3. Permohonan

295 87 0
                                    

Baca cepat di KARYAKARSA Aqiladyna

https://karyakarsa.com/Aqiladyna/sebening-embun-part-5

com/Aqiladyna/sebening-embun-part-5

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

2.5.2024

Pagi ini rumah besar keluarga Juragan Prabu Kusumawardhana didatangi utusan dari keluarga Rajendra yang bermukim di desa bagian utara. Kabar burung terdengar dulunya kedua belah pihak menjalin kekerabatan yang erat dari keturunan keluarga terdahulu.
Juragan Prabu sendiri menjamu para tamu utusan keluarga tersebut di balai tengah. Ketika Embun ditugaskan menyuguhkan minuman ke tengah mereka, Embun bisa merasakan suasana begitu tegang, terasa aneh sekali, bukankah seharusnya pertemuan yang lama sudah ndhak terjadi menjadi hangat karena dulunya kedua belah pihak keluarga menjalin hubungan yang baik.

Setelah menyuguhkan minuman itu Embun undur diri beranjak meninggalkan balai tengah.

Langkah Embun menyusuri lorong rumah menuju bilik dapur. Namun, sayup-sayup ia mendengar obrolan para abdi pelayan yang sedang berkumpul.

"Firasatku ndhak baik tentang utusan dari keluarga Rajendra yang datang ke rumah ini."

"Apa mungkin ini sudah saatnya, mengingat usia Ndoro Ayu sudah 22-tahun."

Kening Embun mengerut, sungguh ndhak mengerti apa yang abdi pelayan itu bicarakan dan apa kaitannya tentang kedatangan utusan keluarga Rajendra dengan Ndoro Nuria?
Embun melanjutkan langkahnya, hingga kembali bertahan ketika melintasi pelataran belakang, bisa Embun lihat Ndoro Nuria duduk seorang diri di atas dipan kayu memandang lurus ke arah perkebunan.
Embun pun memutuskan menghampiri sang Ndoro, berdiri tidak jauh seraya menyapa lembut.

"Pagi Ndoro Ayu."

Ndoro Nuria menoleh tanpa menjawab sapaan Embun, memilih memandangi arah perkebunan kembali.
Embun menggigit bibirnya, semakin bingung dengan situasi ini, ketika ia menyuguhkan minuman di balai tengah suasana terasa tegang di sana dan kini Ndoro Nuria pun terlihat nampak muram yang biasanya Ndoro Nuria selalu menyambut pagi dengan ceria serta senyuman yang menghiasi wajah ayu beliau.
"Ndoro Ayu baik-baik saja?" tanya Embun memberanikan diri yang kembali tidak mendapatkan jawaban. Memang sungguh lancang dirinya mungkin Ndoro Nuria ingin sendiri tanpa tergganggu oleh siapa pun.

"Ngapunten Ndoro kehadiran saya mengganggu Ndoro, kalau begitu saya undur diri." Embun membungkuk memutar tubuhnya berniat untuk pergi.

"Apakah mereka masih di sana bersama romoku?" tanya Ndoro Nuria menghentikan langkah Embun yang memutar kembali tubuhnya menghadap sang Ndoro.
"Inggih Ndoro Ayu."

"Kamu mendengar apa yang mereka bicarakan?"
"Ngapunten Ndoro, saya ndhak mendengar apa pun."
Ndoro Nuria menghela napasnya seraya tertunduk sedih membuat Embun prihatin dan penasaran apa yang sebenarnya mengusik kegelisahan hati Ndoro Nuria.
"Ini buruk, sangat buruk, yang membuatku ketakutan sekali," lirih Ndoro Nuria hingga Embun kali ini lebih mendekat dan tanpa disuruh duduk di samping Ndoro Nuria.

Sebening EmbunWhere stories live. Discover now