Boss and Secretary - 93

409 47 119
                                    

"Tidak mudah untuk menyingkirkan Nilaa." Elena berkata sebelum menyesap teh. Dia kesal bukan main karena belum bisa menyingkirkan wanita yang dibencinya itu karena telah merebut Julian darinya.

Arthur tidak pernah bisa menyadari kalau Elena masih menginginkan Julian. Namun, pria itu mulai buta. Dia dibutakan oleh cintanya pada Elena. Cinta yang belum pernah dibalas Elena meskipun tubuh dan jiwanya berada di sana.

"Kita masih punya rencana lain." Kata Arthur sembari menggulung lengan kemejanya.

Elena tersenyum tipis. "Padahal kita bisa membuat Nilaa bersalah kalau terjadi apa-apa padaku."

Arthur menatap Elena curiga. "Kamu tidak berniat untuk menggugurkan kandungan bukan?"

"Tidak." Jawab Elena santai. "Tentu saja tidak. Ini hanya semacam—" Dia tampak berpikir sejenak. "Ya, intinya aku tidak akan menggugurkan kandunganku."

Arthur terdiam sejenak. "Aku sangat menyayangi anakku." Dia membelai perut Elena lembut.

"Aku tahu, Arthur." Elena tersenyum pada Arthur.

"Kamu lihat apa yang ibuku lakukan saat kita memintanya agar Nilaa tinggal bersama kita."

"Hahaha." Elena tertawa senang. "Dia langsung mengabulkannya. Menyuruh Nilaa datang dan memintanya untuk menemaniku."

"Itu artinya, ibuku sudah menyayangimu, Elena. Dia senang karena putranya menikah dan ada janin yang harus dijaga di rahimmu. Dia senang kalau kita punya anak. Karena dia akan mendapatkan cucu baru."

Elena mengangguk. "Sebentar lagi posisi Nilaa akan bergeser."

"Tentu. Bahkan sampai saat ini dia belum ada kabar apa-apa soal kehamilannya."

"Aku tidak sabar melihat Nilaa kecewa karena mulai sekarang aku akan menjadi orang yang paling disayangi ibumu." Elena melirik Arthur sembari tersenyum.

"Ya, tentu, sayang."

***

Suzanne mengintip Kai yang sedang membersihkan wajahnya di wastafel. Sikap pria itu cukup meragukan kalau dia benar seorang aktor terkenal. Tapi, google tidak mungkin berbohong kan mengenai Kai yang memang seterkenal itu.

"Jangan ngintip terus." Kata Kai yang tau sedari tadi kalau Suzanne mengintipnya.

Suzanne berbalik dari balik pintu dan meluncur seolah-olah tidak mendengar ucapan Kai.

Kai mendekati Suzanne yang pergi ke dapur dan membuat kopi. "Aku akan pulang ke hotel. Terima kasih untuk minumanannya."

Suzanne terdiam sampai punggung pria yang mengaku sebagai aktor terkenal itu lenyap.

"Seorang selebriti bermalam bersamaku di sini." Katanya dengan mata yang tidak percaya dengan ucapannya.

***

Nilaa tampak kesal dengan permintaan nenek Julian. "Apa sih yang nenek pikirkan sampai-sampai dia memintaku menemani Elena? Kenapa tidak menyuruh anaknya atau cucunya yang lain saja?"

Julian membelai rambut Nilaa lembut. "Aku yakin nenek tidak punya maksud apa-apa. Dia sayang sama kamu. Mungkin menurutnya menyatukan kamu dan Elena adalah hal yang baik supaya bisa mendekatkan kalian sebagai keluarga."

"Aku tidak akan pernah bisa dekat dengan Elena. Kamu tahu kan apa yang pernah dilakukan Elena kepadaku?"

"Iya, sayang. Aku paham. Aku mengerti kok." Dia mengecup kening istrinya lembut. Julian tahu cara paling ampuh meredakan emosi Nilaa adalah dengan memberikan sentuhan-sentuhan lembut.

Dia memeluk Nilaa. Lama. Cukup lama untuk bisa meluruhkan seluruh emosi Nilaa pada nenek, Elena dan Arthur.

"Terima kasih sudah di sini untukku." Nilaa berjinjit untuk mengecup bibir Julian.

"Terima kasih karena sudah menjadi istriku yang baik."

Mereka berdua tersenyum.

Julian melepas kancing kemeja Nilaa satu per satu. Memandangi setiap inchi kulit Nilaa. Dia menatap wajah istrinya. Wajah yang selalu dirindukannya.

"Sayang..." Julian menenggelamkan wajahnya di dada Nilaa.

***

Yang mau diupdate lagi tinggalin komentarnya ya ^^

Boss and Secretary (Adult 21+)Where stories live. Discover now