30. Muak

42.8K 1.2K 86
                                    

Tung!

"Bangsat! pala gue sakit cok!" Faldo mengaduh kesakitan saat tongkat bisbol mengenai jidatnya yang mulus seperti pantat bayi.

"Berarti masih bisa di gunain," sementara pelakunya memasang wajah tak berdosa, Mahen terus mengayunkan tongkat bisbol itu mencoba pergerakan tangannya agar lebih cepat.

"Sialan lo! Benjol pala gue anjing!" Faldo menunjuk ke arah jidatnya.

"Yailah, gitu doang, gak mungkin di amputasi Fal!"

"Bacot lo!" balas Faldo kesal.

Sekarang mereka berada di kamar milik Erlan, sambil menunggu orang itu pulang Mahen dan Faldo tidak bisa diam, setiap lihat barang bagus dikit pasti tangannya melipir kesana kemari, contohnya seperti tadi, Mahen memainkan tongkat bisbol milik Erlan yang tersimpan di lemari khusus tanpa seizin si pemilik kamar.

Di sana mereka tidak berdua saja tentunya, ada Devan dan Daren yang sedang berdiri di samping kasur menemani Syela yang sedang di periksa oleh dokter.

"Gimana dok? Nih cewek perlu kita lempar aja ke sungai amazon biar cepet sembuh?" ucap Devan yang langsung mendapat geplakan.

"Moncong lo Van!"

"Mumpung gak ada tante Resha! Gue mau bikin ni cewek---,"

"Bikin Syela kenapa, Van?" tanya Resha yang baru saja memasuki kamar sambil membawa camilan untuk ke empat teman putranya.

"Eh tante." Devan menggaruk belakang kepalanya. "Anu tan, ini, maksud saya mau bikin Syela sembuh pake semburan mbah jambrong hehe."

"Kamu ini ada ada saja, dikira Syela ketempelan makhluk halus apa?" Resha geleng geleng kepala.

"Bukan ketempelan makhluk halus tan, tapi dia emang setannya." batin Devan menjawab.

"Ini tante cuma bawa makanan ringan sama minuman dingin aja, kalo kalian mau masak mie atau makananan yang lain tinggal minta aja ya sama bibi di dapur, anggap aja ini rumah kalian sandiri," ujar Resha pada mereka.

"Ashiappp tan! Tenang aja, kita ini kan anak anaknya tante juga hehe," seru Faldo cengengesan sambil nyomot camilan yang di sediakan, seketika rasa sakit di jidatnya menghilang setelah melihat makanan.

"Mimpi lo ketinggian Fal! Mana mau tante Resha nganggap lo anaknya," balas Devan.

"Bodo gue mah bodo! Yang penting tante Resha tetep baik sama gue! Iya kan, Ma?" tanya Faldo.

"Iya iya, kalian semua ini kan anak anaknya tante juga." Resha mengukir senyuman, baginya semua teman putranya sudah ia anggap seperti anak sendiri. Karena sudah kenal lumayan lama juga dari jaman SD, rumah ini jadi selalu ramai jika ada mereka.

Tak berselang lama Erlan datang bertepatan dengan dokter yang keluar, dan mendapati banyak orang di dalam kamarnya."Ngapain kalian ke rumah gue?"

"Aduh aduh, my abwang pulang pulang kusut gitu muka nya, seharusnya seneng dong kita tengokin ke sini," celetuk Faldo.

"Gue gak butuh!" Erlan mendekati Syela yang berbaring di atas kasur tentu membuat yang lain bergeser dari sana.

"Gimana, Ma? Syela nggak papa?" tanyanya.

"Alhamdulillah Lan, untung aja temen temen kamu ini gercep manggil dokter, jadi Syela bisa di tangani dengan baik," jelas Resha.

Erlan mengangguk lalu melirik ke arah sahabatnya. "Thanks."

"Hm, iya Lan, sama sama," jawab Mahen mewakili yang lain.

Kembali melihat keadaan Syela. "Jadi sekarang lo gimana? Bagian mana yang masih sakit? Perlu dirawat?"

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang