Desiran Angin Laut - 3

160K 20.3K 1.7K
                                    

       

Pekerjaan itu bukan hanya tentang seberapa besar bayarannya.
Tapi bagaimana menikmati dan mencintai sebuah profesi yang ditekuni

-Alnira-


******

Seharian ini Irza menemani adikknya Lana untuk membeli semua kebutuhan ulang tahun Azka, keponakannya. Dia ditarik ke sana kemari membawa banyak belanjaan Lana. Walau begitu, Irza tidak keberatan karena dengan melakukan banyak hal, pikirannya bisa teralihkan dari Andin.

"Nanti pas ulang tahun Azka, temenku banyak yang datang. Kakak jangan sungkan buat kenalan, siapa tahu ketemu jodohnya," ujar Lana.

Irza yang sedang  menikmati steaknya terbatuk dan segera menyesap minuman yang telah dipesannya.

"Ini ulang tahun Azka atau acara semacam take me out gitu sih!" kesalnya. Pasalnya hampir setiap hari Lana selalu mengatakan hal yang sama.

"Ya, kan sambil menyelam minum air. Lagian banyak kok temen Lana yang masih single juga, mau yang fresh graduate atau yang perempuan yang cukup matang juga ada Kak. Tenang aja, cewek single itu masih banyak. Jadi kalau putus satu, cari yang lain lah."

"Kamu sama semangatnya kayak Mama."

Lana memperhatikan wajah kakaknya sejenak. Tidak ada yang salah dari tampilan Irza, kakaknya itu tampan, tubuhnya juga ideal, tidak kurus dan tidak gemuk. Tingginya lumayan, sekitar 175 senti. Kakaknya menuruni mata tajam ayahnya, yang mungkin beberapa orang akan mengatakan Irza orang yang kaku dan agak menyeramkan, tapi kakaknya orang yang baik. Ditambah lagi dengan rambut-rambut halus disekitaran rahanganya, Irza itu paling malas bercukur, apalagi kalau sedang berada di kapal, yang ada dalam pikirannya hanya pekerjaan, bukan penampilan.

"Tapi Kak Irza kayaknya harus di permak deh, masa kemana-mana pake kaos mulu. Kemejaan dong Kak. Perempuan itu ya suka cowok kemejaan, gantengnya nambah lima puluh kali lipat dibanding pake kaos gini," komentar Lana.

Irza memperhatikan tampilannya, sepertinya tidak ada yang salah dengan tampilannya ini kaos hitam dengan celana jeans dan sneakers, perpaduan yang sangat nyaman menurutnya. Irza paling malas mengenakan kemeja, menurutnya memasukkan kancing ke lubangnya menghabiskan banyak waktu, dia lebih suka tampilan seperti ini, lebih santai.

"Nggaklah, kayak gini aja, risih pake kemeja. Lagian kakak kamu ini bukan eksmud, kakak kamu ini  cuma kuli kapal," katanya merendah.

"Aku kasih tau ya Kak, penampilan itu nomor satu. Jaman sekarang, mana ada perempuan yang nggak lihat tampang? Apalagi di Jakarta, udah pokoknya nanti kita belanja kemeja buat Kak Irza, oke?"

Irza tidak menolak, tidak juga mengiyakan. Karena sama saja, menolakpun Lana pasti akan tetap memaksanya kan?

****

Lana membongkar barang belanjaan hasil perburuannya di mal tadi siang. Sedangkan Irza sedang duduk sambil bermain game di sebelahnya. Dua bulan setengah ini Irza benar-benar berlibur, tidak disibukkan dengan perkejaannya.

Irza bekerja sebagai third engineer, pekerjaan yang mengharuskannya berkutat dengan mesin-mesin  setiap harinya.  Irza betanggung jawab melakukan perwatan mesin tambahan di kapal, seperti mesin windlass, cargo crane dan pompa-pompa kapal. Irza tentu saja bersahabat dengan oli yang selalu menempel ditubuhnya.

"Kak, lihat deh, cantik nggak?"

Irza yang sedang sibuk bermain game hanya menoleh sekilas ke arah Lana yang sedang menunjukan foto seorang wanita di ponselnya.

Desiran Angin LautWhere stories live. Discover now