Chapter IV

106 3 4
                                    

Aku menunduk dan meninggalkan Paparazzi.  Aku berusaha mengacuhkan mereka. Apapun yang akan keluar dari mulutku pasti akan menjadi sesuatu yang berbeda di kolom berita mereka selain itu apa yang kumiliki dengan Ally adalah sesuatu yang spesial dan pribadi. Aku tidak bisa membiarkan hal tersebut menjadi santapan media dan orang-orang yang selalu mengkritik kami tanpa benar-benar memahami kami.

Aku sampai di depan mobilku ketika seorang anak laki-laki dengan pandangan sedikit ragu dan takut mendekatiku. Dia memperkenalkan dirinya sebagai salah seorang personal assistant dari salah satu make up artist Ally. Dia menyampaikan pesan bahwa Ally telah menungguku di backstage dan Ally berharap aku menemuinya sebentar. Aku mengangguk dan mengatakan akan pergi menemuinya. Anak laki-laki itu terlihat lega dan mengucapkan terima kasih dan pergi meninggalkanku. Aku mengernyit heran, benar-benar tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Ally.

Ally sudah menungguku disana. Dia mengulurkan tangannya dan aku menyambutnya. Aku memeluknya erat dan hangat. Aku tidak bisa menggambarkan emosi apa yang ada padaku saat ini. Perasaan sesal karena akhir dari cerita kami namun juga ada rasa senang karena kami berhasil melewati semua dengan cukup baik tanpa harus merasa marah atau dendam diantara kami.

Aku merasakan hangat dan basah di leherku. Aku berusaha melepaskan pelukan kami tapi Ally tetap menahanku.

“Layla tidak datang bersamamu?”

Aku tersenyum mendegar pertanyaannya.

“Tidak. Dia memutuskan kalau aku harus pergi sendiri. Dia tidak ingin semua akan menjadi semakin tidak nyaman.”

Ally menghela nafasnya dan terdiam. Aku bisa merasakan roda-roda yang ada di benaknya berjalan dengan cepat seperti dia sedang berpikir keras tentang apa yang akan dikatakannya.

“Maafkan aku Daniel. Maaf karena menyakiti hatimu, maaf karena menempatkanmu pada keadaan yang tidak menyenangkan bagimu. Maafkan aku Daniel karena aku menanyakan hal ini tapi apakah kita berdua masih memiliki kisah bersama? Apakah pintu itu sudah tertutup dan terkunci? Kali ini aku memberimu pilihan untuk memutuskan.”

Aku terdiam merasa terkejut dengan pertanyaannya. Jika dia menanyakan hal itu setahun yang lalu aku pasti akan langsung mengatakan kita memiliki bab baru dalam kisah kami berdua Namun waktu telah berlalu. Kami berdua bukan orang yang sama lagi. Bagaimana dengan perasaanku, apakah telah berubah? Aku terdiam dan berusaha mencari jawabannya dalam diriku.

 Rasa sedih dan sesak melandaku. Aku tahu jawabanku akan menyakiti orang lain. Aku tahu banyak orang diluar sana yang berharap kami bersama kembali. Mereka berharap bahwa semua akan berakhir mudah dan indah seperti di cerita dongeng yang sering terdengar.

“Kamu tahu kalau aku akan selalu menepati janjiku padamu. Aku tetap menepati janjiku Ally hingga saat ini. Aku telah berjanji padamu jika aku akan menjauh darimu dan melupakanmu. Maaf Ally kali ini aku juga akan menepati janjiku padamu. Saat kamu datang kerumahku malam itu aku menyadari jika lebih baik seperti ini dan tetap menjadi teman. Kita memiliki kisah kita yang baru dengan lebih banyak bab tentang diri kita masing-masing dari pada kisah mengenai kebersamaan kita tapi aku yakin kalau itu akan sama indahnya dengan kebersamaan kita. Biarkan sampai disini Ally dan kita menulis kisah kita sendiri dengan cara kita sendiri.”

Aku merasakan gemetar tubuhnya. Dia terisak pelan dan aku terus memeluk dirinya menunggunya agar lebih tenang. Aku menerawang jauh berpikir bahwa takdir pasti tertawa padanya. Aku tidak pernah berharap jika kisah cintanya akan seperti ini. Kisahnya menjadi sangat rumit. Sepertinya ini cara takdir membalasku karena sering mengolok-olok kisah cinta kedua co-starku saat ini.

 Ally melepaskan dirinya dari pelukanku dengan berat hati aku melepasnya. Masih tidak yakin reaksi apa yang seharusnya aku lakukan. Aku melihat matanya sembab tapi dia tidak menangis atau mungkin belum. Aku berusaha meraihnya kembali namun dia mengelak.

“Seperti yang kukatakan tadi Dan. Jika pintu itu telah terkunci maka aku akan menerimanya. Mungkin itu memang hanya mimpi untukku. Aku memberimu pilihan dan kamu sudah memutuskannya. Saat ini giliranku untuk menghormatinya seperti kamu menghormati keputusanku dulu bahkan ketika kamu tidak mengerti.”

Aku mengambil tangannya dan menatap matanya dalam.

“Kamu akan menemukannya Ally. Kamu akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik dariku. Seseorang yang lebih mengerti dirimu dan ketakutanmu. Seseorang yang akan selalu menganggapmu putri di kehidupannya.”

Dia mengangguk kecil dan tersenyum sedih kepadaku.

“Selamat tinggal Ally. Aku selalu berharap yang terbaik untukmu.”

Aku berjalan pergi meninggalkannya. Aku tahu perasaanku saat ini sedang muram dan sesak. Kesedihan dan emosi buruk lainnya ada di dadaku. Kekecewaan karena menyakiti orang yang penting bagiku terasa berat namun aku juga merasa jika aku melakukan keputusan yang tepat. Semua beban dan urusan kami yang tertinggal telah terselesaikan. Walaupun ini semua bukan penyelesaian dan akhir yang indah.

Dibulan Desember dia melepaskanku dan dibulan desember pula giliranku untuk melepaskannya. Mencari dan membuat akhir yang indah untuk diri kami masing masing.

-End

Say Good ByeWhere stories live. Discover now