CHAPTER 18: NEW DAY

1.6K 116 63
                                    

----

ATTENTION PLEASE!!!

THIS SECTION CONTAINS MATURE CONTENT. UNDERAGE CHILDREN, PLEASE STAY AWAY. PAY ATTENTION TO YOUR LITERACY FOR A BETTER FUTURE.

THANK YOU

..

..

..

..

..

..

---

"Ngghhh..."

"Kenapa sayang?", Rebecca mendongak menghentikan kecupan-kecupan singkatnya di leher Ariana. Ia mengulum senyum saat Ariana menurunkan wajahnya sejajar dengan wajah manis Rebecca.

"You drive me crazy, I will die", bisik Ariana sembari tertawa.

Gadis yang semula duduk di meja itu turun dan mendorong Rebecca agak kasar ke dinding ruang tamu tanpa memberi sedikitpun ruang perlawanan.

Rebecca hanya menarik sudut bibirnya sekilas saat Ariana bernafsu mengangkat kedua tangannya dan menahannya ke atas saat ia sudah berhasil memojokkan tubuh Rebecca ke dinding. Sedetik kemudian ia mendekat dan melumat bibir Rebecca dengan lembut.

Lumatan manis yang sesekali diiringi desahan tertahan Rebecca membuat Ariana mabuk kepayang tak tahu cara berhenti.

"You are too hot, it's really hard to play gently, you know...", bisiknya dengan nafas yang hampir terputus.

Rebecca tak menanggapi racauan Ariana yang sejak masuk ke dalam rumah selalu memprovokasinya. Aliran darahnya naik bagai roller coaster dari pinggang menuju ubun-ubun dan desahan pelan Ariana memperburuk akal sehatnya.

Ariana yang memang berniat melumpuhkan sisa akal sehat kekasihnya itu hanya bisa bersorak dalam hati sebelum akhirnya memaksimalkan fungsi tangan kirinya menyentakkan cardigan Rebecca yang seharusnya sudah tau diri bahwa ia tak dibutuhkan lagi disaat seperti ini.

"Hatchim..", Ariana yang hampir kehilangan pandangan mundur beberapa langkah saat rasa tak nyaman menyerang hidungnya secara tiba-tiba.

Rebecca tak mampu menyembunyikan sebal saat Ariana melepaskannya saat genting begitu. "Kak, kenapa?"

Ariana menggeleng sembari menggosok hidungnya yang gatal dengan tangannya dan kemudian bersin kembali sehingga Rebecca mengernyit heran.

"Hei, kakak sakit?", tanya Rebecca mendekat. Ia meraba kening kakaknya yang duduk di sofa dan memeriksa suhu tubuh kekasihnya menggunakan telapak tangannya.

"Aku sudah bilang aku alergi kucing", ucap Ariana masih dengan hidung yang memerah.

"Choco di sofa tuh, satu ruangan ngaruh juga kah?", tanya Rebecca tak paham.

"Bulu Choco nempel di cardigan kamu, Becky!"

"Oh astaga, maaf", ucap Rebecca dengan wajah bersalah. Tanpa pikir panjang ia membuka cardigannya dan melemparkannya sembarangan.

Ia mendekat pada Ariana yang kini sudah duduk di single sofa ruang tamu dan masih menggaruk batang hidungnya. Sedangkan Choco sibuk berguling di sofa panjang ujung ruangan.

"Jangan pikirin Choco. Just focus on me", ucap Rebecca mengusap pelan rahang Ariana dengan gerakan sensual. Sedetik kemudian ia melumat bibir Ariana dengan bahasa tubuh yang lebih menuntut.

Ariana tak menolak pagutan Rebecca di bibirnya dan menarik pinggang gadis itu agar duduk di pangkuannya. Kini ia harus menengadah untuk berciuman dengan Rebecca namun akses tangannya jauh lebih  terbuka.

THESIS 2: CAN LOVE BE THE ANSWER?Where stories live. Discover now