19. Survive

5.3K 609 54
                                    


Thank you for always be here yaa, happy reading!

Waktu bergulir dengan cepat, langit menunjukkan eksistensinya memulai rotasi dengan semburat oranye penuh magis yang tersebar di seluruh penjuru bagaikan kanvas karya seniman ternama. Nara memandang langit dengan perasaan tak dapat di deskripsikan kemudian mengalihkan pandangannya ke depan yang membuatnya menghela napas pendek.

"Jadi kenapa kita masih disini?" Tanya Nara.

"Gue mau pulang, ini udah mau malam, Ceilo."

"Ini baru jam setengah enam, Nara." Jawabnya.

"Gue harusnya udah sampai rumah sekarang." Kata Nara datar. Jelas berada di mood yang kurang baik karena menjadi tahanan Ceilo sejak keluar dari shelter tadi.

Ceilo hanya diam dan tak membalas ucapan Nara. Ia menyesap ice americano miliknya sambil fokus memerhatikan seorang gadis berambut pendek yang menjadi kasir di minimarket tempat mereka duduk sekarang.

Nara bingung kenapa dia berada di situasi ini selama kurang lebihnya tiga jam tanpa adanya informasi apapun. Apa Ceilo berpikir dia tidak punya pekerjaan lainnya?

"Sebentar." Ceilo tiba tiba bangkit dari duduknya. Dia mendekat pada Nara dan berbisik, "Perhatikan kasirnya baik-baik, Nara."

Nara mengernyitkan kening. "Mau kemana?"

"Toilet."

Nara sendirian dan ia harus mengawasi kasir minimarket yang sedang menyusun barang barang di rak. Sebenarnya Nara terus mempertanyakan kenapa dia harus melakukan ini, namun ketika seorang laki-laki bertubuh tinggi melewati pintu masuk dan berdiri di hadapan kasir tersebut perhatian Nara sepenuhnya tertuju padanya.

"Mana barang yang lo bilang mau sisain buat gue itu?" Katanya.

"Gue bilang kan kelar gue shift kerja, ngapain lo malah nyamperin kesini?"

"Halah, kebanyakan alasan lo. Nanti lo kabur lagi kayak kemarin!"

"Gaada yang kabur. Lo yang kelamaan datengnya!"

Mereka berdebat di depan meja kasir soal "Barang." yang Nara tidak tahu apa yang dimaksud itu. Jangan jangan tujuan Ceilo adalah membuat Nara mengerti begini cara mereka mengawasi seseorang.

"Apaan sih?! Gausah maksa! Gue bilang nanti!" Teriak kasir itu membuat Nara tersadar dari lamunannya.

"Oh udah berani lo ngelawan gue sekarang hah?!"

Raut wajah kasir itu berubah menjadi was was. Dia menoleh ke kanan dan kiri – memastikan keadaan sekitar dan Nara langsung berpura pura menopang dagu alias melamun tanpa peduli keadaan sekitarnya. Tak lama kemudian Nara melihat sebungkus rokok di keluarkan tapi Nara yakin seratus persen bahwa mereka menyembunyikan sesuatu di dalam sana dan ia. tidak bisa melihat lebih jelas apa itu.

"Udah kan? Sekarang pergi dari sini."

Laki-laki itu pun pergi meninggalkan minimarket dan entah keberanian dari mana Nara pun beranjak dari sana dengan segera mengikutinya mulai dari menyusuri trotoar sampai menyeberang. Nara tahu ini berbahaya terbukti dari detak jantungnya yang terus berdebar hingga terdengar ke telinga namun ia enggan berhenti di tengah jalan tanpa mengetahui apapun.

"Sial, jalanannya makin sepi dan gelap ..." Nara menggerutu dalam hati.

Sekali berbelok ke kanan - Nara pun dibawa semakin dalam menyusuri gang-gang kecil nan sempit dengan penerangan yang semakin terbatas meskipun malam hari belum begitu larut. Langkah laki-laki itu semakin tergesa. Menyadari tingkat kewaspadaannya yang kian mencuat ke permukaan Nara pun mulai berhati-hati.

PrivilegesWhere stories live. Discover now