44. Pantai

37.7K 1.1K 20
                                    

"Anin lo mau kemana?" teriak Agnes melihat Anin yang berjalan menjauh darinya dan yang lain.

Namun Anin tdiak menjawab, dia berjalan menuju ke bibir pantai dimana terdapat beberapa batu besar di sana, lalu kemudian naik ke atas batu itu, duduk bersila seraya memainkan kamera yang berada di tangannya.

Cuaca cukup cerah dengan hembusan angin sejuk, membuat helaian anak rambut perempuan itu bergerak di terpa angin.

Dari kejauhan, Erlan memperhatikan Anin yang tidak biasanya dia menyendiri seperti ini. Akhir-akhir ini Anin juga sering menghindar darinya entah alasan apa? Atau karna Syela yang selalu dekat dekat dengannya? Makanya Anin lebih memilih mengalah?

Padahal dari lubuk hatinya lelaki itu ingin sekali membuat momen indah berdua bersama Anin di sela sela liburan sekolahnya. Tapi nyatanya mereka tidak ada waktu luang untuk mewujudkan itu semua. Syela lah yang jadi menyebabnya, dia selalu menahan nahan Erlan yang berusaha dekat dengan Anin.

"Gak mau lo samperin aja, Lan? Kasian anjir, dari semalem dia ngehindar mulu dari kita kita," timpal Devan sambil mengipas ngipas bakaran ayam.

Sore ini mereka mengadakan barbeque bersama seraya menikmati indahnya deburan ombak pantai dan langit senja.

"Mau ke mana?" Syela menahan Erlan yang hendak pergi.

"-----Udah, kamu di sini aja sama aku, sebentar lagi waktu nya makan, kamu gak boleh kemana mana!"

"Lo makan sendiri aja, gue mau nemenin Anin!" Erlan melepas cekalan tangan Syela dan berlalu dari sana.

"Ih Lan! Kok kamu gitu sih sama aku!" kesal Syela menghentakkan kakinya berhasil mengundang rasa jengah dari mereka yang melihatnya.

"Biarin aja sih dia nyamperin Anin! Kenapa lo yang rese!" ucap Agnes.

"Lo gak ada hak larang larang Erlan, Syela! Dia masih suami SAH nya Anin kalo perlu lo tau!" tambah Lexa menekan bagian kata sahnya.

"Perusak rumah tangga kayak lo tuh gak pantes bahagia! Makanya Erlan lebih milih Anin dari pada lo! Seharusnya lo sadar diri dong! sama siapa Erlan sekarang! Dan liat posisi lo! Lo itu cuma masa lalu yang datang kalo cuma butuh doang!"

"Pake segala ngaku ngaku hamil anak suami orang lagi! Lo pikir Erlan mau punya anak dari lo hah? Palingan tu anak bapaknya dari tempat remang remang."

Suasana semakin panas, mereka semua berhasil membuat Syela merasa terpojok. Satu pun tidak ada yang berada di pihaknya, kalo saja Shiena dan Diva ada, mungkin mereka ada di pihaknya, tapi sayang, kedua temannya itu pindah sekolah ke luar negeri beberapa bulan lalu, dan sekarang Syela benar benar sendirian.

"Kalo mau nangis nangis aja, lo pantas kok dapetin itu," ucap Lexa melihat wajah Syela yang sudah merah padam.

Detik itu juga Syela pergi dengan perasaan dongkol meninggalkan pantai. Kali ini tidak bisa melawan. Tapi lihat aja nanti, Syela pasti punya banyak cara untuk membalasnya.

Kembali ke Anin dan Erlan, kedua remaja yang sebenarnya masih membutuhkan waktu berdua, kebersamaan yang sering terlewat hanya karena sebuah masalah yang belum ada akhirnya.

Erlan berdehem saat sudah berada di dekat Anin.

"Ngapain kesini? Gabut ya? Kalo gabut doang mending pergi aja deh, gue lagi butuh waktu buat sendiri aja kak," ujar Anin tanpa melihat ke arahnya. Anin sibuk mengotak atik kamera.

"Kalo ngomong itu liat ke orangnya, gue disini" Erpan duduk di ujung batu sambil melipat kedua tangannya.

Anin menghela napas berat lalu menatap laki-laki di depannya. "Gak penting banget kan? Jadi buat apa?"

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang