19- Sesal untuk Danes

174 38 22
                                    

Apa yang kamu benci di dunia ini?

Maka Nayra akan menjawab penyesalan. Melihat kehancuran sosok yang dulu kerap menganggungnya membuat sudut hari Yara terasa nyeri.

Danes pernah bilang, jangan pernah mengambil keputusan saat emosi. Kini, ia membenarkan ucapan cowok itu. Yara sangat menyesal dan untuk sekadar memperbaikinya, semua terasa begitu sulit.

Seminggu ini pikirannya hanya tertuju pada Danes. Bagaimana keadaan cowok itu, apakah makan dengan teratur atau bisa tidur dengan nyenyak. Yara ingin mendatangi rumah Danes yang belum masuk sekolah, tapi Arsen melarangnya dengan tegas, bahkan memohon agar dirinya mau bersabar menunggu.

Namun, sampai kapan?

Yara benar-benar ingin melihat kondisi Danes. Makanya, ia nekat datang ke rumah cowok itu sepulang sekolah. Tentu saja Yara tak bilang pada siapapun, termasuk sepupunya.

Membutuhkan waktu lima belas menit untuk menuju rumah Danes. Yara turun dari ojek online dengan hati-hati. Setelah membayar, ia menatap bangunan di depannya yang tampak sepi. Yara ragu ada penghuni di dalamnya.

Mendekat, ia mengetuk pintu berwarna putih di depannya. Butuh waktu lama untuk mendengar langkah yang mendekat dari dalam. Yara menjadi gugup membayangkan harus berhadapan dengan cowok itu.

Yara mengernyit ketika pintu tak kunjung terbuka, padahal ia merasakan seseorang berdiri di baliknya. Apakah Danes tak jadi membuka pintu mengetahui dirinya yang datang?

Cewek itu hendak mengintip lewat jendela. Sayangnya semua gorden tertutup. Yara mendesah, kembali mengetuk pintu.

"Nes?" panggilnya pelan. "Bisa buka pintunya?"

Tak ada jawaban, tapi Yara yakin Danes masih ada di sana. "Gue ... gue tau elo gak ngarepin kedatangan gue, Nes."

Yara menyentuh knop lalu menyandarkan punggungnya. Ia terdiam cukup lama. Mengingat kesalahannya membuat Yara ingin mengulang kembali masa-masa itu. Seharusnya dulu Yara tidak ketus pada Danes. Sejengah apa pun, harusnya Yara memilih diam, bukan melontarkan kata-kata menyakitkan.

"Lo tau Nes? Dulu gue emang suka kesel banget sama lo, tapi ..." Yara menggigit bibirnya bawahnya yang bergetar. "Liat lo hancur bukan keinginan gue, Nes. Gue ... juga gak ngerti, kenapa gue kayak gini, kenapa rasanya sakit liat keadaan elo."

Yara menarik napas, berusaha membuang rasa sesak dalam dadanya. "Maaf Nes, maafin gue. Maaf karena udah ikut andil nyakitin elo. Ma-"

Cewek itu menghentikan ucapannya mendengar suara kunci disusul dengan pintu yang terbuka.

Senyum di bibirnya tak bertahan lama melihat penampilan Danes. Rambutnya acak-acakan. Wajahnya lebih tirus dengan lingkaran hitam di bawah mata yang terlihat begitu jelas. Cowok itu seperti tidak istirahat berhari-hari.

"Danes," gumam Yara lirih. Ia hendak mendekat, tapi Danes refleks mundur dengan tangan bergerak ke arah depan, mencegahnya.

"Udah makan?" Yara rasa kalimat yang keluar dari bibirnya sudah tepat. Sudah jelas Danes tidak baik-baik saja untuk ia tanyakan kabarnya.

Danes bungkam. Namun, tatapannya yang sayu berubah tajam. Melihatnya saja, Yara tahu kalau cowok itu tak menyukai keberadaannya.

"Danes," panggilnya menatap lamat wajah cowok itu dengan perasaan campur aduk. "Elo pasti gak tidur berha-"

"Pulang! Gue gak butuh dikasihani!" Untuk pertama kali, Danes membentaknya dan itu berhasil membuat mata Yara berkaca-kaca.

Ia menyadari perasaannya sebelum kepergian mama Danes. Bagaimana bisa dirinya datang hanya karena rasa kasihan?

Nayara's Two Wishes ✔️Where stories live. Discover now