Tiga Puluh Delapan

7.3K 916 70
                                    

i'm amazing, aren't i? Lol ok

"Hasilnya positif. Kaca yang kau temukan dengan kaca yang ada ditengkorak Harry." kata Detektif Wilden menunjukkan lembaran hasil tes.

Aku refleks langsung membungkam mulut dan Gemma sendiri tertegun melihat hasilnya. Harry diujung ruangan menjalarkan tangannya kerambut dengan frustasi dan wajahnya memerah menahan emosi.

"Jadi.. jadi Zayn?" tanya Gemma termegap-megap. Detektif Wilden mengangguk dan memberikan beberapa lembar tisu untuk Gemma yang menangis deras sekarang.

"Kami sudah mengecek noda darah dipapan tersebut dan itu adalah DNA Harry. Dan juga, sidik jari Zayn tersebar dimana-mana diatas papan tersebut. Aku merasa bersalah memberitahu kalian soal ini namun kita harus menghadapi kenyataan bahwa memang.. memang dia pelakunya." kata Dr. Eva dengan senyum prihatin. Aku masih membelalak tidak percaya, jujur sebagian kecil dari diriku menolak untuk mempercayai semua bukti ini dan masih berpegang teguh bahwa Liam adalah pelakunya. Semua bukti juga mengarah padanya dan ialah yang meluapkan emosinya saat diinterogasi, justru Zayn malah tenang-tenang saja.

"Ya Tuhan," Gemma menarik nafas, "Zayn.. Zayn sangat dekat dengan Harry.. aku--"

Aku merangkul Gemma saat ia tidak kuat menahan tangisannya lagi, dari ujung mataku kulihat Harry pergi meninggalkan ruangan Detektif Wilden dengan bahu merosot.

"Lalu apa tindakan selanjutnya?" tanyaku pada Detektif Wilden, sambil masih merangkul Gemma.

"Tiga unit mobil polisi sudah siap, aku akan turun tangan sendiri dan mendatangi rumah Zayn. Kau boleh ikut jika kau mau," jawabnya.

"Kapan?"

"Sekarang."

Gemma memutuskan untuk ikut dengan mobil polisi menuju rumah Zayn sedangkan aku menyetir mobilku sendiri karena aku tahu Harry pasti berada didalamnya.

"Hei," kataku saat sudah didalam mobil. Harry diam saja dengan kedua lengan disilangkan. Aku menghela nafas dan memutar tubuhku agar berhadapan dengannya.

"Kami akan kerumah Zayn sekarang," kataku namun tetap tidak ada respon. Akhirnya aku menyerah dan dengan satu hembusan nafas panjang aku mengikuti mobil polisi lain menuju rumah Zayn.

Saat turun dari mobil aku langsung menggandeng tangan Gemma dan ia memelukku sambil masih terus menangis. Detektif Wilden dan opsir Garrett mengetuk pintu rumah Zayn sambil masing-masing siaga mempersiapkan tangan pada pistol yang melekat dipinggang mereka. Pintu rumah terbuka dan memunculkan seorang gadis paruh baya. Ia terlihat terkejut melihat mobil polisi dan petugas berseragam dipekarangan rumahnya.

"Apa Zayn ada?" tanya Detektif Wilden.

"Uh.." belum sempat ia menjawab, seorang wanita yang kutebak adalah ibu Zayn menghampiri Detektif Wilden.

"Ada apa?" tanyanya bingung.

"Kami kesini untuk menangkap Zayn Malik atas tuduhan pembunuhan terhadap Harry Styles,"

Ibu Zayn menautkan alisnya, "Tapi Harry sudah meninggal beberapa bulan yang lalu, dan karena kecelakaan. Bagaiman--"

Detektif Wilden langsung menyelonong masuk ketika melihat Zayn menuruni tangga, opsir Garrett menyusul dan memborgol tangan Zayn seketika.

"Apa-apaan ini?" bentak Zayn seraya memberontak.

"Kau bisa menjelaskan semuanya dikantor polisi setelah ini dan jika kau memutuskan untuk menunggu pengacaramu datang maka kau berhak untuk diam." kata opsir Garrett dengan tegas dan membopong Zayn keluar rumah. Ibu Zayn menangis histeris dan beberapa gadis paruh baya berlari keluar kamar melihat kakak mereka digeret dengan dua petugas polisi. Ketika Zayn lewat didepanku, Gemma langsung maju dan menampar pipi kirinya.

"Kau bajingan!" teriak Gemma, spontan aku langsung menariknya agar tidak melakukan hal bodoh terhadap Zayn. Sama halnya dengan Harry yang memandang Zayn dengan jijik. Sekarang aku harus menenangkan Gemma dan adiknya, sungguh melelahkan.

****

Kini aku dan Gemma kembali berdiri diruangan tepat disebelah ruang interogasi. Zayn duduk didalam sana dengan opsir Garrett dan Detektif Wilden. Harry menghilang entah kemana, terakhir aku melihatnya adalah saat dirumah Zayn tadi.

"Semua bukti mengarah padamu jadi kau tidak bisa mengelak. Kau berhak untuk diam sampai pengacaramu datang dan itu berarti kau akan berada disini semalaman." kata opsir Garrett.

"Aku tidak mengelak," kata Zayn.

"Berarti benar kau yang melakukannya?"

Zayn mengangguk.

"Apa kau akan menceritakan semuanya pada kami sekarang atau haruskah kami memaksamu menceritakannya?"

Zayn mengusap wajahnya dengan kedua tangan lalu menghela nafas panjang.

"Baiklah, aku akan menceritakannya."

Guys ily for making this story gets 6k reads how amazing is that?

Wait, i'm amazing.

Ara is amazing lol k bye

Half the love x.

Gone H.S [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now