Chapter 11 : Kamu Masih Menggenggamnya Dengan Sangat Erat

2.2K 169 62
                                    

*Beby POV*

Aku duduk di tepi ranjang. Beberapa hari mendekam di dalam kamar sempit ini,  sepertinya tepi ranjang ini telah menjadi tempat favoritku. Aku melihat ke arah Shania yang berdiri memunggungiku. Dia sedang asyik sendiri memandang ke arah luar jendela. Ingin rasanya aku berdiri di sampingnya. Melihat apa yang dia lihat. Merasakan apa yang dirasakannya. Tapi rasanya ada sesuatu yang menahanku melakukannya. Ah, sudahlah.

"Beb, hujan mulai turun.."

Kudengar suara titik-titik air hujan jatuh membasahi bumi. Tapi itu tak dapat mengalihkan perhatianku darinya. Melihat punggungnya saja aku sudah serasa senang. Aku suka punggung itu. Terasa nyaman dan hangat. Di punggung itu, pernah terdapat sayap yang membawanya terbang bersamaku. Sayap tempatku berlindung. Dia adalah sayapku. Dia dulu adalah sayapku.

"Lo dah ga keliatan kayak orang sakit, Beb. Dah keliatan lebih segar."

Ucapan Shania membuyarkan lamunanku. Kini dia berdiri di samping jendela sambil menyandarkan punggungnya ke dinding.

"Aku kan emang ga sakit, Shan."

"Dasar Beby sok kuat.." Shania mencibirku.

Aku sedikit cemberut mendengar perkataannya.

"Sekarang sok manyun nya kumat.."

Demi apapun, aku dapat melihat senyum tipis Shania mengembang di wajahnya.

"Kamu ngapain Shan ke sini tengah malem begini?"

Pertanyaan yang sangat wajar kutanyakan. Jika memang dia ingin menjengukku, kenapa harus larut malam begini? Besok pagi kan juga bisa. Untung tadi aku melihat keluar jendela. Jika tidak mungkin Shania terus berdiri di luar sana.

"Pengen aja. Ga boleh?"

Shania berkata dengan nada sok cuek. Dia menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Aku terus memandang matanya. Entah kenapa aku merasa tidak puas dengan jawabannya. Shania seperti bisa membaca pikiranku.

"Jawaban gue ga mutu banget ya?"

"Iya. Ga mutu. Kayak barang rongsokan di pinggir jalan."

"Isshh..Apaan sih Beb? Jayus tau gak?"

Aku tersenyum melihat mukanya yang tiba-tiba manyun.

"Mau cerita, Shania Junianatha?"

Aku menepuk tempat kosong di sebelahku. Mengundangnya untuk duduk disampingku. Dia mengerti maksudku. Shania kemudian duduk disampingku. Pandangannya menerawang ke jendela kamar.

"Pikiran gue lagi kacau, Beb. Ruwet. Gue nyetir sepanjang malam keliling Jakarta ga tau arah. Tapi tetep aja pikiran gue ga bisa tenang."

"Kalau boleh tau, kamu ada masalah apa sih Shan?"

Aku menepuk-nepuk pundaknya lembut. Itulah cara yang aku lakukan untuk membuat dia merasa lebih tenang. Dulu...

"Bukan masalah besar kok, Beb. Cuma agak ganggu di pikiran aja."

Shania ga mau cerita. Ya iya lah. Beby mah apa atuh? Cuma mantan di masa lalu. Mantan sahabat pula. Bukan mantan pacar. Mulai ngaco nih aku.

"Entah kenapa tadi tiba-tiba kepikiran lo, Beb. Ya udah, gue banting setir ke rumah sakit sini.."

Mas, Mbak..Permisi. Mo numpang Ge-er sebentar, boleh?

"Nyampe sini, jendela lo masih terang benderang. Lu selalu matiin lampu kalo tidur, jadi gue tau kalo lu msh bangun. Yang ada gue cuma berani ngliatin jendela kamar lo dari bawah sana.  Berpikir lo lagi ngapain? Apa yang sedang lo pikirin?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karena Aku Ga Mau Kehilangan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang