Bagian 3

5.4K 1K 144
                                    

5 hari setelah Ammar resmi menikahi Ayra secara agama, hari ini Ammar akan bertemu dengan Ayra. Ia akan memulai mengajar Ayra mengaji di rumah Guntur.

Mulai hari ini, setiap sore sehabis Ashar hingga pukul 8 malam, ia akan mengajar Ayra. Terkecuali malam Jumat. Karena malam Jumat ia harus mengajar di rumah.

Tok.. tok.. tok..

Ammar mengetuk pintu rumah Guntur, sesekali membenarkan peci yang ia kenakan. Tak berapa lama pintu terbuka, ternyata Dania, Ammar pun mencium tangan Dania yang sudah menjadi Ibu mertuanya.

"Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikumussalam, Nak Ammar. Ayo silakan masuk." Ammar masuk ke dalam rumah, rumah yang tampak bersih, rapi, dan lumayan besar.

"Nak, silakan duduk. Biar Ibu panggilkan Ayra."

"Terima kasih, Bu."

Ammar duduk di sofa, sedangkan Dania menaiki tangga menuju kamar Ayra. Ia mengetuk pintu berkali-kali, karena tak ada sahutan, Dania masuk ke dalam. Rupanya, Ayra tengah tertidur.

"Astaghfirullah, Ayra. Kamu ini mau mengaji, kenapa malah tidur?"

"Besok aja, Ma. Ayra ngantuk banget, semalem abis begadang ngerjain skripsi."

"Hey, kok gitu? Ammar udah ada dibawah menunggu kamu. Ayo cepat bangun, Mama tinggal ke bawah dulu siapin minum, kamu cepat ganti baju dan turun. Pakai baju yang sopan, Ayra. Kamu akan belajar mengaji!"

Dania pun ke dapur, dengan kesal Ayra bangkit dari ranjangnya, ia menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan mengambil wudhu, setelah itu mengganti pakaian.

"Mama.." panggil Ayra seraya menuruni anak tangga.

Mendengar langkah kaki yang semakin lama semakin dekat, jantung Ammar berdegup kencang. Ia menundukan kepala, hingga ia merasa ada seseorang yang berdiri dihadapannya. Ammar mendongakkan kepalanya sedikit, terkejut melihat penampilan seorang gadis yang berada dihadapannya.

"Astaghfirullahaladziim." Ammar kembali menunduk.

Mendengar itu, membuat Ayra kesal, "what? Barusan lo ngapain? Istighfar ngeliat gue? Lo pikir gue sejelek itu?"

Ammar menggeleng, "afwan.. ehm, maaf. Saya tidak bermaksud, saya hanya sedikit terkejut. Perkenalkan, nama saya Ammar Alfatih."

"Udah tau."

"Nak Ammar, ini diminum ya.. astaghfirullah, Ayra. Kenapa kamu pakai baju dan kerudung seperti ini?" Dania juga terkejut melihat penampilan Ayra.

"Apa yang salah sih, Ma?"

"Kamu ini mau belajar mengaji, gak pantas pakai celana dan baju yang ngetat seperti ini. Dan apa ini? Kerudung kamu gak bener, rambut kamu masih kelihatan. Cepat ganti pakaian, atau pakai mukena aja sana."

Ayra menghentakan kakinya lalu segera kembali ke kamar. Sedangkan Dania menatap tak enak pada menantunya, "Nak Ammar, mohon maafkan Ayra, ya. Pertama kali bertemu Ayra, anak itu justru memberikan kesan yang kurang baik."

"Gak apa-apa, Bu." Jawab Ammar sopan.

Ayra kembali dengan memakai mukena, "gini maksud Mama?"

"Nah, itu lebih baik. Sekarang kalian bisa memulai belajar, Mama tinggal ke dapur, mau masak." Dania sengaja meninggalkan mereka hanya berdua saja.

"Pindah lo, ini tempat gue." Usir Ayra pada Ammar, tanpa banyak bicara, Ammar pindah ke sisi sofa yang lain, setelah itu Ayra duduk di sofa yang tadi diduduki Ammar.

"Cepet deh mulai, biar cepet selesai."

Ammar mengangguk, "sebelum memulai belajar, ada baiknya kamu menenangkan diri terlebih dahulu agar ilmunya masuk ke hati."

NirwanaWhere stories live. Discover now