17- Kehilangan yang Sebenarnya

132 35 28
                                    

Rasa sesal itu ternyata semenyakitkan ini
***

Cewek dengan rambut tergerai itu berlari melewati koridor yang sudah ramai. Kebetulan bel masuk sebentar lagi berbunyi. Sialnya Nayara yang bangun kesiangan tak ingat bahwa di jam pelajaran pertama, ia harus mengumpulkan tugas Bahasa Indonesia.

Beberapa hari terakhir, bebannya bertambah. Memikirkan Danes cukup menguras waktu hingga kerap membuatnya melupakan banyak hal, termasuk pekerjaan rumah yang diberikan bu Arum.

"Eh sorry!"

"Maaf ya maaf!"

"Sorry gak sengaja!"

Nayara terus menggumamkan kalimat sama pada orang-orang yang ditabraknya. Cewek itu sampai kelas dengan napas ngos-ngosan. Keringat tampak bercucuran di dahinya.

Melangkah dengan terseok menuju tempat duduknya, Yara segera membuka buku. Sherin tak ada di kursinya, tapi tasnya sudah tergeletak di sana. Seharusnya Yara meminjam novel untuk mengerjakan tugasnya. Namun, ia tidak memiliki waktu untuk pergi ke perpustakaan. Beruntung Yara memiliki aplikasi novel online di ponselnya.

Segera Yara memilih cerita yang menarik perhatiannya, yaitu sebuah novel remaja berjudul Arsandita karya penulis bernama Akirara. Kebetulan novel tersebut sudah pernah ia baca sampai selesai.

Sherin yang baru kembali dari toilet memperhatikan sahabatnya yang sedang menulis dengan terburu-buru. "Lo baru ngerja-"

"Iya!" potong Yara. Masih dengan tatapan fokus pada buku di hadapannya dan menulis cepat, cewek itu kembali bersuara, "Sorry ya, Rin. Jangan ganggu dulu!"

Bertepatan setelah berbicara, bel masuk terdengar. Yara semakin kelabakan, apalagi Bu Arum selalu datang tepat waktu dan tak pernah memberikan kesempatan pada muridnya yang tidak mengerjakan tugas.

Suara sang guru yang memasuki kelas membuat Yara semakin berkeringat. Ia baru menulis setengah dari resensianya. Itupun dengan tulisan acak-acakan.

"Berdoa dulu, Ra!" ucap Sherin sebelum sahabatanya mendapat teguran dari Bu Arum yang tatapannya kini menyisir penjuru kelas.

Yara segera duduk tegak, menyimpan kedua tangan di atas meja. Ia berdoa, tapi tak fokus karena teringat dengan tugasnya. Yara harap Bu Arum tidak membahas mengenai pekerjaan rumah yang diberikannya.

"Kumpulkan tugas yang ibu kasih!"

Mati gue! Mati! Mati! teriak Yara dalam hati.  Ia menoleh pada Sherin yang menatapnya iba.

"Rin, gimana dong? Belum selesai ini!" Yara hampir menangis, tapi Sherin juga tak bisa membantu ketika teman-temannya sudah mengumpulkan tugas mereka.

Pada akhirnya Yara menyerah saat Bu Arum menanyakan siapa yang tak mengerjakan tugas. Cewek itu berkata jujur pada sang guru tentang tugasnya yang belum selesai karena lupa.

Seperti biasa, siswa yang tidak taat peraturan akan mendapat ceramahan. Yara disuruh menyelesaikan tugasnya di perpustakaan plus dirinya harus membuat dua tugas resensi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari.

Memasuki perpus, Yara melewati rak novel. Ia memutuskan untuk membuat satu tugas resensinya dari novel yang sudah terbit. Cewek itu mencari tempat duduk yang pas. Kebetulan keadaan ruangan cukup sepi karena para siswa sedang mengikuti kegiatan pembelajaran.

Yara fokus menyelesaikan kedua tugas resensinya. Suara gaduh dari beberapa siswa yang memasuki ruangan ia abaikan. Rata-rata mereka yang datang ke perpustakaan di jam seperti ini adalah karena tengah menjalani hukuman. Kalau bukan tak mengerjakan tugas pasti datang terlambat.

Nayara's Two Wishes ✔️Where stories live. Discover now