8 - Latihan

46.2K 1.6K 47
                                    

🚫SILENT READERS || ✔NOISY READERS

Fara POV

6 Juli
2:45 Pm

Satu minggu lagi aku akan menikah dan hidup dengannya selama satu tahun. Keadaanku juga sudah sedikit membaik meskipun masih saja merasa mual dan pusing.
Aku menerima telepon dari Reynand kalau dia ingin mengajakku kesuatu tempat. Entahlah aku tidak tahu kemana.

Aku sedang berdiri didepan kantorku menunggunya.
Setelah hampir lima menit, aku melihat sebuah mobil bugatti hitam berhenti tepat didepanku dan aku langsung masuk kedalam mobil.

"Mau kemana?" Tanyaku singkat.

Aku tahu kalau Reynand sudah sedikit berubah padaku. Sikapnya sedikit lembut dan terkadang mengalah padaku. Dia juga rela keluar tengah malam demi membelikanku roti bakar dua hari yang lalu. Tapi aku masih saja membalas sikapnya dengan acuh. Kau tahu bukan? Setiap kali aku berada didekatnya dan mendengar suara lembutnya membuat darahnya mengalir cepat dan jantungku hampir copot. Aku tidak tahu kenapa merasakan hal itu tiba-tiba. Apa ini bawaan ibu hamil atau dari diriku sendiri, aku belum tahu dan tentunya aku tidak mau tahu.

"Kita akan mencari gaun pengantin dan cincin untuk pernikahan kita." Jawabnya dan sesekali menoleh padaku.

Setelah Reynand menjawab pertanyaanku keadaan kembali hening.

Aku tersentak mendengar pertanyaan Reynand yang tiba-tiba mengelus perutku, "Oh yah..bagaimana keadaannya?" Tanyanya lembut.

"Ah...em..baik. keadaannya baik-baik saja." Jawabku sedikit gagap.

Astaga. Inikah rasanya ibu hamil? Aku merasa seperti sedang terbang diangkasa karena Reynand mengelus lembut perutku yang masih datar. Apa bayiku senang disana mendapatkan sentuhan dari ayahnya?

"Kita sudah sampai." Ujarnya dan keluar mobil lalu berlari memutari mobil untuk membukakan pintu untukku.
Tangannya yang besar menggenggam erat tanganku dan berjalan masuk kebutik tersebut.

Dua jam berlalu setelah aku dan Reynand memilih gaun pengantin dan cincinnya.

Aku tidak tahu Reynand akan membawaku kemana lagi. Yang aku tahu dia menghentikan mobilnya dan kembali keluar mobil lalu menggandengku.

Kami berjalan kaki sekitar seratus meter memasuki lorong sampai akhirnya aku melihat sebuah altar pernikahan yang cukup sederhana namun aku menyukainya.

"Aku ingin kita latihan mengucapkan janji terlebih dahulu sebelum pernikahan kita." Ujarnya lalu menggandengku melewati altar tersebut.

Tidak ada seorang pun ditempat ini. Reynand mengucapkan janjinya dan menjawabnya, akupun mengikutinya.

Setelah kami selesai mengucapkan janji, Reynand menolehkan wajahku untuk memandangnya dan langsung mencium bibirku.
Awalnya aku terkejut namun aku mencoba menikmatinya karena aku merasa hal yang aneh dari dalam tubuhku. Aku bisa merasakan kebahagiaan bayiku didalam rahimku.

Ciuman lembut yang diberikan Reynand beberapa detik yang lalu berubah menjadi ciuman kasar. Dia mulai mengulum bibir bawah dan atasku bergantian. Menelusupkan lidahnya kedalam mulutku dan menari didalamnya.
Aku merasa hampir kehilangan nafas karena Reynand tidak melepaskan ciumannya dan justru memperdalam ciumannya.

"Reyy..mmmpphh.." suaraku tak terdengar jelas.

Beberapa detik kemudian Reynand melepaskan ciumannya, "Bernapaslah menggunakan hidungmu."

Astaga! Dia melepaskan ciumannya hanya untuk mengatakan tiga kata itu dan menyuruhku bernafas menggunakan hidungku setelah itu kembali menciumku.

Sungguh aku sudah tidak kuat dengan ciumannya. Aku merasa ada yang mendorongku menginginkan lebih dari ciuman ini.
Nafasku sudah terengah-engah dan untungnya Reynand melepaskan ciumannya.
Dadaku ikut naik turun saat aku menarik dan mengeluarkan nafasku.
Reynand mengangkat daguku dengan tangan kanannya dan tangan kirinya melingkar dipinggangku.
Dia tersenyum manis lalu menghapus bagian bibirku yang basah menggunakan ibu jari kanannya dan memelukku.

Dia MilikkuWhere stories live. Discover now