Bab Dua Puluh Satu - Boss and Love

83.6K 2.8K 141
                                    

"Sayang , dimakan dong buburnya."

Aku menggeleng pelan. Hey , aku kan habis terkena luka tusuk , bukan habis sembuh dari sebuah penyakit. Jadi kenapa aku harus makan bubur?

Kind of nonsense.

Kulihat tatapan frustasi dari Adel. "Tapi sayang , kamu harus makan."

Aku menggeleng , lagi. "Sayang , aku kan habis terkena luka tusuk , bukan habis sembuh dari sebuah penyakit. Masa aku harus makan bubur?"

Adel menatapku , lalu mendesah frustasi. "Makan aja deh. Aku suapi ya? Mau kan?"

Aku tersenyum lebar lalu mengangguk. Nah , kalau itu kan baru tawaran yang bagus. "Oke!"

Adel mencibir pelan. "Kalau disuapin aja , baru mau."

Aku terkekeh pelan. Entahlan aku merasa sangat bersyukur. Karena aku masih hidup. Dan aku kini bisa memiliki Adel tanpa halangan apapun.

Ya , soal adikku , kadang aku juga masih tidak percaya. Bagaimana bisa adikku berbuat seperti itu? Dan yang tak kuhabis pikir , ia ternyata tau soal penyakitnya. Ia memiliki sebuah penyakit mental dan dia juga tak bisa mengontrol emosinya.

Yah , walau yang harusnya paling kecewa di sini adalah ibuku. Bayangkan , satu anak nya di RSJ dan mungkin setelah anak nya sembuh , dia masih harus menghadapi hukuman dari penjara. Aku merasa kasihan , apalagi karena dia adikku. Aku sayang sama dia , tapi ya dia memang harus dapat penanganan lebih lanjut. Dan dia memang bersalah.

So what can I do? Nothing , right?

"Sebastian!!!!"

Suara Adel membuyarkan ku dari lamunanku. "Hah ya? Apa?"

"Kamu ngelamun ya?"

"Ah enggak kok."

"Boong. Udah ah , tadi katanya mau disuapin. Ayo buka mulutnya."

Aku mengangguk lalu tersenyum lebar.

'Adel , I love you so much. Dan aku akan segera melamarmu. Jadi tunggu aku ya?'

* * *

Satu bulan kemudian....

"Tian!!!"

Suara gadisku itu malah membuatku semakin tersenyum lebar. Bagaimana tidak? Melihat wajah manis yang membuat hidupmu semakin bewarna. Astaga , aku bahagia..

"Kamu iseng banget sih?!"

Aku terkekeh pelan. "Jangan ngambek dong sayang. Oke?"

"Gamau. Aku kesel sama kamu." katanya dengan nada merajuk.

Aku terkekeh pelan namun segera menahannya ketika melihat tatapan tajam dari Adel. Uh-oh. "Ya sayang , jangan ngambek dong. Kamu makin manis tau ga kalau ngambek gitu? Jangan ngambek oke?"

"Jadi kalau aku lagi diem aku jelek gitu?"

"Ya enggak dong. Jangan ngambek ya? Nanti kita nonton deh. Aku jemput kamu nanti jem 7. Oke?"

Adel menoleh lalu mengangguk. "Oke!"

Aku tersenyum. Sudahkah aku bilang kalau aku sangat , sangat , sangat bahagia?

* * *

Tian menjemputku tepat pukul tujuh. Well, jujur aku senang karena akhirnya aku bisa jalan berdua sama Tina.

Ya , sejak Tian keluar dari rumah sakit , tiba - tiba dia jadi sibuk gitu. Jadi ya ga salah kan kalau aku seneng banget pergi sama dia malam ini.

"Tian , kita sebenernya nonton film apasih?" bisikku pada Tian yang duduk di sebelahku.

Boss and LoveOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz