29

1.5K 133 11
                                    






Dua tahun sudah berlalu sejak Tita terakhir melihat Arga. Lelaki itu menepati janjinya untuk tidak memberitahukan kepada siapapun bahwa dirinya masih hidup. Tita juga sudah melewati dua tahun ini untuk menyembuhkan dirinya. Entah menyembuhkan dirinya dari penyakit apa? Tita juga tidak tau. Yang jelas, ia sudah merasa mentalnya lebih stabil setelah dua tahun berlalu.

Tita tidak pernah melihat Arga, Ganish, Alya, atau siapapun yang mengenalinya selama dua tahun terakhir. Ia tidak serta merta memutuskan kontak dengan Arga, tapi dibilang sering berkontak juga tidak. Bisa dibilang mereka hampir menjadi orang asing sekarang.

Dibilang hampir, karena orang asing tidak akan saling mengundang ke acara pernikahan.

Tita mematut dirinya di depan cermin, apakah dia harus datang? Tapi ia tidak ingin terlihat menyedihkan jika tidak datang, seolah hanya dirinya yang tidak rela melepaskan. Lagipula sudah dua tahun, ia tidak harus bersembunyi lagi. Pasti kemarahan publik padanya atas dugaan selingkuh sudah mereda kan?

Ia sudah mengerahkan tenaganya untuk menaiki kereta api dan disambung commuter line selama satu setengah jam untuk sampai ke Jakarta. Saat ini Tita hampir sampai ke hotel tempat pernikahan digelar kalau saja tidak ada jalanan berlubang yang membuat pantatnya berpindah tempat dari jok motor ojek online, ke aspal yang panas. Kecelakaan itu justru membuat Tita berakhir di rumah sakit alih-alih menunjukkan batang hidungnya di pernikahan mantan suaminya.

Sekarang ia baru saja membuka matanya setelah tertidur saat menerima jahitan di pinggangnya, dan sudah harus menghadapi dua orang polisi yang berdiri di hadapannya. "Selamat siang, kami dari kepolisian. Setelah melihat KTP saudari, kami menemukan bahwa identitas saudari sama dengan identitas perempuan yang selama ini dilaporkan menghilang. Setelah pulih, saudari harus berkerjasama untuk memberikan keterangan di kepolisian."

Tita menghela napasnya panjang. Terkutuknya dia hari ini.

***

Esoknya ketika ia melangkah turun dari taksi tepat di depan kantor polisi, satu tangannya masih memegang pinggangnya yang terasa nyeri setelah dijahit. Pemeriksaan berlangsung hampir tiga jam. Banyak yang harus kepolisian tanyakan untuk memastikan dia dalam keadaan sehat sebelum kasus orang hilang ditutup.

Tita baru akan beranjak pergi karena pemeriksaan telah selesai dilakukan, tapi Arga yang terlihat muncul di pintu masuk kantor polisi, menghentikan langkahnya.

Sudah dua tahun berlalu, tapi tidak ada yang berubah dari rupa laki-laki itu. Tita segera melambaikan tangan agar Arga melihatnya.

"Polisi telpon saya bilang kalau kamu sudah ketemu."

Tita mengangguk. Kata 'ketemu' itu tidak cocok disampaikan mereka pada Arga karena lelaki ini sudah lebih dahulu menemukannya sejak dua tahun yang lalu.

"Iya udah dua tahun. Aku memang seharusnya udah ketemu."

Arga mengangguk dan terlihat penasaran dengan alasan wajah Tita yang pucat. "Are you allright? lagi sakit?"

"Oh, kemaren jatoh makanya gak bisa dateng ke undangan."Tita cepat-cepat merubah ekspresi wajahnya yang pasti terlihat menderita dan menyedihkan. "luka jahitannya masih lumayan kerasa sih."

Arga terdiam mengamati cara tita merintih atas nyeri jahitannya kemudian berucap, "sorry, sebentar." Dan menarik lengan perempuan itu berjalan mengikutinya masuk ke dalam mobil.

Dua tahun telah berlalu tapi orang ini masih tetap suka tiba-tiba tarik orang sembarangan masuk ke dalam mobilnya—pikir Tita.

"Kenapa?"

"Mana."

"Apanya?"

"Saya mau periksa jahitannya."

TitaniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang