11

5.9K 82 0
                                    

"Intinya saya tidak ingin kamu di dekati oleh pria lain. Terutama Adhitama. Jika sampai saya tau kamu memiliki hubungan dekat dengannya, saya tidak akan segan-segan menyentuh mu." tegasnya kembali menatap ku sinis.

DEG! Jantung ku langsung berdebar begitu saja. "I-Iya.." angguk ku lagi bermuka panik.

"Gheisha, apa kamu tidak merasakan apapun?" pertanyaan Pak Gian tiba-tiba membuat ku menjadi berpikir lebih keras lagi.

"Merasakan apa?" Tentu aku tak tau apa yang dia maksud. Wajahku seperti orang ketinggalan berita disini.

"Tentang kita."

"Kita?" ulang ku masih kebingungan.

"Ya." balasnya singkat bermuka datar.

"Memangnya kita kenapa?" Aku bertanya karna memang aku tidak paham apa yang dia maksudkan.

"Ah, tidak. Lupakan saja." alih Pak Gian begitu saja.

"Maaf, saya tidak paham maksud Bapak." lirihku menatap lesu. Pak Gian tampak kesal dari segi ia mengunyah.

"Lupakan." ucapnya lagi enggan menatap ku.

"(Memangnya aku dengan dia kenapa?)"

"Selesaikan makanan mu, setelah itu susul saya di kamar." pesan Pak Gian berdiri nan pergi dari hadapan ku. Aku mengangguk sebagai balasan singkat, menatap sorot pria itu pergi dari meja makan.

"(Dia pasti kesal karna aku tidak memahaminya. Tapi memang aku tidak tau apa yang dia maksud)" batinku menyempatkan berpikir keras.

.....

"(Bahkan dia tidur tidak menghadap ke arahku.. tapi kenapa aku berharap? Disini aku hanya menumpang tidur dan makan)" aku berbatin menyadarkan posisi diriku.

Baru saja ku hendak memejamkan mata, aku mendengar deringan berasal dari ponsel ku. Kesat aku pun mengambil benda itu, melihat siapa yang menelpon ku di tengah malam seperti ini. Ternyata..

"(Andra? Apa yang dia lakukan?)"

Sebelum ku mengangkat nya, aku memastikan jika Pak Gian telah tertidur pulas. Kemudian aku mengangkat telepon itu.

"Halo?"

"Gheisha. Gue bisa ngomong sebentar? Maaf gue ganggu waktu tidur Lo. Lo pasti kebangun."

"Iya cepet," pekik ku berbisik.

"Gue ga bisa tidur. Kepikiran Lo daritadi. Dan juga tentang pernikahan kita.. gue udah bilang ke Mama Papa dan mereka setuju kok. Besok gue bakal bawa Lo ke rumah."

"Tunggu, Lo ga bisa kaya gitu ndra. Gue udah bilang ke Lo kalo kita udah putus. Lo ga bisa seenaknya kaya git-"

Tiba-tiba saja ponsel hilang dari genggaman ku. Jantung ku berdegup kencang seakan tersayat satu persatu. Perlahan ku menoleh berbalik badan kearah Pak Gian, melihat beliau dengan tatapan mautnya. Dia tidak bereaksi apapun melainkan menekan tombol speaker pada telepon.

"Udah gausa banyak alasan. Lo itu cuman salah paham, sha. Gue ga selingkuh. Gue serius ma Lo. Gue sayang ma Lo sha. Sampai kapan pun gue cinta ma Lo. 4 tahun kita pacaran dan gue ga akan nyia-nyiain waktu itu. Gue bakal tebus semua kesalahan gue dengan cara ngelamar Lo. Gue janji bakal merubah diri sesuai apa yang Lo mau. Lo harus percaya kalo kita bisa ngelewatin semuanya, asal tetap berdua. Jadi, ayo nikah sama gue?"

"P-Pak Gian-" di saat ku melirih hendak mengambil alih ponsel ku, Pak Gian langsung menghindar spontan membungkam mulut ku dengan satu telapak tangannya.

"Sha? Halo?"

"Sampai kapan pun kau tidak akan pernah bisa mendapatkan Gheisha,"

"Siapa Lo? Lo siapa Gheisha?!!"

Don't Want to Share [REVISI]Where stories live. Discover now