Bonus Story: Till Death Do Us Apart

162K 7.5K 1.2K
                                    

Please enjoy the last part of My Black Pearl

----

Revan membuka matanya perlahan dan mengerjap. Terangnya lampu kamar membuat matanya yang sedari tadi terpejam terasa perih karena cahaya. Setelah matanya dapat menyesuaikan kondisi sekitar, Revan pun mulai melihat ke sekeliling kamarnya. Kamarnya sangat sunyi saat ini. Revan menolehkan kepalanya ke sebelah kiri tempat biasanya sang istri, Demi, berbaring menemaninya di setiap malam. tapi Revan tidak menemukannya.

Karena tidak menemukan Demi, akhirnya dia pun mencoba mengangkat badannya dengan susah payah. Sekujur tubuhnya terasa berat dan lemas, perlu waktu yang lama sampai dia bisa menegakkan badannya. Revan kembali melihat ke kanan kiri mencari istrinya.

"Sayang" panggilnya dengan suara pelan dan serak "Kamu dimana?"

Tidak juga ada jawaban.

Dengan perlahan Revan menurunkan kakinya ke lantai. Setelah kedua kakinya menyentuh permukaan lantai yang dingin, Revan mencoba berdiri. Badannya oleng karena kakinya tidak mampu menahan berat badannya secara tiba-tiba. Revan berpegang pada dinding dan kembali mencoba berdiri tegak. Kakinya gemetaran karena berusaha menyokong tubuhnya tapi dia sudah bisa berdiri tegak pada akhirnya.

Revan berjalan sambil berpegangan dengan apapun yang ada. Perlahan dia berjalan ke kamar mandi. Dia berpikir mungkin Demi ada di dalam. Namun dia kembali mengalami kekecewaan karena kamar mandi dalam keadaan kosong. Revan berdiri sejenak untuk berpikir, kemana kah istrinya itu? Biasanya dia akan membangunkan Revan setiap pagi.

Revan melirik jam di dinding dekatnya dan menyadari saat ini sudah jam 9 pagi. Kenapa Demi tidak membangunkannya pagi tadi? Mata Revan menyipit melihat sesosok bayangan di hadapannya. Saat dia menyangka itu adalah Demi, Revan kemudian tersadar kalau yang dia pandangi adalah bayangannya sendiri. Matanya tidak bisa lagi melihat dengan jelas tanpa kacamata. Tapi Revan tidak tahu dimana kacamatanya karena biasanya Demi yang selalu menyimpankannya.

Tiba-tiba Revan mendengar suara piring yang terjatuh dari luar kamar. Revan pun dengan berhati-hati keluar dari kamarnya. Itu pasti Demi, pikirnya. Sejak dulu Demi selalu ceroboh di dapur.

"Sayang" panggilnya saat memasuki dapur

Seorang wanita menoleh saat sedang berjongkok di lantai, memunguti serpihan piring yang pecah. Wanita paruh baya dengan paras mirip dengan Demi. Revan terdiam sebentar mencermati wajah wanita itu. Mirip tapi bukan Demi. Siapa wanita ini? Apakah saudara Demi?

"Papa sudah bangun?" katanya sambil berdiri dan berjalan menghampiri Revan. "Aku sedang buatkan sarapan untuk Papa. Papa duduk dulu saja" katanya sambil memegangi tangan Revan dan menuntunnya ke bangku meja makan. Revan masih mencoba mengingat siapa wanita ini? Kenapa dia memanggilnya Papa. Revan tidak ingat memiliki anak dengan Demi. Bukan kah Demi keguguran saat itu?

"Maaf Nak, kamu siapa?" tanya Revan perlahan.

Wanita itu terdiam dan menatap Revan dengan tatapan sedih. Bukan kali ini saja Papanya itu menanyakan hal yang sama. Tapi tetap saja setiap kali mendengarnya, dia merasa kesedihan dan kehilangan yang luar biasa. Padahal dulu, dirinya adalah anak kesayangan Papanya ini.

"Aku Dee, Pa. Anak Papa yang paling kecil, gadis kecil Papa" jawabnya dengan senyum lembut. Revan mengerutkan dahinya bingung. Anaknya? Anaknya dengan siapa?

"Anakku dan Demi?" tanyanya setengah takut. Kenapa dia tidak ingat memiliki anak dari istrinya itu? Atau jangan-jangan wanita ini anaknya dengan wanita lain di masa lalunya?

"Iya, Pa. Anak Papa dan Mama"

Revan menghela napas lega mendengar jawaban itu. Namun tetap saja dia masih heran kenapa bisa melupakan anaknya sendiri? Ada apa dengan ingatannya?

[1] Black Pearl [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang