6. Sompret brothers

127 13 6
                                    

Danefa POV

"Haah haaah .. capek bener" mengelap keringat di kening

"Heh ngomong sesuatu napa" teriak gue pada Cis yang daritadi hanya bengong "loe gak kemasukan kan Cis?"

Akhirnya Cis kembali fokus lalu

Plaaak

"Vangke loe, napa gue di tampar!!" cecar gue menatap Cis tajam

"This is not dream!?" Ia melirik kanan kiri lalu pandangannya lurus menatap gue dengan mulut membentuk huruf O

"Au ah" jawab gue males memutar bola mata 

'Emangnya kenapa sih sama gue? Ada yang salahkah dari gue? Setahu gue nggak.'

Flashback On

"Kalian ngapain?" suara seorang wanita mengagetkanku, refleks aku langsung ngumpet di bawah meja sambil menarik kerah baju Cis untuk bersembunyi

Bodoh! buat apa sembunyi kalau udah ketahuan. Mending ngaku aja

Waktu gue mau berdiri, ternyata  Mrs. Adrissa alias tante gw nanyain sepasang kucing yang lagi berantem. Melihat itu, aku langsung kembali menyembunyikan tubuhku di bawah meja bersama Cis yang masih syok.

"Udin, tenang aja. Dia gak liat kita. Mrs. Adrissa ngomong sama kucing" bisikku menahan tawaku karena melihat kegilaan tanteku itu. 

Aku baru inget kalo tante Rissa pernah bilang dia punya insting buat ngomong sama hewan. Lucu juga sih dengernya, tapi je;as gue gak percayalah. Kalo gue percaya yang ada gue malah jadi bego lagi. 

Namun kelegaan itu tidak berlangsung lama ketika Alf  ketika aku melihat sepatu kets hitam mendekat ke arah kami. Itu sepatu anak itu. Alpon, eh siapa ya namanya. Lupa deng gw

Wajah Cis sudah pasrah "mampus" desahnya pelan 

Sepertinya Alf sudah mencurigai keberadaan kami, terbukti dari kakinya yang sudah menekuk untuk memeriksa kolong meja sampai suara tante Rissa mengajaknya untuk pergi. Kepalaku keluar kolong meja sebentar untuk melihat keadaan yang ku anggap aman

"Mereka udah pergi" kata gue membelakangi Cis

DEG

ANYING

Hampir jantung gue copot gara gara kepala Alf yang tiba tiba nongol dari celah pintu yang belum tertutup rapat

Ia menyunggingkan senyum miring melihat wajahku yang sudah basah di guyur keringat dingin. Dengan telunjuknya ia menunjuk ke arah di mana tante Rissa berada sambil terus tersenyum mistis, lalu tiba tiba saja dia menunjukkan telapak tangannya

Aku menaikkan sebelah alisku "Maksud?" tak bersuara hanya gerakan bibir saja

Namun Alf tetap tidak menjawabku, entah kenapa jarinya semakin lama makin berkurang seperti sedang menghitung sesuatu. Otakku yang lemot masih tidak mengerti maksudnya sampai Cis mengagetkanku dan mengajakku untuk lari. 

"Ayok Lari" ajak Cis menarik lenganku

"Lari?" Cis menghentakkan kakinya dengan gemas

"Dia lagi ngitung mundur dari 5, kalo hitungannya udah sampai 1, dia pasti bakal ngadu ke Mrs. Adrissa!!" sederet kalimat yang di lontarkan Cis membuat mataku melebar

"Shit!" Baru aku mau melayangkan tinju ke wajah Alf, Cis menghentikanku sekaligus menyadarkanku bahwa jari Alf hanya tersisa 2 sekarang. 

Refleks, tanganku langsung mencapai dan menggendong Cis lalu membuka jendela ruang guru dengan kaki panjangku. Memasang kuda kuda -dalam waktu singkat- untuk terjun dari jendela. 

Spy B-GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang