19. Tidak Terduga

50 11 16
                                    

Haii!! Happy weekend gaiss 🥳

Selamat membaca part 19

Jangan lupa kasih semangat kalian melalui vote dan komen yaa

***

Terik mentari di luar ruangan benar-benar terasa hingga ke dalam kelas. Apalagi AC sudah dimatikan sejak 5 menit yang lalu. Panasnya ruangan membuat Ivara semakin kesal pada dirinya sendiri.

Cacian dan makian yang diberikan oleh Lea selama ini terus terngiang jelas di telinganya. Ingin sekali ia membungkam semua mulut jahat itu. Sayangnya, mereka berempat dan tangan Ivara hanya dua. Hanya cukup untuk menutup telinganya sendiri.

“Ivara Louisa, Lea Briana, Alsya Queenara, Zahra Pratama dan Riska Aulina Sya, segera melapor ke ruangan BK sekarang!” Suara itu terdengar kencang dari speaker yang ada di setiap ruangan dan juga lorong-lorong bangunan SMA Palmeda.

Lea yang baru saja selesai merapikan semua buku tulisnya ke dalam tas menatap dengan sinis pada Ivara. Seolah bertanya mengapa ia melaporkan kejadian tadi pagi.

“Gue gak ngomong apa pun sama Bu Emma! Gue aja gak kasih tau sahabat gue soal lo semua!” tegas Ivara.

Darva yang menyimak obrolan tersebut memilih untuk tidak peduli dan berjalan pergi keluar kelas seperti murid lainnya yang sudah pulang satu per satu sedari tadi.

Alsya melangkah mendekati Ivara. Tangannya naik dan mencengkeram dagu gadis yang kini sudah ada di hadapannya itu. “Sampai lo berani buka suara ke Bu Emma, gue bakal sakiti semua sahab—“

“IVARA!!” Panggilan Jiya di ambang pintu kelas XII IPA 2 membuat Alsya melepas cengkeramannya.

Dengan kesal, Ivara menarik tas sekolah dan menyenggol bahu Alsya cukup kasar. “Cuman orang murahan yang berani ancam kerabat musuhnya sendiri!” tandasnya sebelum kembali berjalan.

“Ada apa sih Ra? Kok lo dipanggil ke ruang BK? Lo juga tadi pas istirahat gak barengan sama kita,” kata Jiya begitu Ivara sampai di depan pintu kelas.

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Ivara menoleh ke arah Salvina yang duduk lesu di koridor.

“Iya Ra, lo tadi ke mana? Salvina putusin Mahija di kantin,” ucap Yashvi memberitahu.

Jantung Ivara terasa melongos begitu saja. Terlalu banyak kejadian gila sejak tadi pagi. Tanpa banyak bicara, gadis itu mengeluarkan buku hitamnya dari dalam tas dan memberikannya kepada Jiya.

“Lo semua duluan ya, gue harus ke BK dulu,” suruhnya. “Jangan lupa juga naikin mood Salvina,” bisiknya sebelum pergi berjalan, meninggalkan tiga sahabatnya yang dipenuhi tanda tanya.

Mata Yashvi dan Jiya saling bertemu satu sama lain. “Ra! Jawab dulu!” teriak Yashvi sebelum sahabatnya itu berjalan lebih jauh.

Ivara memutar bola matanya dengan malas dan membalikkan badannya untuk menjawab teriakan Yashvi. “Talk to me later!”

Well, terus dia kasih buku ini untuk apa?” Tangan Jiya terangkat ke atas untuk menunjukkan buku hitam yang diberikan Ivara.

Kepala Yashvi menggeleng-geleng sesaat sebelum akhirnya ia menepuk pundak Jiya berkali-kali. “Yuk bestie, bisa yuk! Jangan lemot mulu jadi orang,” guraunya sebelum berjalan pergi menuju parkiran sekolah.

AFVARAWhere stories live. Discover now