Chapter 3

246 12 3
                                    

Chapter 3

Pesawat tiba-tiba bergoncang hebat seperti diterpa angin topan. Sang pilot terjungkal ke samping, memberiku kesempatan. Aku berdiri dengan cepat dan berlari ke pilot itu dengan borgol di tanganku. Ia mulai sadar dan matanya membelalak saat melihatku tengah menghampirinya. Ia berusaha berdiri, namun aku menghajarnya sampai pingsan. Kurogoh sakunya dan mendapati sebuah kunci, kuharap kunci itu untuk membuka borgol sialan ini. Oke, aku yakin aku akan melewatkan Natal tahun ini. Mungkin tahun depan, jika aku masih hidup.

Begitu aku memutar kuncinya, terdengar bunyi 'tik'. Kulepas borgol ini dan membuangnya ke tanah dengan murka. Raven masih bergoncang, tapi mulai mereda. Langit berwarna hitam kelam, dan saljy-salju berterbangan sana-sini. Sementara pilot itu masih tak sadarkan diri. Sekarang, aku harus menghubungi markas untuk menjemputku. Satu-satunya cara adalah meretas saluran komunikasi pesawat. Aku mendekat dan melihat ratusan tombol yang berbeda, tidak ada satupun yang familier denganku. Raven jauh lebih rumit dari yang kuperkirakan.

Lalu aku melihat sebuah layar komputer kecil di tengah meja dan, yeah, terpujalah dewa-dewi! Sebuah kordinat tercetak di bagian atas layar, dan komputer itu juga memberitahuku bahwa aku sekarang berada di atas Rusia, yang tengah dilapisi es tebal dan kabut. Aku nyaris tidak dapat melihat apa-apa di bawah sana. Aku mengenakan headphone di kepalaku, berusaha menghubungi markas. Namun yang kudengar hanyalah suara gemerisik tidak jelas. Aku mencoba berulang kali, tapi tetap tidak terhubung. Cuacanya memang sangat tidak memungkinkan.

Badai salju masih belum juga mereda. Hari masih siang, namun langitnya tampak sangat kontras dengan itu. Aku memutuskan untuk mendaratkan pesawat ini meskipun aku tidak tahu di bawah sana ada apa. Pilot itu masih belum sadar, dan untuk pertama kalinya hal itu membuatku jengkel dan risih. Begitu aku memegang kendalinya dan berusaha mengarahkan Raven ini ke bawah, kuharap pendaratan ini 'terjadi' di es yang cukup keras dan tebal. Jika es di bawah tidak mampu menahan bobot kami, aku seratus persen yakin dalam selang waktu yang singkat kami berdua akan menjadi es dan difosilkan, lalu nasib kami akan berakhir dipajang di Museum Louvre.

Mesin pesawat berderu kencang layaknya auman singa membelah langit. Pesawat semakin tak terkendali, dan bel merah mulai menyala tanda bahwa kami harus segera keluar. Aku berlari ke ekor pesawat dan mendorong piringan besi itu sekuat tenaga, namun piringan itu tidak bergerak se inci pun. Hawa dingin telah membuatnya menjadi membeku dan mustahil untuk dibuka. Aku akan membusuk disini.

Akhirnya aku melakukan sesuatu yang diluar akal. Orang bodoh pun akan menganggap ini perbuatan aneh, namun aku tidak punya pilihan. Aku mendudukkan pilot itu di kursi berkarat tempatku tadi duduk, dan menamparnya keras-keras.

"Hei, bangun! Hei!" Aku menamparnya sekali lagi, namun masih tidak membuahkan hasil. Detak jantungnya masih terasa walau pelan, namun ekspresinya sudah seperti mati saja. Melihat bahwa semua upayaku gagal total, ada satu hal terakhir yang patut dicoba sebelum menyerah.

Aku mengambil bekas borgolku dan mengencangkannya di kedua tangan pilot itu seerat mungkin. Yang kuperlukan kini adalah bagaimana cara menyalakan setrumnya. Pemicunya pasti ada di suatu tempat di meja kendali. Aku memencet tombolnya dan dalam sekejap borgol itu langsung mengaliri tubuhnya dengan listrik berarus tidak terlalu tinggi. Aku mengaturnya agar tidak 'kelewatan' yang malah dapat mempersingkat hidupnya.

Dia kejang-kejang dan tersentak dari kursi. Aku membuka borgolnya dengan cepat, dan tangannya terlihat melepuh parah. Sedikit asap menguap begitu aku melepaskannya. Ia melakukan sebuah tusukan tajam ke perutku dengan kepalan tangannya. Pukulannya cukup terlatih bagi orang seusianya. Aku terdorong ke belakang sambil memegangi perutku. Napasku seakan terhenti selama sedetik.

"Sialan! Apa yang kau lakukan kepadaku?!!" teriaknya sambil mengancamku.

Aku berusaha tenang, masih memegangi perutku yang terasa seperti ditusuk pisau sepanjang 30 sentimeter. "Hanya memberimu sedikit kejutan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dark Days Of OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang