Part 1 : Membenci Pertunangan

20 8 0
                                    


Arkila ingin sekali lari dari pertemuan keluarga yang tidak pernah dia inginkan seumur hidupnya. Menikah karena perjodohan? Itu kolot sekali. Sekarang adalah zaman modern di mana semuanya tidak lagi diatur oleh orangtua. Apalagi masalah pernikahan, oh, ayolah, Arkila sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan hidupnya, tidak dengan cara seperti ini.

Mata gadis yang akrab dipanggil Kila itu melihat lurus ke arah calon suaminya, Natha, pria yang matang yang diketahui memiliki banyak aset di berbagai industri. Kila sungguh tidak tertarik, kesan pertama yang dia dapatkan adalah pria itu sangat dingin, tegas dan cuek, bagaimana bisa pria itu menjadi suaminya kelak?

Ketika pertukaran cincinpun Kila sama sekali tidak semangat. Natha bisa melihat itu semua, tapi dia bersikap tidak peduli dan tidak terlalu ingin ambil pusing. Natha melakukan ini hanya untuk kebahagiaan kakeknya yang sudah bau tanah itu.

Jika tidak, Natha mungkin sudah berada di luar negeri mengurusi bisnis-bisnisnya yang lebih penting dari pada pertunangan ini.

"Apa lihat-lihat?!" tanya Kila dengan sorot mata mengancam, dia menatap Natha tidak suka, rasanya dia ingin memukul wajah pria yang jauh lebih tua darinya itu.

Natha menaikkan satu alisnya, dia menurunkan tangan Kila ketika cincin itu sudah berhasil dia sematkan di jari Kila.

Dengan penuh paksaan, Kila harus memasangkan cincin ke jari Natha, dengan helaan napas berat, Kila menyematkan cincin itu, dan tepuk tangan kedua keluarga itu menggema.

Ketika acara itu berakhir, dan kedua keluarga berpencar, Natha dan Arkila masih berada di sana di saat semua orang sudah membubarkan diri. Natha dan Arkila berdiri dalam diam, tak satu pun dari mereka tahu harus berkata apa.

Tapi beberapa saat kemudian Kila membuka suara, "Kenapa nggak nolak aja, sih? Repot banget mau nikahin cewek yang lebih muda. Lagian umur kita, tuh, jomplang banget, tauk." Kila menyilangkan kedua tangannya di dada, dia masih belum terima atas perjodohan keluarganya ini.

Natha menaikkan satu alisnya, dia lalu membuka suara dan berbicara dengan nada dingin. "Kamu kira saya mau? Anak ingusan yang nggak tau apa-apa sepertimu ini cuma bisa jadi beban untuk saya. Seharusnya kamu bersyukur, berkat menikah dengan saya kamu bisa lanjut kuliah."

"Apa uang adalah kelebihan keluarga Anda?" Kila tersenyum remeh dan melanjutkan, "Percuma uang banyak tapi nggak punya kesadaran diri. Saya bisa cari uang sendiri untuk kuliah, nggak usah repot-repot menikah kalau cuma buat nguliahin saya doang."

"Yang seharusnya sadar diri itu kamu. Kamu sadar nggak, kalau keluargamu itu menjualmu demi membangun kembali bisnis mereka? Anak kecil, seharusnya kamu yang sadar diri. Secara tidak langsung mereka sudah membuangmu. Kasihan sekali."

Natha tersenyum menang begitu melihat ekspresi wajah Kila yang berubah marah. Wajahnya memerah karena menahan amarah, tangan yang awalnya menyilang di dada turun, tinjunya mengepal keras. Kalau saja dia bukan perempuan mungkin Kila sudah memukul Natha, sayangnya Kila hanya seorang gadis yang tidak bisa melawan laki-laki berotot seperti Natha.

Yang ada nanti Kila yang melayang dalam sekali pukulan dari Natha, jadi Kila hanya bisa menahan amarahnya agar tidak meledak begitu saja.

"Ya, Anda benar, mereka menjual saya. Tapi tenang saja, saya tidak akan merepotkan Anda sama sekali. Kita menikah, tapi Anda tidak perlu menyokong kehidupan saya secuil pun, paham?!"

Natha lagi-lagi menyeringai. "Saya tidak masalah, itu terserahmu. Lagian bagus, saya tidak perlu repot-repot menulis pengeluaran untuk anak tidak tau diri sepertimu ini."

