Harry Manusia Kunang-Kunang

137 7 0
                                    

Kami pergi setelah memastikan bahwa kandang ayam di halaman belakang rumah Niall telah terkunci rapat-rapat, kami tidak mau nenek Niall mengomel tanpa henti karena seekor ayamnya hilangnya. Niall sengaja mengambil jalan melewati peternakan kuda milik Paman Bob, bangsawan berkumis yang baik hati di desa kami tinggal. Kami diizinkan melewati pagar tempat kuda-kudanya biasa merumput bahkan sempat menawarkan kami seekor kuda tapi aku menolaknya, kau tidak mau menanggung risiko harus mengganti jika kuda itu hilang karena terjadi sesuatu dalam perjalanan kami.

            “Sebenarnya dimana orang itu?”

Tanyaku sambil melangkah menyamai Niall yang sedikit lebih lambat lagi, sepatu bootsku terasa dingin saat menginjak kubangan di antara rerumputan, air yang sedikit menggenang meresap ke sepatuku yang berbahan kulit domba.

            “Dia bekerja part time di toko pizza di dekat stasiun, aku sering melihatnya saat mengantar nenek mengirim telur ayam,” jawab Niall sambil merogoh tasnya.

            “Kau yakin?”

            “Lumayan yakin,”

Jawaban yang meragukan tapi tidak ada salahnya untuk dicoba.

            “Akhirnya,” Ujar Niall lega, dia mengambil sebuah botol dari dalam tas selempangnya sebuah botol bening seukuran tanduk kambing jantan, “Ini abu yang kusimpan itu,” dia menyerahkan bot it kepadaku.

            Kuamati abu hitam kasar di dalam botol itu, warnanya menjadi sedikit kehijauan saat tertimpa cahaya matahari.

            “Itu sudah dingin, awalnya panas dan berwarna ungu.”

Jelas niall, kami terus berjalan melewati beberapa ekor kuda milik Paman Bob yang meringkik saat kami melewatinya. Aku membuka tutup botol dan mengendus, baunya busuk seperti daging babi dicampur kotoran tikus got yang difermentasi. Aku tahu ini apa dan pengetahuanku ini membuatku tersentak, sejurus kuhentikan langkahku dan menatap Niall yang ikut berhenti. Dia kebingungan wajah polosnya yang bodoh sekarag terlihat idiot

            “Darimana kau tahu kalau ini panas?”

            “Aku tidak sengaja menginjaknya,”

            “Bodoh!” Sentakku, sukses membuat Nial terkejut dan berjingkat mundur selangkah dariku.

            “Buka sepatu!” Aku memerintah, dia menurut seperti anak kucing, membuka sepatu kaki kirinya lalu menunjukkan telapak kakinya yang bersih tanpa luka.

            “Kau menginjaknya dengan kaki kanan atau kiri?” Tanyaku jengkel,

            “Kaki kiri, memangnya kenapa? Kakiku bagus ha?” dia balik mengomeliku. Dahiku berkerut saat aku kembali mengamati telapak kaki kiri Niall, seharusnya ada luka bakar disana dan seharusnya dia bisa pingsan lebih dari dua hari.

            “Ikut aku,” perintahku lagi, lalu melangkah menuju pepohonan di pinggir padang rumput.

            “Lihat ini,”

Kubuka botol berisi abu hitam di tanganku lalu menuangkannya sedikit ke sekoloni semut yang merayap di atas sebatang kayu lapuk di bawah pohon. Dalam hitungan detik, koloni semut itu mati lalu batang tempat abu hitam kutaburkan mengeluarkan asap, terbakar.

            “Jadi apa yang kaulakukan pada lukamu?” kututup kembali botol abu itu lalu bangkit dari posisi jongkok, Niall ikut berdiri dan mengendikkan bahunya.

            “Tidak ada, aku hanya merasakan panas saat menginjakknya lalu kutunggu sampai abu itu dingin dan langsung mengambilnya beberapa untuk kubawa pulang. Tidak ada luka sama sekali,”

Sun Garda (1D Fantasy FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang