Bagian 4

5.3K 1K 131
                                    

Hari Jumat, Ammar kembali datang untuk mengajar Ayra. Tetapi kali ini Ayra terlihat berbeda, sejak tadi ia terus memainkan ponsel dan tertawa sendiri. Awalnya Ammar tak ingin menegurnya, tetapi Ayra terlihat tak fokus belajar.

"Ayra, boleh saya minta kamu untuk letakan ponselmu?"

Ayra tak menanggapi, membuat Ammar menarik napas, "Ayra, kamu dengar saya?"

"Apa sih? Emangnya salah kalo gue main HP?"

"Fokusmu menjadi terganggu, Ayra. Kamu belum menyelesaikan iqro 1."

"Kok lo bawel banget, sih? Udah lah, gue gak mau belajar lagi. Sana lo pulang." Ayra beranjak dari tempatnya, ia masuk ke dalam kamar.

Ammar hanya diam di tempat, hingga Dania datang menghampiri Ammar, "loh, Ayra kemana, Nak Ammar?"

"Maaf, Bu. Tadi saya menegur Ayra karena dia terus bermain ponsel, lalu dia pergi ke kemar. Kalau begitu saya pamit pulang saja, Bu."

"Astaghfirullah, maafin Ayra, Nak. Ibu akan menegurnya, sekali lagi Ibu minta maaf, kamu kembali lagi besok, ya."

Ammar mengangguk, ia mencium tangan Dania, "saya pamit, assalammualaikum."

"Waalaikumussalam."

Setelah Ammar pulang, barulah Dania menuju kamar Ayra. Ia membuka pintu kamar anaknya tanpa mengetuk terlebih dahulu, membuat Ayra yang tengah bertelepon seraya berbaring terkejut.

"Mama, kenapa gak ketuk pintu dulu?"

"Mama hanya ingin kamu bersikap sopan dengan Ammar, Ayra."

"Ayra gak mau lanjut belajar sama dia, Ma. Dia bawel, dikit-dikit Ayra salah. Mending cari guru baru aja."

"Kamu pikir mudah? Ammar udah berbaik hati karena mau mengajarkan kamu yang kurang ajar ini, kamu gak bisa bersikap seperti ini sama dia, karena dia.." perkataan Dania terhenti.

"Karena dia apa?" Tanya Ayra, "karena dia Ustad dan harus dihormati, Mama mau bilang gitu?"

Dania merebut ponsel Ayra, "Mama sita HP kamu!" Setelah itu Dania keluar dari kamar Ayra dengan membawa ponsel Ayra yang masih tersambung telepon dengan Devan.

"Mama!"

Dania masuk ke dalam kamar, karena telepon masih tersambung, Dania pun berbicara, ia tahu jika Ayra tengah berteleponan dengan kekasihnya.

"Jauhi anak saya, kamu tidak pantas untuk anak saya."

Dania pun mematikan ponsel Ayra dan menyimpannya di lemari.

****

Karena hari masih sore, Ammar tak langsung pulang, ia mampir ke rumah Hasan terlebih dahulu, karena hari ini pria itu tengah libur bekerja.

"Gimana istrimu, Mar?"

"Gimana apa?" Tanya Ammar.

"Cantik?" Tanya Hasan.

Ammar mengangguk, "wajahnya cantik, tapi itu aja belum cukup, San."

"Kamu gak berniat mau cerai, kan?"

"Astaghfirullah, saya gak ada kepikiran sampai sana, San. Pernikahan gak bisa dipermainkan seperti itu."

"Ya, kupikir kamu gak kuat sama sikap istrimu dan memilih cerai. Secara, kalian baru menikah agama, belum tercatat di sipil."

Hasan terkekeh dengan ucapannya sendiri, "baru satu minggu, Mar. Masa cerai?"

"Kamu yang bicara kamu yang tertawa? Aneh kamu, San."

NirwanaWhere stories live. Discover now