Kila menghentakkan kakinya di lantai. "Sombong sekali, awas saja kau!" Dan dia pergi meninggalkan Natha yang masih berada di sana. Mata Natha tidak berhenti memperhatikan langkah kasar Kila.

"Umurnya saja yang 20 tahun sifatnya seperti anak 2 tahun," desis Natha, dia masih melihat kepergian Kila yang semakin menjauh.

Kila keluar dari gedung tempat acara pertunangan mereka tadi. Dia melihat kebelakang sekilas, emosinya masih menggebu-gebu, bagaimana bisa orang seperti Natha akan menjadi suaminya? Itu semua tidak masuk akal, keluarganya sama saja seperti mendorongnya ke sumur yang ada buayanya.

"Kau kira aku ini gadis lemah, huh? Aku juga bisa cari uang, sialan!" Kila memukul udara yang ada di sekitarnya, rasa kesalnya belum hilang, emosinya menggebu-gebu seperti laju kereta api.

"Om sama Tante benar-benar udah kelewatan kali ini." Kila menaruh kedua tangannya di pinggang, masih tidak habis pikir dengan fenomena yang terjadi padanya beberapa hari belakangan. "Menjualku demi bisnis, hah? Setelah apa yang mereka lakukan padaku setelah Mamah dan Yayah meninggal?"

Kila menghentakkan kakinya lagi di trotoar, semakin kesal setelah tau fakta bahwa dia dijual ke keluarga kaya hanya untuk membangun kembali sebuah bisnis yang sudah bangkrut karena kesalahan mereka sendiri.

"Anjing!!!" Dia akhirnya berteriak kencang di tengah trotoar, dan menjadi pusat perhatian banyak orang, tapi Kila sama sekali tidak peduli dengan itu, yang penting sekarang adalah emosinya.

Dari kejauhan sebuah mobil berhenti, sosok yang duduk di kursi kemudi itu memperhatikan Kila. Gadis itu terlihat benar-benar seperti orang gila, memukul angin, dan mengentak-hentakkan kakinya di trotoar.

"Baru segitu mentalnya udah keganggu? Kasihan sekali," bisik Natha sambil tertawa remeh, sungguh permulaan yang menyenangkan. Dia bisa saja menjadikan Kila sebagai mainan barunya, menyiksa gadis itu disela-sela jadwal sibuknya. "Gadis bodoh."

Natha memutar stirnya, berbelok ke jalan besar, dan melaju dengan kecepatan sedang. Dari kaca spion sebelah kiri, dia masih bisa melihat tingkah konyol Kila. Natha menggeleng-geleng pelan, tidak percaya kalau dia akan segera menikah dengan gadis aneh itu.

Di sisi lain, Kila akhirnya berhenti bertingkah aneh dan menjadi pusat tontonan orang banyak. Dia akhirnya berjalan pergi meninggalkan tempat itu, masih dengan emosi yang menggebu-gebu.

Kila tidak kembali ke rumah tantenya, Kila kembali ke kamar kosnya yang nyaman. Tempat di mana Kila menuangkan banyak emosinya dalam kesendirian. Dia menghela napas begitu pintu dibuka.

Ponselnya bergetar, satu pesan masuk dari tantenya, Kila hanya membaca notifikasinya saja. Setelah itu dia masuk ke dalam dan melempar ponselnya ke kasur.

Notifikasi 🔔
Tante Runa
| Kamu kemana? Kenapa nggak pulang ke rumah?

"Ya kau pikir aja, lah, pakek otak! Udah buat aku begini masih nyuruh pulang? Ada otak kau?!"

Kila kembali meluapkan emosinya, dia masih tidak terima dengan perjodohan kolot ini. Kila benar-benar habis akal, bagaimana bisa dia terjebak dalam lingkaran setan yang Om dan Tantenya buat? Kalau saja orang tua Kila masih hidup, dia pasti tidak akan menghadapi ini, dan bisa hidup seperti gadis normal lainnya.

"Orang gila!"

Kila melempar tubuhnya ke atas kasur dan memejamkan matanya tanpa berganti pakaian, tidak peduli kalau tiba-tiba dia didatangi dedemit karena tidak mandi dan ganti baju.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Married by Fate [NathaKila]Where stories live. Discover now