Chapter 1, Part 1 - Geu Namja

2.3K 92 7
                                    

Trang... Trang...

Bunyi pedang yang beradu menggema di gurun yang panas, memekakan telingaku. Seorang pria berbaju serba hitam, rambutnya yang gondrong terurai berantakan, berperang melawan puluhan pasukan berseragam dan bersenjata lengkap. Ya, dia hanya seorang diri. Entah ke mana anak buahnya, mungkin sudah mati, atau kabur duluan? Namun walau sendirian, ia mampu mengalahkan prajurit-prajurit itu hanya dengan pedang. Ia terus maju, menuju ke arahku.

Siiing... Jleb!

Anak panah berterbangan dan beberapa berhasil menancap di tubuhnya. Namun ia tidak tumbang, ia tetap kuat untuk terus berjalan sambil mengayunkan pedang. Matanya tak lepas menatapku. Sepertinya sejak tadi fokusnya hanya aku. Mengapa aku? Mungkinkah ia ingin membunuhku? Namun bukan pancaran dendam yang tampak di matanya, tetapi... rindu?

Beberapa langkah lagi ia sudah bisa menjangkauku, kalau saja panglima tertinggi tidak menghalanginya dan menghunuskan pedang ke perutnya. Aku tersentak dan sepertinya hendak maju menolongnya, namun tubuhku kaku. Jantungku berdebar kencang dan mataku panas. Pria itu tampak menggumamkan sesuatu sambil terus menatap wajahku, Sesuatu yang tampaknya terlarang untuk diucapkan, sehingga panglima tadi menusuknya semakin dalam.

'Hentikan!' hatiku menjerit, namun lidahku kelu. Cairan merah keluar dari mulutnya, bersamaan dengan cairan bening yang keluar dari mataku. Perlahan tubuhnya merosot dan terbaring di tanah. Tangannya masih terulur ke arahku, dan bibirnya masih menggumamkan kata-kata yang tidak bisa ku dengar itu...

***

Musim dingin baru saja usai, tetapi angin di malam hari yang membelai anak-anak rambut di pelipisku masih terasa menusuk sampai ke tulang. Aku berjalan perlahan mendekati ujung balkon atap gedung rumah sakit tempatku magang. Pemandangan di bawah sana tampak indah, kendaraan yang berseliweran tampak seperti mobil-mobil mainan, orang-orang yang berjalan kaki tampak begitu kecil seperti semut, dan lampu-lampu yang menyala di bawah sana tampak seperti bintang yang menerangi gelapnya langit malam. Lampu itu seperti bintang di bumi.

Namun hari ini aku tidak terlalu bisa menikmati pemandangan itu, karena mimpi aneh yang melanda tidur nyenyakku beberapa hari ini. Mimpinya sama, tentang seorang pria yang dikeroyok puluhan pasukan, lalu mati di depanku sambil menggumamkan kata-kata yang aku tidak bisa kudengar.

Jika mimpi itu hanya sekali dua kali, bisa dimaklumi, mungkin saja karena aku terpengaruh drama Sageuk yang sering kutonton. Tetapi aku memimpikannya hampir seminggu berturut-turut! Dan adegannya itu-itu terus. Mimpi itu terasa nyata, aku bisa merasakan panasnya matahari yang menyengat gurun itu, mencium bau anyir darah, dan hatiku merasa sakit melihatnya terluka. Bantalku basah, bukan karena air liur, melainkan air mata. Aku menangis dalam tidurku.

Mungkinkah stress yang kualami membuatku bermimpi aneh seperti itu? Aku baru kehilangan ayahku beberapa bulan yang lalu. Ia terjatuh dari lantai dua puluh sebuah gedung mall yang masih dalam tahap pembangunan. Ia meninggalkanku dan adikku, Seung Ho, sebatang kara, menjadi yatim piatu (ibu sudah meninggal setelah melahirkan adikku).

Kami bukan berasal dari keluarga berada. Setiap hari kami hidup dari hasil keringat ayah yang bekerja sebagai kuli bangunan. Cita-citaku sebagai dokter adalah cita-cita yang mahal. Beruntung aku ini anak yang pintar, jadi bisa mendapatkan beasiswa masuk ke universitas kedokteran. Setelah ayah meninggal, aku hampir saja putus kuliah. Memang aku tidak perlu membayar biaya kuliah, tetapi Seung Ho membutuhkan uang untuk masuk ke SMA, belum lagi uang sewa rumah yang menunggak. Waktu itu aku memutuskan berhenti kuliah dan bekerja saja, aku tak ingin adikku putus sekolah.

"Dokter Lee," panggil seseorang di belakangku.

Tanpa berbalik, aku sudah tahu siapa yang ada di sana. Masih memandang 'bintang bumi' di bawah sana sambil bersedekap, aku membalas sapaannya, "Apa, Dokter Uhm?"

Uhm Tae Woong, ia adalah sahabat terbaikku. Kami berteman sejak SMA. Dialah yang menolong masalah keuanganku. Ia meminjamkan sejumlah uang untuk membayar uang masuk sekolah Seung Ho dan membayar sewa rumah. Bahkan uangnya masih bisa membiayai kehidupan sehari-hari kami selama sebulan. Ia melarangku untuk mengembalikannya, tetapi aku bersumpah pada diriku sendiri, akan mengumpulkan uang untuk mengembalikan uangnya. Punya hutang itu tidak enak.

"Sedang apa di sini? Tidak takut masuk angin? Kamu memikirkan mimpimu itu lagi?" tanyan pria berkacamata itu yang sudah ikut berdiri di sebelahku.

Aku mengangguk, lalu ia mengibaskan tangannya di depan wajahnya.

"Ah, sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan. Itu kan hanya bunga tidur."

"Tapi mimpi itu datang terus hampir seminggu ini, Tae Woong. Apa mungkin aku harus ke psikiater ya?"

Tae Woong mengetuk-ketukkan jarinya di dagu. "Tak perlulah, mungkin kau hanya sedikit stress. Tapi kalau kau memang mau, aku kenal seorang psikiater, namanya dr. Noh Kyung Bin. Kapan-kapan aku antarkan."

"Tidak usah, berikan saja alamatnya. Aku tidak ingin terus merepotkanmu."

"Hei, itulah gunanya teman, untuk direpotkan, hehehe..." katanya sambil menyodok lenganku dengan sikunya. "Oh ya, aku ke sini mau mengajakmu turun. Dokter Park menunggu kita di ruangannya."

"Kenapa tidak bilang dari tadi? Beliau pasti akan mengomel kalau kita terlambat!" omelku sambil mengekor langkah Tae Woong.

Kami turun ke lantai dasar dengan lift. Saat pintu lift terbuka, kami berpapasan dengan seorang pria berjas silver yang masuk sementara kami keluar. Tiba-tiba langkahku terhenti seiring dengan denyut jantungku yang serasa berlari. Perlahan aku menoleh memandang wajah pria yang baru masuk lift tadi. Wajah itu sepertinya tidak asing. Pria itu juga tampaknya sedang memandangiku sambil mengerutkan alis dan memegang dadanya sesaat sebelum pintu lift menutup.

"Yo Won-ah!" panggil Tae Woong yang sudah jauh dari tempat ku berdiri.

"Ah, iya!" aku berlari menyusulnya.

Sudahlah, buat apa aku memikirkan pria tadi? Mungkin kami pernah berpapasan sebelumnya, atau mungkin wajahnya memang pasaran.

.
.
.

[QSD FF] Destiny's Game✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang