DeJavu?

23 1 0
                                    

"Jadi, lo beneran ga tau siapa cowok itu?" tanya WInda kepada Naya yang ada disampingnya.

Mereka sedang ada di dalam mobil menuju tempat kerja seorang Winda. Naya ada di balik stir mobil milik Winda. Tau kan ya, WInda adalah mahasiswi magang di kantoe kejaksaan namun sudah dianggap sebagai hakim karena ketenarannya mengalisis masalah hukum dan juga masalah pasal-pasal.

Tentu saja bukan apa-apa, semuanya karena Winda benar-benar pintar dan juga berpenampilan menarik. Dia juga sedang di segani oleh orang-orang dikehakiman karena mereka sempat adu mulut dan Winda memenangkan semua argumen yang disajikan oleh lawan bicaranya.

Naya menggelengkan kepalanya, "ga tau. Ga inget juga gue." Kata Naya.

Winda mencibir, "padahal kayaknya tpe lo banget dah, Nay." Ucap Winda lagi. "Ganteng dan mapan kayaknya." Lanjut WInda pelan.

Yang di goda terkekeh pelan, "masa?" ucap Naya, "gue bahkan ga inget." Kata Naya lagi.

"Ya so so an mabok sih pas ketemu cowok ganteng malah ga sadar." Ucap Winda. "Udah stop di sini aja." Kata Winda menghentikan kemudia dari Naya.

Naya sempat bingung dengan mengerutkan keningnya. "Kenapa?" tanyanya, "padahal, masih jauh loh, Win." Kata Naya lagi.

Winda membereskan barang bawaanya kemudian dia mengangguk, "gue di jempu sama cowok gue." Kata Winda.

Gelengan dari kepala Naya kini membuat Winda bingung.

"Ngapain lo geleng-geleng?" Tanya WInda.

"Kalo lo dijemput sama cowok lo, kenapa ga dari apartemen lo aja sih? Ini tuh kalo puter balik di sini macet tau." Kata Naya misuh-misuh. "Lo ngerjain gue." Ucap Naya pelan.

Winda terkekeh pelan, "nanti gue jelasin pas gue balik deh. Lo pergi sana. Dugem lagi sana." kata Winda pelan.

Naya baru saja mau membalas perkataan dari orang yang tidak tahu dirinya meninggalkannya di mobil itu sendirian, tapi orang itu sudah meninggalkan terlebih dahulu dirinya yang masih termangu dengan apa yang sudah terjadi baru saja,

"Sialan." kata Naya, "gue malah jadi ngantuk kalo dugem jam segini, Win. WIn. Lo ada-ada aja sih." Kata Winda misuh-misuh sendiri.

* * *

Nyatanya, dugem emang bikin Naya ngantuk. Di seharian benar-benar tertidur di table. Untung saja dia tidak di 'gerayami' oleh tangan jahil yang ada di sana. Karena salah satu bartender di sana adalah kawannya,

Kenalan ketika Naya ke sana pertama kali. Bagas namanya.

Razi baik namun bukan tipe Naya. Selanjutnya, Razi juga ganteng tapi bukan tipe Naya juga. Razi juga berkarisma untuk seorang laki-laki dewasa kesukaan Naya, tapi tetap, Razi bukanlah tipe Naya. Dia terlalu muda untuk Naya yang suka om-om banyak duit dengan perut yang tidak buncit.

Tentu saja, Naya masih memandang fisik jika untuk urusan 'pacaran' atau 'main' di ranjang. Naya juga pilih bukan hanya sekedar fisik. Tentu saja dalam segi uangnya.

"Nay." Sapa Razi.

Sapaan itu sudah membangunkan Naya beberapa kali. Namun yang ke tujuh kali ini Naya terbangun.

"Paan sih?" tanya Naya mengosok matanya. "Razi?" Tanyanya kemudian.

Razi mengangguk kemudian tersenyum kecil. "Udah jam 4." katanya, "lo nyuruh gue bangunin lo jam segini." Ucap Razi lagi.

Naya mengangguk lagi. "Right." kata Naya pelan. "Gue pergi dulu." UCapnya lagi.

Selanjutnya, tiba-tiba saja Naya sudah ada di dalam mobil mililk Winda dan dia sudah mengemudi menjauhi bar yang tadi ia singgahi untuk sekedar tidur.

