Bab 2

7.5K 563 9
                                    

"DAISY!" Panggil Alvyna tidak sabaran. Dia tidak sabar ditinggal sendiri. Tidak ada suara apa pun yang bisa memberitahukan dia sesuatu. Kecuali dari baunya, Alvyna tahu dia sedang berada di area hutan. Terlalu sunyi untuk sebuah hutan. Batinnya risau.

Hutan macam apa yang tidak ada bunyi binatang? Bahkan suara serangga hutan, yang biasa didengarnya di Manor House Weiningger tidak terdengar sama sekali. "DAISY!" panggilnya lagi. "KEMBALILAH".

Tidak ada tanda-tanda Daisy. "Aku bersumpah Daisy, Kalau kau meninggalkan aku sendiri di sini lebih lama lagi, aku benar-benar akan menjadikanmu roh penasaran" Ancam Alvyna. Makhluk yang di ancam pun tidak tahu batang hidungnya di mana.

"Kau benar-benar mau mempermainkan aku, ya?" Desak Alvyna semakin panik. "Kau tidak peduli lagi dengan persahabatan kita?"

"DAISY AKU BERSUMPAH! KALAU KAU TIDAK MUNCUL SEKARANG JUGA, AKU AKAN,," belum sempat Alvyna menyelesaikan kata-kata ancamannya, tiba-tiba saja suhu di udara turun beberapa derajat. Alvyna menggigil dingin, lalu sebuah suara baru berkata. "Dia tidak terlihat menjanjikan, Nimfa"

Suara itu adalah suara perempuan. Setidaknya seperti itu yang terdengar di telinga Alvyna. Merdu sekali, bahkan dengan nada mengejek begitu pun masih terdengar begitu merdu. Sangking merdunya, bisa saja suara itu dapat menidurkan beruang yang sedang mengamuk. Suaranya halus, lalu lembut, setiap kosa katanya tereja begitu jelas. Mustahil bisa keluar dari mulut manusia. Pikir Alvyna. Bukan berarti dia tahu betul, makhluk apa saja yang ada di Fallenheim. Berdasarkan dari ingatan ibunya, penghuni Fallenheim terlalu agung untuk disebut manusia. Dia tidak pernah melihat manusia itu seperti apa, dia bahkan tidak tahu wajahnya sendiri. Lalu siapa dia, untuk membandingkan makhluk-makhluk di Fallenheim dengan dunianya?

"Dia cukup menjanjikan jika tidak sedang marah-marah" Sahut Daisy. Cekikan.

"Daisy. Bisa-bisanya kau cekikan setelah meninggalkan aku sampai-sampai pantatku keram" Omel Alvyna sambil berdiri. Berkacak pinggang dan menatap lurus kedepan. Sedangkan Daisy melayang di samping kiri Alvyna.

"Hmm,,,. Apa dia mampu?" Komentar suara yang sama lagi. Siapa pun mahkluk yang sedang bersama Daisy, benar-benar membuat Alvyna kesal. Orang bodoh juga tahu, dia sedang mengejek Alvyna.

Iya Alvyna tahu, mungkin di mata mereka dia tampak berantakan. Bagaimana tidak? Sejauh yang bisa dia simpulkan, sebelum Alvyna terjun ke Telaga, dia hanya pakai gaun panjang yang seadanya saja, yang bisa dia ambil dari lemari pakaiannya. Dia tidak sempat memanggil pelayan untuk memilihkan baju untuknya. Karena dia bangun lebih pagi dari biasanya, lalu dengan nelangsa dia mencari jalan ke arah hutan sendirian. Dengan hati yang sedang sakit, dia tidak terlalu fokus berjalan ke arah mana, sampai beberapa kali tersandung dan terjerembab di atas tanah, lalu tenggelam di dasar Telaga, dan Daisy melemparnya ke atas tanah lagi! Jadi, dia yakin sekali penampilannya pasti sangat buruk. Tetap saja, dia tidak suka di ejek seperti itu. Seolah-olah dia belum cukup menderita saja.

"Dewi Agung, saya pastikan, dia jauh lebih tangguh dari Valkyrie yang pernah Para Dewa ciptakan"

"Lalu bagaimana dengan segel Valkyrienya? Sudah terbuka semua?"

"Hanya satu yang baru terbuka"

"Segel yang keberapa?"

"Segel yang kedua, wahai Dewi Agung" Jawab Daisy dengan nada sangat lirih. Seolah jawabannya tidak seharusnya keluar dari mulut dia.

Alvyna dibuat sangat bingung dengan percakapan mereka, dia tidak mengerti sama sekali. Padahal dia yakin apa pun itu, adalah tentang dirinya. Mereka bercakap-cakap seolah-olah dia adalah sebatang pohon yang kebetulan saja ada di hadapan mereka.

Tale Of ValkyriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang