27

5K 130 7
                                    

Kapal pesiar kini sudah berlayar kembali,  mengubah arah tujuan awal yang sudah direncanakan.

Terpaksa mereka harus mengelilingi lautan itu, untuk mencari keberadaan anak-anaknya yang dari semalam menghilang.

"Kalau Amoza ga ketemu gimana ni Pa." Ucap Nagita sambil menangis.

"Bunda tenang dulu, papa yakin mereka ga jauh dari sini." Ucap Ryan berusaha menenangkan istrinya itu.

Mereka semua berpencar, disetiap sudut kapal pesiar itu sudah terdapat orang orang yang mencari keberadaan Amoza dan Davin.

Mereka mulai mencari keberadaan Amoza dan Davin dari arah Utara terlebih dahulu.

Beni juga sudah memerintahkan beberapa anak buahnya untuk ikut mencari keberadaan Amoza dan Davin.

Arkana terus berusaha menghubungi ponsel Davin, namun situasinya masih sama, ponsel Davin sama sekali tidak bisa dihubungi.

"Amoza, lo kemana si?lo buat khawatir aja tau ga?" Ucap Maura sambil terus melihat sekeliling lautan itu.

"Ntar kalau lo ketemu, gue iket lo biar ga ngilang lagi." Ucap Agatha.

Darren dan Juna menggunakan teropong untuk melihat lebih jauh lagi keberadaan Amoza dan Davin.

Namun dilihat dari teropong pun, tidak ada petunjuk tentang keberadaan mereka.

#####

Dibawah sebuah batu besar, yang dapat menutupi mereka dari panasnya matahari.

Untung saja ada sebuah batu yang bisa menjadi tempat mereka beristirahat.

'Ini semua gara gara Davin, bunda Amoza pengen pulang.' batinnya.

Pulau terpencil tidak ada satupun manusia yang tinggal disini untuk dimintai bantuan.

Amoza dan Davin terpaksa harus menunggu sampai bantuan dari kedua orangtuanya datang untuk menjemput mereka.

Perahu yang digunakan pun sudah hilang tidak tahu kemana.

"Lo masih marah sama gue?" Tanya Davin kepada Amoza yang sedari tadi hanya terdiam.

Saat hendak menjawab, Amoza menjadi teringat akan misinya. Di dalam pulau pun ia harus melakukan rencananya.

"Ngga kok, aku udah ga marah." Jawabnya sambil tersenyum.

Davin yang mendengar dan melihat itu merasa sangat aneh. Perempuan yang dihadapannya kini sangatlah aneh menurutnya.

'Kenapa dia jadi lembut lagi?Emang stress' Batin Davin.

"Davin ntar di sini, kita bakalan buat rumah buat kita tinggal. Terus aku akan nunggu kamu dirumah sambil nyiapin makanan saat kamu pulang kerja. Disini kita akan buat anak banyak, buat ramein ini pulau." Ucap Amoza.

Davin yang mendengar itu terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh istrinya ini.

"Ga ada yang mau tinggal disini lama lama sama lo." Tolak Davin.

"Ihh davin, kita harus dengerin kata bunda, bunda udah pengen nimbang cucu. Jadi kita harus buat." Ucap Amoza yang asal bicara.

'Najis banget gustii.' batin Amoza.

Davin yang sudah lelah, ia pun terdiam dan tidak menanggapi semua yang dibicarakan oleh Amoza.

Ia lebih baik keluar dan mencari cara untuk pergi dari pulau itu.

Amoza yang melihat Davin keluar langsung mengikutinya. Ia tidak mau jika berada disana sendirian.

Walaupun ia seorang yang pemberani, tapi bagaimanapun juga ia adalah seorang wanita yang punya rasa takut, walaupun kecil.

"Lepas cardigan lo." Ucap Davin.

"Kamu mau ngapain?Kamu mau buat anak disini?" Tanya Amoza yang dipikirannya sudah macam macam.

