3. Harus bersiap

20 1 0
                                    

♡♡♡

Jika biasanya pagi-pagi buta Reshel harus bergegas berangkat kerja, untuk kali ini tidak. Reshel masih santai dan bermain dengan Pisu. Gadis itu sudah rapih, takut-takut Aklan sudah menjemputnya.

Sebenarnya tanpa Reshel beritahupun dimana rumah Reshel, sudah pasti Aklan tahu. Ia memegang data semua karyawan, bahkan ia juga bisa bertanya kepada orang tuanya.

"Hey, Pisu hati-hati." Peringat Reshel Kala Pisu hampir menjatuhkan gelas kaca.

Reshel yang sedang asik bermain ponsel, langsung bergegas keluar kala bel rumahnya bunyi. Sedetik saja seharusnya Reshel sudah bisa membuka pintu, tanpu jantungnya kini berdebar tak beraturan.

Kedua kalinya bel berbunyi, Reshel masih ragu.

"Bisa Ecel, Bisa!" monolog Reshel meyakinkan.

Lima detik selanjutnya, Reshel membuka pintu lalu berlari kecil membuka pagar.

"Maaf lama Pak," katanya.

"Stop panggil gue Pak."

Reshel mengangguk paham.

"Mau masuk dulu?" tawar Reshel, berharap di tolak. namun Aklan melangkah masuk menjawab pertanyaan Reshel.

Reshel pergi kedapur guna membuat minum untuk Aklan, namun langkahnya terhenti ketika lengannya di tarik Aklan. Gadis itu langsung terduduk di sofa sebelahnya.

Merasa risih, Reshel berpindah tempat di depan Aklan yang di batasi meja "Maaf."

"Gue mau lo bilang ke Nyokap Bokap gue, kalo lo ngga ada paksaan apapun dari gue."

"Tapi P-p.." Reshel melipat mulutnya. Ia harus memanggil Aklan apa? Reshel orang jawa, biasanya ia memanggil lelaki yang lebih tua Mas.

"Lo nikah sama gue ngga rugi, Reshel."

"Atau lo mau rumah peninggalan satu-satunya orang tua lo gue ambil? lo bakal jadi gelandangan." sambung Aklan.

Reshel masih diam. Dia benar bodoh jika harus begini.

"Lo ngga punya harta lagi Reshel, Lo cuma punya rumah ini, kan?"

Kali ini Reshel harus banyak bicara, ia sudah mempersiapkan dirinya tadi. Dari umur 14 tahun Reshel hidup sendiri, ia sudah banyak usaha untuk melunasi hutang kedua orangtuanya. Ia tak mau harga dirinya di minta begitu saja.

"Apa saya boleh tau, apa alasan bapak ingin menikah dengan saya?"

Aklan menatap netra hitam pekat Reshel, sekarang ia tahu bentuk indah mana yang dimiliki Reshel, Bibir kecilnya dan matanya.

"Kalo gue bilang lo cantik? apa lo akan percaya?"

Jelas Reshel percaya, dia adalah orang yang sangat amat percaya diri.

"Reshel Alizsya, Lo adalah satu-satunya orang yang tersisa disini."

"Anda mau apa?"

Aklan berdesis "Lo mau tau?"

Reshel menangguk penasaran.

RESHEL Where stories live. Discover now