Chapter 12

1.2K 131 1
                                    

Melelahkan, tapi seru. Aku iri dengan Tia yang selalu merasakan debaran dan keseruan melawan Unordinary sebanyak ini. Tidak heran kalau Profesor Rudolf, guru Pertahanan, selalu memberikan nilai tinggi pada Tia dan membuat iri semua orang. Aku juga tidak heran kalau Tia tidak pernah bisa dikalahkan oleh seorang murid pun di sekolah ini dengan kondisi tubuh yang tidak pernah baik. Aku juga tidak heran kalau Mizuki sampai begitu mengagumi Tia. Mungkin, saat ini aku mulai mengagumi Tia, dan mungkin lebih dari itu.

Aku berbaring di atas pasir pantai, tidak peduli bajuku basah oleh air asin lautan dan kotor oleh pasir maupun lumpur. Lelah bukan main. Bahkan, Medusa pun terlihat kelelahan. Ini pertama kalinya aku bertarung melawan Unordinary dalam jumlah lebih dari 10, bahkan aku melawan ratusan orang. Meski napasku memburu, meski tubuhku sakit karena pegal-pegal dan luka di sana-sini, tapi ini benar-benar menyenangkan. Aku mungkin akan memutuskan untuk bekerja sebagai Stars.

"Kau boleh juga, Natsume."

"Ah, apa? Apa aku tidak salah dengar? Kau baru saja memanggil namaku, Medusa," kataku dengan sedikit terbata karena tertahan oleh napas yang memburu. Lalu, aku tertawa, dan aku bisa mendengar Medusa juga tertawa. "Ini benar-benar seru. Aku iri dengan Tia, juga mengaguminya. Begitu keluar dari pulau ini, aku akan bekerja sebagai Stars sepertinya," ungkapku.

"Kau menyukai Tia?"

"Apa?" seruku, refleks menarik tubuhku untuk bangkit dan menatap Medusa yang menaruh kepalanya di atas pasir di sampingku. "Aku tidak menyukainya!"

"Jangan mengelak, Anak Muda. Aku tahu bagaimana kamu memasang ekspresi dan bereaksi ketika aku menceritakan tentang Tia, juga bagaimana ekspresimu saat kamu mengakui bahwa kamu mengaguminya."

Aku tidak bisa membantah itu. Aku rasa, dia benar. "Aku bingung." Aku merebahkan kembali tubuhku di atas pasir. "Aku tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Tapi, yang pasti aku merasa nyaman saat bersama Tia. Aku bahkan sebenarnya tak ingin bertarung secara terpisah dengannya. Aku mengkhawatirkannya. Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia bisa melawan Hunters sebanyak ini dengan kondisinya yang sekarang? Aku takut kehilangannya." Aku menatap langit yang cerah di siang hari, dan entah kenapa terlihat amatla luas. Aku tak pernah menikmati langit di atas pulau ini sebelumnya.

Aku tidak mendengar Medusa berbicara selama hampir setengah menit. "Tia akan baik-baik saja. Dia perempuan yang tangguh. Lagipula, ada Kyuubi di sana. Tia menyukai Kyuubi dibanding aku maupun Hewan Suci lainnya."

"Bagaimana kau tahu itu?" tanyaku.

"Terlihat dengan jelas. Tia bersikap lebih manja pada Kyuubi dibanding yang lainnya," katanya. "Kyuubi adalah Penguasa Api. Aku rasa, Tia juga pasti menyukaimu. Meski Tia menyukai Kyuubi, tapi Kyuubi tetaplah hewan, dan hubungan manusia-hewan tidak mungkin lebih dari teman dan keluarga," jelasnya.

Terdengar gemerisik dari arah hutan, gemerisik yang begitu heboh. Refleks aku dan Medusa bankit dan bersiaga. Hampir saja kami menyerangnya. Tidak kusangka yang datang adalah Kyuubi dengan sosok rubah bertubuh amat besar dengan ekor berjumlah sembilan yang terbuat dari api berwarna oranye.

"Kau mengejutkanku," kata Medusa dengan ketus.

"Gawat!" seru Kyuubi. Sekejap suasana menjadi tegang. "Tia berada di kapal Hunters dan dia belum juga kembali."

"Apa?" Secepatnya aku berdiri dan hendak pergi. Tapi, Medusa menghentikanku dengan menghalangi jalanku menggunakan tembok pasir. "Jangan menghentikanku, Medusa. Dia tidak mungkin baik-baik saja di sana. Kita harus menolongnya."

"Tenangkan dirimu, Natsume," kata Medusa dengan tenang. "Sudah kubilang, Tia adalah perempuan kuat, dan dia adalah Holy, sekalipun dia sedang sekarat." Pasir di depanku runtuh dengan perlahan. "Aku punya firasat buruk, tapi aku tidak ingin kalian bertindak ceroboh seperti keputusan Tia."

Starlet Academy [COMPLETED]Where stories live. Discover now