9

5.1K 1.2K 260
                                    

Ramein pokoknya mah.

Pada ribut si Babas amnesia? Gimana ceritanya? Coba spill sini. Eke aja kaga tau.

Terus, Kinkin diperkaos? Astaganaga, gosip darimana pulak itu? *Umar mode on* sambil lap tancho netes ke kerah baju.

Eh, nama emaknya Yati. Makasih wattyzen budiwati.

Gaduhin yak.

Yang minta visual, kemaren dah eke tulis di komen.

Babas : Sule
Kinkin : Ely Sugigi
Mak Reva : Buncor 🤣🤣🤣

Umar? Igun aja wkakakakka.

***

9 Kasmaran Paling Depan

Kinara dan Kafka menghabiskan malam bersama Mayang dan juga Sutomo. Mereka tidur berempat di ruang tengah. Sutomo menggelar empat buah kasur untuk mereka berempat. Semuanya mendapat masing-masing satu untuk ditiduri dan begitu sprei terpasang, Kafka langsung memeluk pinggang ibunya yang berbaring. Bocah tampan itu menghirup aroma sabun yang menempel di tubuh Kinara dengan nada amat gembira seolah dia tidak mau lepas dengan wanita yang amat jarang bersamanya itu. 

Kinara sendiri juga begitu. Jika biasanya Mayang selalu ada di sampingnya saat dia terlelap, kini melihat sosok Kafka berada di dalam rengkuhannya seperti sebuah THR yang datangnya dipercepat. Tapi, tidak hanya itu. Saat dia mengangkat kepala dan menoleh ke arah belakang Mayang, dia juga tersenyum karena di saat yang bersamaan ada bapak yang dia rindukan, yang rela melepas semua ketenangan dan juga pekerjaan yang digelutinya selama bertahun-tahun untuk menjaga Kafka.

“Bapak tidak melarang kamu kembali ke sana. Tapi, jangan sampai kamu berharap dan mengemis kepada mereka demi Kafka. Dia anak yang hebat dan kuat, tanpa keluarga Dierja, dia masih akan terus hidup. Bapak yang bakal menjamin anakmu hidup bahagia, Bapak yang bakal menggantikan ayahnya, jadi ayah buat dia, jadi kakek buat dia, dan Bapak juga yang bakal mengajari dia jadi pria sejati. Pinta Bapak cuma satu, jika memang pria itu sadar, itu alhamdulillah. Tapi, jika tidak, maka berhenti dan menyerah, Kinar.”

Dulu, sebelum berangkat ke Jakarta atas bujukan ibu, Kinara berpikir semua akan mudah. Namun, kenyataannya malah tidak sama sekali. Dia sadar, kemudian cuma berharap hal yang tidak pasti. Jika orang lain mendengarnya, Kinara yakin sekali mereka akan mengatainya bodoh. Kok, bisa mau-maunya berharap pada keluarga yang sejak awal tidak bisa digapai. Tapi, dia tidak berencana meminta Baskara menikahinya karena sebelum semua orang mengatakan hal itu, dia tahu, dari semula hal itu tidak bakal terjadi. Dia saja yang bodoh karena terlalu sayang kepada Baskara ketika usianya masih sangat belia. Dia tidak tahu kalau perbuatan mereka kemudian membuatnya mendapatkan Kafka.  

Kinara memejamkan mata dan menggenggam jemari kanan Kafka ketika dengan bodoh dan polosnya dia datang ke rumah keluarga itu dengan harapan Reva Dierja bakal menerimanya dengan benar. Namun, dugaannya salah ketika melihat Sintya duduk bersamanya dan tentu saja, berdampingan dengan Baskara sementara dia, berdiri di samping ibunya sendiri yang seperti dirinya, sempat berharap ada secercah harapan yang kemudian, seperti banjir yang menyapu daun-daun kering di musim kemarau, dia tahu tidak ada harapan lagi, apalagi pada saat yang sama, ibu dari Baskara Dierja tersebut menggenggam tangan halus lembut milik Sintya sambil tersenyum.

“Jadi, kalian kapan mau meresmikan hubungan?”

Tidak ada hal yang lebih membuat sedih Kinara daripada itu semua. Tapi, tentu saja, setelahnya, hal-hal yang dia tahu telah membuatnya semakin jauh dari harapan untuk membawa Kafka ke keluarga ini adalah sebuah delusi belaka. 
Dia juga ingat sekali saat pertama kali Sintya yang hendak ke kamar mandi melihatnya berada di dapur, di saat yang sama, ada Nyonya Reva yang turut mengantar.

Kasmaran Paling DepanWhere stories live. Discover now