Adik Baru

3.8K 143 15
                                    

“Selamat berakhir pekan..semoga liburannya menyenangkan dan fresh kembali di hari-hari yang akan datang.”

With Love

@Bundackid

11 April   2004

POV Haikal

Kemarin  ayah dan mama pergi seharian. Aku di rumah bersama dua orang adikku dan ditemani Mbok Harini yang sudah sejak mama SMP ikut membantu di rumah Eyang.  Ayah dan mama berpamitan untuk kepergian mereka tepat sebelum aku dan Vika berangkat sekolah.

            Awalnya ayah menerima telepon -yang entah berasal dari mana- tapi berhasil membuat keduanya tergopoh-gopoh dan kelihatan sedikit tegang. Untungnya kami sudah selesai ulangan semester sehingga relatif tidak menganggu ketenangan  ketika akhirnya beliau berdua  berpamitan untuk  berperjalanan ke Cilacap. Enam jam perjalanan dari rumah kami.  

            Kami memang sudah terbiasa mandiri walaupun mama tidak akan pernah melepaskan pengawasan di sela-sela kesibukannya berbisnis. Ayah yang sedang merintis kariernya sebagai anggota dewan memang memiliki kesibukan yang cukup tinggi tapi mereka berusaha bekerja sama dalam mendampingi anak-anak. Mama lebih dominan hanya saja mama juga tidak menangani semuanya sendirian. Minimal ada mbok Harini dan Mas Endy, baru mama bisa leluasa meninggalkan kami.  Mbok Harini jaga rumah berikut semua logistiknya dan mas Endy bertugas antar jemput kami meskipun pakai motor atau kadang-kadang malah harus naik becak.

            Kami baru bertemu mama dan ayah pagi ini. Tepat ketika kami sudah selesai sarapan dan mulai bertanya-tanya kenapa mama dan ayah belum kelihatan sejak tadi. Mbok Harini yang membangunkan aku dan Vika sementara si kecil Asya yang baru berumur 3 tahun belum bangun.

            Beliau berdua muncul dari garasi samping bersama dengan sesosok anak yang terlihat pucat dan diam. Dia mengenakan jaket coklat yang sepertinya hangat, sandal rumah dengan kepala bebek di kedua ujungnya dan sepasang baju tidur dengan model seperti yang biasa di pakai Vika. Sama seperti mama, terlihat kusut dan belum mandi. Satu-satunya yang tetap kelihatan rapi adalah rambutnya yang tergerai sampai ke pinggang karena rambutnya sepertinya sangat halus.

            “Kalian sudah siap berangkat sekolah ya?” tanya mama berusaha ceria sambil memeluk tubuh-tubuh kami yang sudah wangi sabun mandi. Vika nyengir lucu mungkin merasakan bau yang sama dengan yang aku hidu. Bau tubuh mama yang berkeringat dan samar-samar tercium parfum. Mungkin sisa parfum kemarin pagi karena kulihat wajah mama nampak berminyak khas orang belum mandi.

            “Kenapa? Mama bau ya?” tanyanya yang membuat kami berdua akhirnya tersenyum lebar. Mama yang selalu tahu apa yang kami pikirkan. He..he…Ayah hanya tersenyum sekilas dan segera masuk ke kamar mandi untuk cuci muka karena sebentar kemudian beliau sudah keluar lagi dan duduk di samping Vika.

            “Nah..karena abang dan Vika segera mau berangkat. Mama mau kenalin kalian sama Lian. Berlian namanya. Mulai sekarang, Lian adalah adik Haikal dan kakak Vika. Mama dan ayah minta kalian saling menyayangi dan saling mengasihi seperti  Haikal menyayangi Vika dan Asya serta Vika menyayangi Asya dan Haikal. Dan Lian, mulai hari ini ayah , mama, Haikal, Vika dan Asya adalah keluargamu. Mama mau kalian saling menyayangi. Kita semua saling menyayangi..”ujar mama sambil melebarkan senyumnya dan merengkuh bahu anak itu dengan sayang.

            Aku mulai melirik sebal pada anak itu. Dia seperti kelihatan menahan tangis. Tak terasa aku sedikit mencibir. Tidak mengerti mengapa mama harus membawa anak tak dikenal itu ke rumah ini dan mengharuskan aku menyayanginya seperti kedua adikku. Kau tahu, aku saja harus berusaha sekuat tenaga untuk menyayangi Vika dan Asya. Kini, mama mengharuskan aku menyayangi seorang anak lain yang bahkan aku tak pernah tahu asal-usulnya. Aku hendak protes namun mengingat saat ini sudah siang dan kami harus segera berangkat sekolah, aku memilih untuk diam.  

RedefinisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang