya langsung memincing curiga. Mulai waspada akan alur pikiran Aisha yang selalu diluar logikanya. Bahkan menurutnya, pikiran gadis itu amat tidak masuk akal. Dan entah apa rahasia Allah menciptakan gadis bebal seperti ini. Sialnya lagi, dipertemukan dengannya bahkan menjadi sahabatnya. Allah, ketika seperti ini, ia tetap harus bersyukur bukan?

Ia malah tertawa renyah lalu berjalan keluar tanpa mengunci pintu. "Kan semalem lo yang bilang, kalau lelaki yang baik untuk wanita yang baik. Nah....sekarang apa masalahnya gue berubah?" ia membalikan kata-kata. Hal yang membuat Fifa kembali ternganga namun juga takjub akan perubahan pikirannya. Oke, Aisha fix sudah tobat, gumamnya. Tapi belum sampai satu menit ia memuji gadis itu, ia langsung menarik kata-katanya saat sadar makna ucapan yang keluar dari mulut Aisha tadi. "Jangan bilang lo—"

Ia malah merangkul Fifa lalu menariknya berjalan menuju masjid. "Minimal nih ya, Fif. Dengan gue berhijab kayak gini, yang ngelirik gue bukan cowok-cowok brengsek yang otaknya gak pernah dicuci!" ucapnya menggebu ketika otaknya mulai memutar wajah mantan satu-satunya. "Tapi cowok-cowok soleh!"

Brutal. Fifa buru-buru melepas rangkulannya. Ia berkacak pinggang dengan mata melotot. "Lo pakek hijab cuma supaya dilirik cowok-cowok soleh?!" Fifa nyaris menjerit.

Sementara Aisha malah terkekeh lebar. "Nah!" Ia menjentikan jarinya meninggalkan Fifa yang ternganga hebat. "Itu lo tau!"

"Aish! Serah lo dah serah!" Fifa pusing sendiri.

JJJ

"Gue risih," keluhnya sementara Fifa nyaris menyemburkan tawanya. "Di masjid masih aja lirik-lirik."

"Coba deh lo liat orang-orang."

Fifa mencoba membuka mata Aisha lebih lebar. Ia tak menyalahkan Aisha atas kemauannya menggunakan hijab. Ia hanya menyalahkan niat Aisha yang keliru. Memakai hijab hanya agar lelaki soleh meliriknya. Oke, ia juga mengerti kalau sahabatnya ini masih awam. Masih membutuhkan pencerahan. Dan untuk usahanya ini, ia cukup mengapreasiasi walau rada senewen juga karena niatnya belum lurus. Setidaknya, Aisha sudah mencoba untuk menutup diri meski belum sepenuhnya. Itu simpulnya. "Liat gadis-gadis di sini."

Aisha mengernyit walau tak urung menatap ke sekelilingnya. Tapi ia tak mendapat keganjilan apapun. Hanya gadis-gadis yang duduk di aula masjid, berbaris-baris berdasarkan bangku yang telah disusun. Lalu di seberangnya, ada barisan laki-laki yang sedari tadi meliriknya. Apa yang salah?

Ia menoleh lagi pada Fifa. Menagih maksud dari suruhan gadis itu menoleh-noleh ke sekitar. "Ada gak yang pakek celana ketat kayak lo?"

Pertanyaan itu membuatnya tersentak. Lalu menoleh lagi ke sekitarnya. Rata-rata gadis-gadis yang ikut ceramah ustad muda dan tampan di depan sana, mengenakan gamis atau rok. Tidak dengannya yang berbekal jeans ketat dan kaos. Ia meringis lalu terkekeh-kekeh kecil. Sadar diri.

DestinyWhere stories live. Discover now