18. Tarragona Pt. 2

883 68 4
                                    

Malam berangsur datang, para lelaki sedang mengatur peralatan yang hendak digunakan untuk acara barbeque sementara para wanita menyiapkan bahan-bahan yang akan dibuat. Sekitar pukul 7.00 p.m seluruh peralatan sudah ada di tempat dan kini giliran para wanita yang memanggang menu makanan yang menyertakan daging sapi, sosis, kentang, tomat, selada, dan kerang yang dipesan oleh para lelaki.

Alana mendapat bagian untuk mengipasi seluruh menu, sementara Mia dan Emma mendapat bagian untuk mengolah seluruh bahan baku. Dari kejauhan, Marc geli melihat Alana yang kepanasan dan sesekali menyeka wajahnya dengan tangan yang lain karena kepanasan. Meskipun cahaya tak seterang ketika siang hari, tapi Marc bisa melihat jelas kalau wajah Alana memerah seperti cumi rebus.

Marc merasakan lengannya disenggol oleh seseorang, ia menoleh.

"Kau sedang melihat apa?" tanya Alex ingin tahu.

"Tidak. Ada apa?"

"Aku sedang memperhatikan wanita-wanita itu ketika menyiapkan makanan untuk kita. Wajah Alana terlihat lucu." Alex tak bisa menyembunyikan tawa kecilnya ketika mengomentari wajah Alana yang begitu menggemaskan.

"Apanya yang lucu?"

"Lihatlah, Marc. Ia kepanasan dan wajahnya memerah seperti cumi rebus. Sama sepertimu kalau sedang digoda oleh Santi tentang Alana." Alex terkekeh mengingat sikap salah tingkah Marc setiap kali digoda oleh Santiago.

"Itu berbeda, Alex!" Marc melotot ke arah Alex.

Marc berlalu meninggalkan Alex yang membuatnya kesal kali ini. Ia berjalan menuju Alana yang sibuk membetulkan letak rambutnya yang diurai. Dengan jail, Marc meniup sebelah telinga Alana hingga membuat Alana berteriak.

"Marc! Kau ini menyebalkan sekali!" Alana memukul lengan Marc dengan menggunakan kipas yang dipegangnya kali ini.

"Aduh. Kau harusnya berterima kasih padaku karena membantumu menghilangkan rasa panas dari pemanggang itu," balas Marc sengit sambil tertawa lepas.

"Ha-ha-ha. Kau kira itu lucu?" Alana memasang wajah kesal kepada Marc.

"Kalian berdua ini kenapa selalu saja bertengkar? Al, itu kalau sudah berwarna cokelat, angkat dari pemanggang. Nanti gosong," omel Emma yang gemas meliahat Alana dan Marc selalu berdebat.

"Iya iya, Em." Alana mengangkat dua potong daging dan memindahkannya ke piring yang yang telah disediakan oleh Emma. "Marc, pergilah. Kau ini mengganggu saja."

"Kenapa Alana tidak membantu untuk membuat adonan sepertimu dan Mia?" tanya Marc ingin tahu.

"Karena nanti kalau Alana yang membuat adonan, semua orang akan terkena diare," jawab Emma sambil tertawa melihat ekspresi Alana.

"Benarkah? Berarti dugaanku benar bahwa kue yang kau buat untukku tempo hari itu memang buatan ibumu."

Alana memandang Marc dengan tatapan kesal dan terluka. Entah apa maksud Marc mengatakan hal itu tapi hatinya terasa sakit ketika Marc tak percaya padanya. Alana mengeluarkan ponselnya dari saku, berniat memberikannya kepada Marc.

"Hubungi ibuku sekarang dan tanyakan padanya siapa yang membuat kue itu untukmu." Alana mengatakannya dengan nada kesal. Matanya memandang Marc tajam

Marc terdiam melihat wajah Alana. Ia sadar telah melukai perasaan Alana karena meragukannya.

"Ini ambillah dan tanya pada ibuku."

"Al, aku hanya bergurau. Jangan marah, kumohon."

"Tapi aku sungguh-sungguh."

Suasana tegang menyelimuti keduanya. Marc merasa dirinya sudah keterlaluan karena meragukan Alana di depan Emma dan Mia. Ia ingin memeluk Alana dan mengatakan kalau dirinya sangat percaya kepada gadisnya itu, namun hal itu mustahil melihat Alana yang terlihat tersinggung seperti saat ini.

Lost [Marc Marquez] COMPLETEDWhere stories live. Discover now