BAB VI (PROYEK)

1.5K 30 8
                                    

GALEN POV

"Galen, tangannya," kata Celly sedikit gugup.

"Mmm, maaf," kataku.

Gelang Michelia? Hmmm, berarti anak ini adalah anak yang disebut-sebut Reva. Lalu apa maunya denganku?

"Mm, aku, err, anak kelas XI IPA 1," begitu katanya. Raut wajahnya gugup. Aku memasang wajah tersenyum menunggu setiap kata yang akan dia ucapkan. Biasanya cara seperti ini cukup sukses untuk meraup informasi dari setiap orang yang ku wawancarai. Licik memang, tapi ini berguna.

"Lalu?"

"Dengar-dengar ada orang luar negeri, dari Greenland, pindah ke sini kan? Namanya Reva ya?"

"Ya," jawabku singkat. Sepertinya aku benar-benar tertular anak itu deh ==a.

"Aku hanya penasaran aja. Katanya ada yang pindahan dari Greenland. Tapi temanku yang bersekolah dari SMA swasta ternama mengenal dia. Katanya dia terdaftar di sekolah itu. Apa benar?"

Oke, sekarang aku tau kenapa Reva ingin menyelidiki anak ini. Dia tahu cukup banyak. Dia juga punya teman yang se SMA dengan Reva dulu. Banyak info yang bisa didapat dari orang satu ini.

Dia coba mengintrogasiku? Tidak akan bisa. Aku yang akan mengintrogasinya terlebih dulu. Ngomong-ngomong Reva mana? Disaat seperti ini, dia malah menghilang.

"Entahlah. Aku hanya bertemu dengannya pertama kali di sekolah ini. Memangnya kenapa kau mau tau tentangnya?"tanyaku mencoba menyelidiki.

"Mmm, tidak ada maksud tertentu. Aku hanya penasaran saja. Ku pikir kau tau banyak. Lagi pula kau akrab dengan anak baru itu. Err, kau juga suka mengantarnya pulang kan," katanya.

"Ya, karena kebetulan kita searah. Dan, err, kau tau kan kalau aku sebenarnya mencoba, err," kataku terbata mencoba memberikan ekspresi aku mencintai anak ketus itu. Atau mungkin memang benar seperti itu.

"Ya, aku paham," katanya sambil tersenyum.

Suasana menjadi kikuk. Dia memutar bola matanya seperti mencoba bertanya sesuatu tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku hanya menunggu pertanyaannya saja. Mencoba menebak dia tahu sejauh mana tentang masalah ini.

"Kau mau tau tentangnya?" tanya Celly padaku.

Hal yang harusnya dia tanyakan pada dirinya sendiri. Jelas aku lebih tau tentang anak itu. Tapi aku tetap mengangguk mencoba mengikuti arus pembicaraannya.

"Sebenarnya dia bukan anak dari luar negeri seperti yang dia bilang. Steve yang menceritakannya padaku," katanya memasang tampang serius. Baiklah, dia sudah tau terlalu banyak. Dia juga sepertinya akrab dengan Steve.

"Sebaiknya kita bicarakan ini sambil makan di kantin. Aku takut jam istirahat habis," kataku sambil mengelus perutku. Celly mengangguk menyetujui tawaran yang kuberikan. Inilah saat yang tepat mengorek informasi sebanyak-banyaknya tentang teori atom yang belum jelas maksudnya. Reva, disaat seperti ini kau dimana?

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 Reva POV

Aku mencoba menahan semua rasa ingin tahuku terhadap makhluk yang ada di depanku ini. Jelas ini ada hubungannya dengan Steve. Semua petunjuk yang aku dapat mengarah padanya. Aku hanya belum paham tantang teori atom, hubungan bunga Michelia, dan proyek yang disebut-sebut. Semua petunjuk tersebar tapi tak ada benang merah yang menyambungkan semuanya.

"Kau menyayanginya lebih dari aku menyayanginya. bukankah begitu?" tanya Steve dengan pandangan lurus ke depan.

"Hah?" tanyaku kurang jelas dengan maskud pertanyaannya. Dia hanya tersenyum simpul.

C A S EWhere stories live. Discover now