Kawin Kontrak - Bab 2

275K 13.2K 716
                                    

Ternyata gak butuh waktu lama supaya vote bisa jadi 40. Di satu sisi eke bahagia, ternyata reader eke begitu perhatian dan menyayangi eke dengan penuh kerelaan, sampai vote berjumah 40 dengan waktu yang singkat (menurut eke tuh). di sisi lain, eke harus bertanggung jawab buat aplot bab 2 segera, padahal lapie eke kayaknya kena pirus yang bikin doi sesuka hatinya shut down sendiri (nyanyi: kau datang dan pergi sesukaaaa hatimuuuuuuhhhhh ohhhhhh...-->ebusyet lagu taon berapa ne). jadi dari kejadian kemaren, eke terinspirasi bikin game untuk aplot KK bab 3. Bab 3 bakalan eke aplot cepet, kalau ada poto setres lari-lari keliling lapangan wuakakakakaakakakakakakakakakakakakakakakak.... enggak, boong ding....ekekekekekekekekek.... Bab 3 eke aplot cepet kalau semisal vote sudah berjumlah 60 sebelum hari senin. wekekekekekekek.... lumayan... naek tingkat. semoga reader tetep terhibur sama cerita eke dan juga curhatan geje eke yang sering muncul di awal cerita... sulamat munikmati

BAB 2

RIMA

"Aku sudah coba menghubungi seseorang yang bisa bantu kamu, Rim!"

Sedikit sulit untuk memegang ponsel dengan benar kalau kau sedang membawa banyak barang dan itu terjadi padaku saat ini. Ponselku berdering tepat ketika aku sedang sibuk membawa beberapa belajaan untuk kubawa ke apartemen Lea. Nama Diva membuatku segera mengangkat ponsel itu dan membuatku sedikit kerepotan ketika berjalan.

"Beneran? Siapa? Gimana cara dia bantu aku?" tanyaku senang sembari mengangkat kantung belanjaanku dengan tanganku yang lain.

"Nanti kamu juga tahu, dua hari lagi dia datang ke rumah kamu sekalian mengurus kontrak itu. Siapa tahu kamu bisa dapat tambahan waktu untuk pembayaran," Diva berdehem sebentar kemudian melanjutkan lagi, "kamu dimana Rim?"

"Aku perjalanan ke kamar Lea. Sarapan sekaligus cerita semua masalah ini ke dia. Nanti siang, semoga aja dia bisa antar aku ke tempat Tio," jawabku sembari menunggu lift yang membawaku ke kamar Lea.

"Enak bener dia bisa dapat layanan room service!"

"Di, jangan mulai deh!"

"Oke, terserah kamu! Jangan bilang aku gak pernah mengingatkan ya!"

Suara Diva berganti dengan nada sibuk yang menandakan dia sudah menutup ponselnya. Aku mendesah pelan, berpikir cara untuk meyakinkan Diva supaya bisa menerima Lea. Masih jelas teringat bagaimana Diva begitu penasaran pada Lea dan langsung menunjukkan raut muka tidak suka di hari pertama pertemuan mereka. Bagaimana bisa Diva begitu yakin untuk tidak menyukai seseorang pada saat pertama mereka bertemu!

Aku memasukkan kembali ponselku ke dalam tas kecil yang kubawa dan masuk ke dalam lift kemudian memencet lantai kamar Lea. Apa yang salah dari Lea di mata Diva? Ketika itu Diva langsung menjengit ketika melihat Lea yang datang menemuiku. Bahkan Diva tak mau menjabat tangan Lea dan segera berpamitan kepadaku. Setelah kejadian itu, aku bersumpah untuk tidak akan pernah mempertemukan mereka lagi. Untung saja Lea berbesar hati untuk memaafkan kelakuan Diva saat itu dan tak pernah mengungkitnya lagi. Sementara Diva, terus menerus memperolok Lea setiap pertemuan kami.

Pintu lift terbuka dan aku segera keluar dan berjalan menuju kamar Lea. Setahuku keluarga Lea tinggal di Malang juga, tapi kenapa dia malah memilih untuk tinggal di apartemen daripada dengan keluarganya. Itu selalu menjadi pertanyaanku dan tak pernah berani kutanyakan pada Lea. Aku sangat takut dia tersinggung dan kemudian marah kepadaku. Kupikir suatu saat nanti dia akan menceritakan semuanya kepadaku tentang keluarganya, atau mungkin masa lalunya.

Pintu apartemen Lea berdiri kokoh di hadapanku. Aku merasa sangat lega sudah berada di depan kamar ini karena tanganku sudah mulai terasa pegal dengan semua belanjaan yang kubawa. Lea selalu membiarkan kulkasnya kosong dan memintaku untuk mengisinya setiap aku punya waktu luang. Bahkan dia memberiku kunci apartemennya agar aku bisa dengan leluasa membersihkan apartemennya yang selalu terlihat berantakan.

Kawin KontrakWhere stories live. Discover now