36

5.4K 170 3
                                    

Didalam sebuah ruangan yang sangat gelap dan juga luas, disanalah Amoza berada.

Mencari cari seseorang, namun ia tidak menemukannya. Tidak ada pencahayaan sedikit pun disana, yang membuatnya sangat kesulitan.

Ia terus melangkahkan kakinya kedepan, mencari jalan keluar didalam kegelapan ini.

Tidak ada rasa takut yang muncul pada dirinya, sampai akhirnya ia menemukan sebuah cahaya terang.

Amoza melangkahkan kakinya melewati cahaya itu dan akhirnya ia terbangun dari pingsannya.

"Gue dimana?" Tanyanya sambil memijat kepalanya, ia melihat sekelilingnya yang berbeda.

Tidak seperti sedang berada pada posisi awalnya, yaitu di apartemen.

"Rumah sakit." Jawab seseorang yang berdiri dihadapannya.

Amoza beranjak berdiri, saat melihat siapa yang berbicara.

"Ngapain lo bawa gue kerumah sakit?" Tanya Amoza.

"Ikut gue." Ucapnya sambil menarik tangan Amoza.

"Davin lepasin gue!" Ucap Amoza sambil berusaha memberontak.

Namun cengkalan pria itu terlalu kuat, membuatnya tidak kuat untuk melepaskan tangannya.

Davin membawa Amoza kesebuah ruangan VVIP, yang tidak jauh dari tempatnya tadi.

Davin memperlihatkan seorang pria yang terbaring di ranjang rumah sakit, dengan menggunakan beberapa alat yang terpasang pada tubuhnya.

"Mahen?" Ucap Amoza yang melihat tubuh Mahen, didalam ruangan itu.

Davin dan Amoza melihat Mahen diluar, melalui kaca besar.

"Aku bakalan kembali ke dalam tubuh itu, disaat tubuh itu udah ga sanggup buat bertahan lagi." Ucapnya.

"Mahen....gue ga peduli." Ucap Amoza.

"Sebelum aku pergi, aku mau ngomong sesuatu sama kamu za. Aku disana merasa sakit, tanpa alat itu aku ga akan mungkin bisa bertahan dalam satu tahun." Ucap Mahen.

Amoza masih terdiam, ia tidak menjawab atau mengucapkan kata kata lain. Ia masih mendengarkan apa yang akan pria itu ucapkan.

"Za, aku tulus cinta dan sayang sama kamu. Aku bener bener ga mau kehilangan kamu. Andai aku bisa kembali lagi, aku mau memperjuangkan kamu. Za, aku ga tau kenapa aku bisa segila ini jauh dari kamu. Aku bisa mempertaruhkan nyawa aku, buat kamu. Tapi za satu hal yang harus kamu tau, aku cinta sama kamu." Ucapnya lagi.

Amoza sedikit tersentuh dengan ucapan Mahen, namun ia berusaha menahannya.

Lalu ia mengingat kembali isi surat Mahen. Ia merogoh saku celananya, lalu memberikan kepada pria itu.

"Terlihat jelas disini, lo tulis bersumpah dan sampai kapanpun. Terus gue harus percaya semua omongan lo atau isi surat ini?" Ucap Amoza sambil menatap Mahen yang sudah melihat isi suratnya.

"Jadi surat ini sama kamu za?" Tanya Mahen.

"Iya, gue udah baca semuanya." Jawabnya.

"Surat ini udah berbeda sama hati aku za." Ucap Mahen.

Mahen memegang dadanya yang mulai terasa sakit, napasnya yang sudah sedikit sesak, namun ia tahan dan sembunyikan.

"Waktu aku udah ga lama lagi za, jiwa ini akan kembali dan berganti menjadi kak Davin." Ucap Mahen sambil memegang tangan Amoza.

"Menurut lo gue percaya?Ngga." Ucap Amoza.

Tanpa bertanya, Mahen langsung memeluk tubuh Amoza. Dadanya sudah sangat sakit saat ini.

Amoza (Transmigrasi)Where stories live. Discover now