34. Bleeding Love

1.4K 79 6
                                    

"SIAL! ALANA!" Marc mengumpat dalam mobil. Ia kehilangan mobil Alana. "Alex, hubungi Hector sekarang!" Teriak Marc.

Beberapa saat kemudian Alex telah mematikan sambungan teleponnya, "Hector bilang kau tinggal memutar ke kanan ketika ada tikungan arah Tarragona. Marc, mungkin Alana ingin pergi ke luar kota, kita kembali saja."

"Kau! Diamlah Alex!" Bentak Marc. Entah sudah berapa kali ia dibentak Marc hari ini. Tapi Alex memahami, Marc saat ini sedang panik. Marc pasti tidak sadar dengan apa yang ia lakukan.

Untuk kedua kalinya Marc menemukan mobil Alana. Kali ini ia tidak sendirian, Hector-Jorge pun juga menemukan Alana. Tapi mereka belum bisa membuat Alana berhenti. Ponsel Marc berdering, nama Jorge tampak di layar.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan? Kau mau membunuh Alana? Marc jangan tekan Alana!" Jorge berteriak di seberang melalui sambungan telepon. Jorge khawatir. Mobil Alana mulai goyah. Ia terus meng-cover Alana dari belakang. Tapi Marc malah berusaha menghentikan mobil Alana

"Hentikan Alana, Jorge! Dia tidak dalam kondisi baik. Dia bisa saja menabrak dinding pembatas jalan, kau tau!"

"MARC HENTIKAN! KAU AKAN," Marc mematikan saluran ponselnya. Ia tak tahan mendengar ocehan Jorge.

Marc terus mengejar Alana. Alana menuju gerbang tol. Ia akan keluar dari tol. Dua mobil itu terus saja mengikuti Alana dari belakang. Sesekali Marc berusaha mengklakson agar Alana menurunkan kecepatannya.

Tadinya baik Jorge, Marc, Hector dan Alex menyangka kalau setelah keluar dari tol Alana akan lebih baik. Mungkin Alana akan berhenti. Tapi mereka salah. Ada satu mobil lain yang berusaha mengejar Alana, tak ada yang tahu namun Jorge seolah familiar dengan mobil yang kini berada tepat di belakang Marc, di depannya.

Audi A5. Ibu? Pikir Jorge ketika melihat tipe mobil yang kini berada di depannya.

Porche 911 Carrera milik Hector mulai terasa berat bila dipacu dengan kecepatan pelan seperti saat ini. Jorge mulai menghubungi Marc lagi namun tak ada jawaban. Ia meminta tolong Hector untuk menghubungi Alex.

"Ya?" kata Alex di seberang.

"Di belakangmu ada mobil ibuku. Berhati-hatilah," kata Jorge sambil terus berusaha menyalip Sophia namun sepertinya hal itu akan sia-sia karena Sophia justru menyalip mobil Marc.

"Apa?" Terdengar suara Marc meninggi setelah tau bahwa Sophia ikut mengikuti mereka.

"Ibuku menyalipmu. Kupastikan nyawa Alana dalam bahaya kalau kau tak segera menyalipnya, Marc," Jorge mengatakannya dengan nada datar namun bergetar. Ketakutan menjalar dalam tubuh Jorge. Sophia membenci Alana. Dari dulu wanita itu ingin menghabisi Alana dan kini ia mendapatkan kesempatan itu dengan manis.

Empat mobil itu tampak saling mengejar. Alana tetap tak kehilangan akal ketika ia menyadari ada orang lain lagi yang mengikutinya. Ia tampak mengambil jalan sempit dan menyalip beberapa mobil dengan cepat untuk menjauh. Alana menatap spionnya, ia berada dalam posisi aman.

Alana semakin menjadi-jadi. Alana semakin meliuk-liuk di jalanan. Jalanan memang tidak cukup ramai, tapi tetap ada kendaraan yang berlalu lalang karena ini adalah jalur alternatif. Hal ini membuat Marc frustasi.

Kau mau kemana, Alana? Apa yang kau cari?, batinnya.

Tanpa pikir panjang Marc kembali mendekati mobil Alana. Tapi semua tak berjalan sesuai rencana. Keadaan menjadi sangat cepat dan gelap.