"Lo ga usah mikir yang aneh-aneh, udah lepas aja." Jawab Davin.

Amoza kini memang memakai cardigan untuk menutupi tanktop yang ia pakai.

"Kenapa ga baju kamu aja yang dibuka." Ucapnya.

Karena terus membantah Davin pun langsung mengambil paksa cardigan yang dipakai itu.

Amoza yang menolak keras pun berlari menjauh dari pria yang kini juga sudah mengejarnya.

"Amoza." Panggil Davin dari belakangnya.

Amoza terus berlari dengan sekuat tenaga yang ia miliki.

"Davin aku ga mau, lepas." Berontaknya saat Davin berhasil menangkapnya.

Davin langsung mengambil paksa cardigan itu, lalu ia ikatkan pada kayu yang sudah ia siapkan.

"Davinn, balikin cardigan aku." Ucap Amoza namun diabaikan oleh Davin.

Pria itu menancapkan kayu itu hingga kayu itu berdiri tegak. Sebuah bendera petunjuk sudah ia pasangkan, mereka tinggal menunggu bantuan datang.

Setelah menyelesaikan membuat bendera, davin pergi kedalam hutan untuk mencari makanan.

Ia meninggal Amoza disana, karena menurutnya Amoza akan mengikuti kemanapun ia pergi.

Amoza yang masih kesal dengan pria itu hanya menatap kepergiannya.

Amoza menatap cardigan yang digantungkan oleh Davin. Lalu ia cabut kayu itu dan membawa cardigannya pergi dari sana.

Amoza masuk kedalam sebuah batu yang sudah seperti gua itu. Ia meletakkan cardigan itu ditanah dan ia jadikan sebagai alasnya untuk tertidur.

"Gue ga akan peduli kalau lo mau marah." Ucap Amoza kepada Davin yang tidak ada disana.

Amoza menutup matanya untuk beristirahat, ia harus menghemat tenaganya.

Sementara Davin yang sekarang susah payah mencari makanan terkejut, saat melihat bendera yang ia buat tidak ada disana.

Ia mencari cari keberadaan bendera itu, namun ia tidak dapat menemukannya juga.

Davin hanya menemukan kayu yang sudah tergeletak ditanah.

"Amoza, ini pasti ulah lo." Ucapnya, lalu melangkahkan kakinya menuju batu itu.

Sesampainya disana, Davin langsung meletakkan makanan yang ia bawa dari hutan.

Ia menatap Amoza yang kini sedang tertidur disana.

"AMOZA." Ucapnya dengan suara yang cukup tinggi.

"AMOZA."

Amoza yang belum sepenuhnya tertidur, langsung terbangun setelah mendengarnya.

Ia menatap Davin yang kini sedang berdiri dihadapannya.

"Balikin." Ucap Davin meminta kembali cardigannya itu.

"Ini cardigan aku Davin, aku ga mau. Lebih baik ini cardigan jadi alas aku buat tidur, dari pada kamu jadiin bendera." Ucap Amoza.

"Amoza balikin, atau gue ambil paksa." Ucap Davin penuh penekanan.

"Ambil aja kalau bisa." Ucap Amoza, yang malah terus tertidur untuk mengamankan cardigan nya itu.

Davin yang tidak main main dengan ucapannya, ia berjongkok dihadapannya. Pria itu berusaha untuk mengambil cardigan itu kembali.

"Amoza balikin." Ucapnya lagi.

"Ngga." Jawab Amoza.

"Balikin."

"Ngga."

"Balikin."

"Ngga."

"Balikin."

"Ngga."

"Balik—" Ucap Davin terpotong saat tubuhnya terjatuh dan menimpa Amoza.

Davin menimpanya hingga membuatnya sedikit terkejut, sekarang jarak diantara keduanya cukup dekat.



















°
°
°
°
°

Amoza (Transmigrasi)Where stories live. Discover now