F-irey (11)

8.1K 661 34
                                    

Fiona : "Cara bicaramu berubah." 

Luv : "Maksudmu?" 

Fiona : "Itu maksudku. Kau seharusnya menjawab dengan 'Maksud anda?' dengan nada santun. Tapi malam ini kau merubah segalanya dari 'saya' menjadi 'aku' dan 'anda' menjadi 'kau'." 

Luv : "Yah, kau tahu sendiri kan koran akhir-akhir ini gencar membahas si pembunuh berantai Luv itu. Diperkirakan dia selalu berbicara dalam bahasa formal. Jadi aku terpaksa mengubah gaya bicaraku. Daripada nanti dicurigai." 

Fiona : "Aduh, Philipa, takkan ada yang mencurigai gadis sebaikmu sebagai pembunuh. Ada-ada saja kau ini. Lagipula yang seharusnya hati-hati itu kan aku. Namaku berawalan huruf F. Tapi kupikir selama aku bersamamu di dapur umum yang menyediakan makanan untuk para gelandangan ini maka aku pasti aman." 

Luv : "Pasti aman?" 

Fiona : "Iyalah, mana ada pembunuh itu mau ada saksi. Dan si pembunuh itu menurutku pasti orang asing. Aku sudah mengunci semua pintu dan jendela jadi kita aman seratus eh bukan sejuta persen di sini, Philipa." 

Luv : "Syukurlah, aku sempat takut tadi." 

Fiona : "Fufufufu..." 

Luv : "Bagi F, kematian itu berarti apa sih?" 

Fiona : "Jangan membicarakan kematian ah!" 

Luv : "Padahal aku sangat ingin tahu jawaban F." 

Fiona : "Kematian itu buruk. Itu saja! Ayo kerja, Philipa. Kupas kentang-kentang kita segera. Loh mana kentang-kentangnya?" 

Luv : "Di luar biar saya ambil." 

Fiona : "Saya? Bukannya..." 

Luv : "F, saya tahu kita sudah kenal lama. Tapi jawaban anda tidak memuaskan. D selamat karena jawabannya sesuai dengan yang kuinginkan. Sementara F..."

Luv keluar dari dapur umum melalui pintu belakang. Fiona yang merasa ada sesuatu yang salah buru-buru mengunci pintu itu kembali. Dia mengambil handphonenya dan menghubungi temannya, namun ternyata pulsanya tidak cukup. Dengan panik dia mengetik sms singkat, 'Ovan, q rs aq th siapa s Luv. Dia sukarelawan dsini jg. Dia blg jwbn q slh lalu menyinggung ttg D. Tolong aq Ovan!'. Begitu sms itu terkirim, Fiona menarik nafas lega, dan.. akhirnya menciumnya juga. Bau gas elpiji yang mengambang jelas di setiap sudut ruangan. Dia terbelalak melihat katup tabung gas yang terbuka. Fiona berlari dengan panik ke pintu, namun dia tahu semuanya telah terlambat saat dia mendengar kaca jendela pecah, dan sebuah pemantik api yang menyala terlempar ke dalam dapur. Ruangan itu meledak seketika, dengan Fiona yang terbakar hidup-hidup di dalamnya.

Luv's QuestionsWhere stories live. Discover now