KETEMU!

41 3 0
                                    

"Aduh!" Seru Naya serasa menjalarnya rasa sakit yang ada di pantatnya ketika bagian tersebut menyentuh lantai dengan cukup keras.

Baju Naya yang sedikit sudah terbuka kini makin terbuka. Celana jeans pendeknya juga semakin terlihat sangat pendek ketika terduduk jatuh di lantai, memperlihatkan paha putihnya yang mulus dan bersih. Walaupun di ruangan gelap dengan lampu minim. Jelas sekali bagian yang itu terlihat oleh mata orang di sekitarnya.

Naya bukaah orang yang gampang terjatuh apalagi ketika dengan tingkat kesadaran normal kuramg lebih 100% dalam tubuhnya. Tapi, hari ini, jam ini dan detik ini, kesadaran Naya tidak penuh, mungkin bisa dipersentasikan sekitar 30% dari normal.

Dia berdecak kemudian memegangi kepalanya yang agak pusing. Dia mengegeleng-gelengkan kepalanya kemudian berdiri dengan santainya. Dia sedikit oleng tapi dia berusaha untuk tetap berdiri pada poros gravitasi di bawah kakinya.

Kakinya tidak bisa menopang tubuhnya dengan maksimal. Dia sempoyongan sehingga dia terhuyung ke depan dan mendarat di dada kekar seorang di depannya. Yang ia bisa tebak adalah orang yang tadi di tabraknya dan menjadimannya jatuh.

Naya cengengesan di balik wajah putih yang sekarang berubah menjadi sedikit kemerahan itu. "Wahhh, badan lo bagus juga." Serunya pelan lalu tanganya merayap ke atas menuju wajah seseorang di depannya yang sudah dipastikan seorang laki - laki.

Kemudian, Naya menonggakkan kepalanya agar bisa melihat wajah seseorang yang sedang menjadi tumpuan akan tubuhnya itu. Tubuh munyilnya kini benar-benar menopang di tubuh orang itu.

Dia kemudian tersenyum lagi, dia menggigit bibir bawahnya dengan gigi atasnya, lalu ia melepaskannya perlahan dan berdecak, "gue ga percaya tuhan tapi, dia memang adil nyiptain manusia. Bukan cuman badan lo yang bagus," katanya lalu tersenyum sangat manis, "muka lo juga bagus." Katanya.
  
Matanya berat. Dia yang tadi hendak ke toilet kini di tarik ke samping pintu toilet.
  
"Banyak orang lewat." Kata orang di depannya.
  
Sebenarnya, alasan dan tujuan cowok itu menarik seorang Naya adalah agar mereka tidak menjadikan antrian panjang untuk semua orang di tempat ini masuk ke dalam toilet.
  
Cahaya remang-remang dengan warna-warni yang bahkan menghiasi wajah cowok ganteng itu kini membuat Naya semakin menjadi melihat orang di depannya.
  
"Wah," kata Naya lalu berdecak kagum, "bahkan suara lo juga bagus." Katanya lagi dengan suaranya mulai serak.
  
Naya benar-benar merasakan bahwa matanya semakin berat. Dia benar-benar bisa saja tertidur dalam sedetik itu juga. Namun, ponselnya yang bergetar di saku belakang celananya membuat Naya membatahkan rasa kantuk yang sudah di deritanya itu.
  
Dengan terbata-bata, tangannya menyentuh layar ponselnya. Tangannya bergetar hebat lalu cengengesan.
  
"Bisa angkatin ga? Temen gue kayaknya." Kata Naya kepada seseorang di depannya.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Naya benar-benar tidak sadarkan diri. Namun ,yang pasti, Naya merasakan bahwa senyum di wajahnya tidak hilang sampai dia benar-benar kehilangan kesadarannya.

  * * *

"NAYAAAAAAAA! BANGUN GA LO!!!!!"

Suara berisik itu masuk ke telinganya. Dia benar-benar langsung membuka matanya kemudian merasakan sakit kepala menjalar sampai ke belakang kepalanya.

Dia mendesah pelan bangun dari tempatnya tidur. "Apaan sih?" Sahutnya kepada orang yang tadi membangunkannya secara tidak beradab.

"Lo udah ampir dua hari ga makan, kambing." Jawab orang itu. 

Sebenarnya, sudah biasa dia tidak makan selama itu. Malah untuk sekarang, makannya tidak teratur. Semenjak kejadian itu, dia tidak berselera makan dan juga tidak ada tujuan hidup. Hidupnya mungkin berantakan, namun dia tidak bisa mati begitu saja. 

Winda Lestari. 

Anak hukum yang sekarang sudah bekerja di kehakiman walaupun masih magang. Berteman dengan gadis seperti Naya yang bahkan tidak bisa di tebak besok mau apa dan bagaimana. Namun, itulah yang menjadi alasan seorang Winda berteman dengan seorang Naya. 

Winda tidak bisa menjadi Naya yang sebebas itu. Tidak bisa menjadi seperti Naya yang bisa mabuk sampai tidak makan hampir dua hari. Tidak bisa seperti Naya yang bahkan hidupnya tidak tahu untuk apa dan sepertinya tidak punya pikiran bagaimana hidupnya besok lusa. 

Naya berjalan ke arah dapur. 

Dia ada di dalam apartemen milik Winda. Cukup besar dan cukup besar walaupun sudah di isi oleh berdua. Dia juga tidak keberatan jika Naya menginap atau menetap di sana menemaninya dengan segala kekurangan milik Winda. Ya walaupun tidak ada yang perlu dibicarakan kekurangan apa yang dimaksud oleh Winda. Dimana setiap kali melihat Winda dengan caranya hidup, tidak pernah ada kekurangan apapun dimata Naya. Hidupnya seakan sesempurna itu dan tidak perlu memikirkan apapun ketika dia melihat besok lusa. 

"Masak apaan lo?" Tanya  Naya seraya duduk di kursi meja bar yang terdapat di apartemen Winda. 

"Sayur bayam." Sahutnya pelan lalu berbalik menuju meja bar menatap Naya. "Lo kayak mayat idup gitu anjir," katanya lalu menyimpan semangkuk sayur bayam beserta dengan nasinya. 

Sebenarnya, Naya tidak berharap seperti ini. Dimana Naya selalu dilayani dengan baik oleh Winda seperti ini. Hanya saja Winda memang senang sekali memasak dan itu menjadi nilai plus dari seorang Winda. Khususnya untuk Naya. 

"Cowok kemaren," kata Winda. Dia duduk di sebrang Naya, "lo kenal?" 

Naya menatap Winda seraya menurunkan sendok yang tadinya akan meluncur masuk ke dalam mulutnya. "Cowok yang mana?" 

Pacar DewasaWhere stories live. Discover now