Razi adalah orang palig baik. Dia tidak menyentuh Naya seenaknya tanpa seijin porangnya. Namun, Naya benar-benar tidak tertarik dengan seorang Razi entah kenapa. Meurut Winda, Razi bisa dijadikan sebagai orang yang bisa diandalkan. Dengan hal yang berbeda dari pandangan milik NAya, WInda hanya memandang seorang dengan hal yang tidak biasa. Tidak hana sekedar 'ganteng' atau 'kaya', Winda juga memandang hal-hal sampai sekecil-kecilnya. Dimana dia benar-benar bisa memandang Razi sebagai orang yang cocok untuk Naya.

 Dengan secepat kilat, Naya sudah sampai di depan kantor Winda dan juga sudah turun dari mobilnya. Dia berniat menyulutkan api ke rokok yang sudah ada di bibirnya. Namun, dia jadi gagal menyalakannya karena memandang satu orang yang sudah masuk ke kantor Winda.

Entahlah, yang pasti Naya menjadi terpaku akan hal itu Orang itu benar-benar membuat Naya berpaling dari kegiatannya. Naya merasakan hal yang berbeda saat milihatnya. Dia merasakan hal yang aneh di sekitar dirinya.

Rasanya, apa ya?

De javu?

Lamunan yang tadi menganggunya kini teralihkan dengan deringan telepon dari saku celana belakang mililknya. Dia mengambilnya dan menyimpan kembali rokok yang belum sempat ia sulut. Selanjutnya, dia benar-benar mengangkat teleponnya.

"Masih lama?" Tanya Naya langsung ketika dia sudah tahu siapa yang memanggilnya lewat panggilan ponsel itu.

Winda hanya terkekeh, "lo masuk dulu sini ke ke kantor gue." katanya.

Naya mendesah membalas apa yang sudah dikatakan oleh Winda. "males lah, gue tunggu di sini aja deh." Kata Naya kemudian.

"Em em em." kata Winda dan bisa Naya rasakan jika Winda mengatakan itu sambil menggeleng - gelengkan kepalanya seiring dengan kata - kata yang keluar dari mulutnya itu. "Ini bakalan cukup lama. Sini aja, ada makanan enak di sini." Kata Winda.

BIsa saja emang.

Winda sangat tahu apa yang disukai oleh Naya. Makanan gratis, banyak dan tentu saja rasanya enak.

"Hmm,. okey deh." Kata Naya.

Naya benar-benar bisa merasakan bahwa WInda terkekeh setelah Naya mematikan teleponnya. Selanjutnya, Naya berjalan masuk sambil menerima pesan dari Winda yang memberitahunya ruangan yang ia pakai untuk magang saat ini.

* * *

Selesai makan, Winda belum juga menunjukkan batang hidungnya di depan Naya. Dia sudah bosan menunggu dengan ketidakhadiran siapa-siapa di ruangan ini. Kata Winda, dia akan segera selesai setelah sepuluh kali Naya menanyakan kapan dia selesai.

Pasalnya, dia sudah menunggu hampir dua jam di ruangan ber AC ini. Dia benar-benar sudah hampir mengigil karena hanya memakai atasan kurang bahan dan celana jeans.

"Tau gini, gue bawa jaket gue tadi." Ucap Naya untuk dirinya sendiri. Dia sedari tadi sudah mendumal terus tapi tidak ada kemajuan dari Winda.

Ketika dia sudah berdiri dan akan memutuskan untuk keluar dari kantor itu, dia menatap pintu ruang meeting terbuka dan menampilkan wajah Winda yang tersenyum masam ketika melihat Naya.

Naya benar-benar menatap Winda dengan tatapan penasaran dan bertanya kenapa. Selanjutnya, Naya menatap orang yang keluar setelah Winda. DIa terpaku kepada orang dengan setelan jas hitam kebiruan dan dasi yang cocok dengan warna jasnya itu. Dia menatap Winda tanpa ekspresi kemudian mata hitamnya kini tertuju pada Naya yang menatapnya juga.

Kedua mata itu saling menatap. Namun, untuk Naya, dia benar-benar merasa de javu. Dimana dia pernah bertemu dengan orang itu.

Tidak lama dari itu, Winda mendahului orang yang sedang berjalan ke arahnya dan tersenyum dibuat-buat kepada Naya yang masih saja sesekali melirik orang yang kini tepat di hadapannya.

"Ini Naya, pak Iksa. Temen saya." Ucap Winda pelan.

Iksa? Batin Naya.

Orang yang dipanggil Iksa itu mengangguk pelan.

"Senang bertemu lagi dengan anda, Naya."


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pacar DewasaWhere stories live. Discover now