27th 'Meet Up! END

3.4K 297 25
                                    

"They got our diamond."

Panggilan itu benar-benar membalikkan keadaan. Tidak, tapi membalikkan hati. Di seberang sana, sepuluh menit tadi memberi kabar bahwa Ney berhasil menjadi sandera. Sementara, di sini Tofu dengan senang hati menjadikan dirinya sebagai sandera dengan bermain bersama Hesley.

Konyol. Louis hampir mati akibat serangan jantung kalau saja Girbel tak memberi kabar bahwa mereka mendapat banyak sandera. Lebih bagus lagi sebab mereka bilang mendapat ikan emas. Setidaknya, Tofu tidak akan disakiti untuk sekarang 'kan?

"Mama na napa kek tu? Yang yang?! Pu nak!!! (Mama kenapa memakai itu? Bermain perang-perangan?! Tofu mau ikut!!!)"

"Ayo kenalan sama ibu saja sini!" —Hesley.

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Panggilan itu benar-benar mengubah segala rencana dari kedua belah pihak. Bahkan, Hinafuka dengan sukarela bersedia berunding dan menawarkan mansion mereka sebagai tempat untuk berdiskusi. Alhasil, saat ini Louis beserta para wanita dan orang-orang yang ada di basement sebelumnya baru saja mendarat di sebuah pulau yang terkenal akan keindahannya.

Di mansion besar Hinafuka, terlihat Ferbian yang masih berkutik dengan beberapa suntikan dan alat medis. Di depan pria itu, Worgan tengah terkulai lemas. Rupanya, Ferbian baru saja mengeluarkan racun yang mulai menyebar di tubuh Worgan.

Setelah sepakat bahwa mereka akan berunding tadi, cepat-cepat Ken meminta untuk Worgan agar dikeluarkan racunnya. Atau setidaknya, diberi penawar racun sebab hati pria itu sudah tak tenang. Otak yang cerdas serta pengalaman membuat Ken yakin bahwasanya Ferbian pasti menaruh sesuatu di senjata yang yang tadi mengenai Worgan. Yah, akhirnya itu semua terbukti benar adanya. Dan Ferbian pun tanpa pikir panjang langsung memulai penanganan sebab racun sebentar lagi akan menunjukkan efeknya.

Beruntung, dengan penawar racun yang dibuat Deyn pula, kondisi Worgan terbilang membaik. Pria itu pulih secara perlahan.

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Girbel benar-benar terkejut. Bagaimana tidak? Bocah kesayangannya sedang tertidur bersama seorang wanita cantik yang tidak ia kenal. Kakek tua itu hendak mengamuk sebelum Sinuka membisikkan bahwa mereka juga punya seorang bocah sebagai tawanannya. Ah, ia jadi lupa bahwa para bocah ini yang membuat urusan mereka jadi gampang.

"Kalian apakan cucuku?"

Terdiam, Tak satupun anggota Dozoura yang menjawab pertanyaan Furaka. Mereka terlampau kesal melihat Tofu yang masih asik terlelap. Ingat, keluarga posesif itu tidak akan membiarkan orang-orang melihat Tofunya. Seharusnya.

"Huhh.. jangan begitu. Bocah ini keluar dan menawarkan dirinya sendiri menjadi sandera...."

Haisa menatap tajam bocah yang dimaksud. Dimana yang bersangkutan sendiri tak lain dan tak bukan adalah putra bungsunya yang sedang bobo manis.

"...Tenang saja tuan, cucumu hanya dibius ringan. Sama seperti yang kau lakukan pada putraku," lanjut wanita itu tenang.

Mendengar jawaban itu membuat Furaka sedikit banyak menjadi lega. Lagipula tidak mungkin ia membiarkan cucu kesayangannya menyaksikan ketegangan yang sengit saat ini. Memang sepertinya pilihan yang tepat membuat kedua bocah itu tertidur.

"Bagaimana kalau lanjutkan di dalam saja. Tidak perlu ke ruang A89 sebab kita sudah tau rahasia paling jauh satu sama lain."

"Baik nyonya."

Detik berganti menit. Menit berganti jam. Waktu berlalu tanpa terasa sebab hawa mencekam itu sudah berkurang meski tak hilang. Bagaimana lagi? Dozoura dan Hinafuka sama-sama penguasa. Satu-satunya keluarga yang mampu menyaingi Dozoura pun hanyalah Hinafuka. Itu menyebabkan timbulnya rasa hormat dari kedua belah pihak yang tanpa diminta.

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now