[7] new friend

13.9K 388 10
                                    

Kedua mata Levi menyipit saat cahaya matahari masuk menyinari wajahnya. Mata sipit itu mengerjap perlahan untuk menetralkan penglihatannya. Entitas pertama yang Levi lihat adalah lampu gantung yang berada tepat diatas kepalanya.

Levi belum siap bangun karena rasa pusing dan pening yang masih menyerang kepalanya. Selain itu, perutnya pun terasa bergejolak. Benda-benda di sekitarnya seperti berubah menjadi buram. Wajah Levi sangat pucat dan rasa gejolak dalam perutnya semakin menjadi-jadi. Sepersekian detik kemudian Levi berlari membanting pintu kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya di wastafel.

Pria itu mengelap bibir serta wajahnya dengan air sesaat setelah semuanya dimuntahkan. Pening di kepalanya mulai mereda sedikit demi sedikit. Levi kemudian melihat kebawah demi memperhatikan tubuhnya. Tidak ada yang berubah, semua masih sama. Levi masih mengenakan kemeja putih dan dasi hitam serta celana bahan hitam setelan pakaian resmi yang biasa dipakai kerja. Ahh.. Tidak.. Tampaknya ada yang berbeda sedikit. Kancing kemeja Levi setengah terbuka. Ia pun bertanya-tanya.. Memangnya apa yang sudah Levi lakukan?

Tak banyak yang dapat Levi ingat, ia hanya mengingat Wine Bars tempat dimana ia bersama ketiga sahabatnya minum alkohol hingga mabuk. Ahh.. Ya, mabuk! Tadi malam Levi mabuk. Levi ingat saat ia meminum satu botol Wine utuh sampai habis tak tersisa. Tapi Levi kurang ingat bagaimana ia bisa sampai dirumah dengan keadaan selamat. Padahal orang mabuk akan susah mengendarai kendaraan.

"Aahhh..." Levi memegang kepalanya sambil meringis.

Tak lama kemudian muncul seseorang berdiri di ambang pintu sambil menggeleng-gelengkan kepala. Levi melihat kepada orang tersebut dan raut wajahnya langsung berubah menjadi menyesal.

"Ibu..."

"Hmm... Bagus sekali, Levi.. Kau mabuk sampai membuat Petra ketakutan. Bagus sekali!"

"Hah?" mendengar hal tersebut kening Levi berkerut bingung. "Petra ketakutan karenaku? Memangnya apa yang aku lakukan?"

"Dia bilang kau seperti monster!" jawab Kuchel dengan nada setengah membentak, "kau melemparnya ke sofa kemudian menindihnya!"

Awalnya Levi belum mengerti apa yang dimaksud Kuchel, tapi setelah itu iris kelabu Levi langsung melotot saat mengingat apa yang ia lakukan kepada Petra tadi malam.

Saat dimana Levi membuka kancing kemejanya dan mengelus-ngelus paha Petra.

"Holy shit!" umpat Levi tanpa sadar.

"Apa katamu?"

"Maaf.." Levi menarik kata-katanya, "Petra bilang apa lagi selain itu?"

Sesungguhnya pria itu sedang ketakutan setengah mati memikirkan akan seperti apa jadinya jika Petra membeberkan semua perbuatannya waktu itu kepada Kuchel. Bisa-bisa Levi ditendang dari rumah dan yang lebih parah namanya akan dicoret dan tak dianggap lagi sebagai bagian dari keluarga besar Ackerman.

Kuchel seperti menaruh curiga kepada putra satu-satunya tersebut. Pasalnya Levi terlihat begitu ketakutan.

"Kenapa kau ketakutan seperti itu?"

Sadar akan rasa curiga ibunya, Levi segera mengubah raut wajahnya menjadi datar seperti biasa.

"Tidak, bu.." keringat Levi hampir membanjiri pelipis, "aku takut telah menyakiti Petra.. Apalagi dalam keadaan mabuk, kan?"

"hanya itu." jawab wanita paruh baya tersebut, "Petra bilang kau melemparnya  ke sofa dan menuduhnya pencuri."

Sial! Untung saja Petra gadis kecil lugu nan polos, ternyata bocah itu tak mengatakan apa-apa. Syukurlah.. Merupakan keberuntungan bagi Levi. Pria kelam itu akhirnya bernafas lega.

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now