Alana mellihat kaca spionnya. Marc masih saja mengejarnya, dan mobil hitam itu. Alana memasuki terowongan kali ini. Dua jalur. Ia melihat Marc menerobos jalur lawan arah untuk menyalip mobil hitam yang ada di belakangnya. Mendadak jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tak mungkin mencelakakan Marc. Marc tak boleh celaka. Alana menutup jalur Marc dengan membanting setirnya ke arah kanan. Ia tak ingin Marc melihatnya saat ini. Tidak saat ini. Dengan begitu Marc harus mengerem lebih keras, Alana melihat ada mobil lain di depannya. Jarak mereka semakin dekat, Jarak mobil itu semakin dekat. Klakson terus dibunyikan. Alana melihat kaca spionnya. Sisi kiri kosong. Ia tak mungkin mengerem. Jika ia mengerem Marc juga akan ikut celaka. Mungkin mobil hitam itu akan ikut celaka bersamanya. Itu lebih baik daripada Marc celaka, pikir Alana. Ia membanting setirnya ke sebelah kiri. Rodanya selip, ia hilang kendali. Alana hanya mendengar suara decitan mobil, dan suara teriakan tak jelas. Namun ia mendengar suara Marc... suara yang akhirnya hilang di bawah kegelapan...

Marc terpekur di depan ruang UGD. Baju yang sedianya ia gunakan untuk pertunangan, kini penuh dengan darah Alana. Jorge segera menelpon Emma agar mengabari Carmen. Alex tentu saja tetap berada di samping Marc. Ia tak akan meninggalkan kakaknya dalam keadaan seperti ini. Emma yang baru saja datang langsung mendapatkan pelukan dari Jorge. Emma tak bisa membendung air matanya melihat keadaan yang saat ini terjadi. Yang mengejutkan justru Carmen, ia justru tampak lebih tegar menerima hal ini. Justru Carmen lah yang menenangkan Emma.

Antonio melangkah dengan setengah berlari ketika ia tahu Alana dan Sophia mengalami kecelakaan. Separuh nyawanya seolah ikut melayang ketika ia mendapatkan gambar mobil Alana yang rusak parah di bagian depan dan terbalik. Mungkinkah putrinya itu bisa selamat dengan keadaan mobil yang begitu parah?

Antonio melihat Carmen, Jorge, Emma, Alex, Hector dan... Marc. Laki-laki itu yang bertanggung jawab atas semua ini. Kemarahan Antonio memuncak dan menyambar kemeja Marc begitu saja ketika ia mendekat.

Pukulan itu mendarat mulut di wajah Marc hingga tersungkur di lantai. Ia tak berhenti, Antonio semakin menghujani Marc dengan pukulannya tanpa ampun. Antonio menghajar Marc di rumah sakit.

"Bajingan kau, Marquez! Harusnya kau yang celaka! Harusnya kau!" hardik Antonio kasar.

Jorge dan Hector berusaha menghentikan Antonio. Pria itu kini dikuasai oleh amarah dan tak kuasa menahannya.

"Ayah, sudah! Hentikan!" Jorge terus berusaha memegangi lengan ayahnya dengan sisa tenaga yang dipunyainya.

Antonio menyentakkan tangan Jorge. Ia memandang Marc ganas, penuh amarah. Ia merangsek maju dan kembali menghunjam Marc dengan pukulannya hingga tak hanya bibir Marc yang berdarah, namun hidungnya kini mengeluarkan darah yang menetes di lantai rumah sakit. Jorge berusaha kembali menarik ayahnya dengan susah payah.

"Kau dengar kata-kataku, Bajingan! Kalau sampai anakku tak selamat, kupastikan kau juga tak akan selamat! Aku akan membunuhmu!" bentak Antonio hingga membuat semua orang yang berada di lorong itu ngeri.

Mata biru itu memandang Marc benci. Laki-laki itu yang selama ini menyakiti Alana dengan tega dan kini Alana harus meregang nyawa sendirian di dalam ruang UGD itu karena Marc.

Marc tak berdaya. Semua ini salahnya. Antonio benar, harusnya dirinya saja yang celaka.

----

Alert!!
2 chapters left

Lost [Marc Marquez] COMPLETEDWhere stories live. Discover now