D I | 01

23.9K 648 10
                                    

"Bella, entar gue mampir ke rumah lo ya. Kita ngerjain tugas bareng," Desya menggoyangkan lengan Bella.

"Modus lo! Pasti lo mau pdkt sama bapak gue kan," Bella mendengus kesal. 

"Itu sih jangan ditanya lagi," ucap Desya sambil terkekeh geli.

"Ayolah Bel bantuin gue buat deketin bokap lo." Desya memasangkan wajah yang imut. Berharap Bella mau menuruti keinginan dirinya.

Bella mendelik, ia meraup wajah Desya menggunakan tangannya. "Ogah, lagian lo tuh banyak yang suka kenapa yang diembat bapak gue. Gue ga mau ya kalau lo jadi emak tiri gue, lo tuh cocok nya jadi sahabat gue."

Memikirkan bagaimana jadinya jika sahabat yang selalu bersamanya menjadi bundanya, ia bergidik ngeri membayangkan hal itu.

"Cinta itu ga butuh alasan Bel. Gue juga gak tau kenapa gue cinta nya sama bokap lo. Kalau lo ga mau bantu juga gapapa, gue bisa berjuang sendiri." setelah mengucapkan itu Desya langsung pergi meninggalkan Bella yang termenung.

Dirinya jadi badmood setelah mendengar perkataan Bella. Hufttt, bahkan sahabatnya pun tidak bisa mengerti dirinya.

"Gue cuman mau yang terbaik buat lo Desya dan itu bukan bokap gue," lirih Bella.

***

"Sorry, gue telat. Tadi ada kelas tambahan soalnya," ucap Desya sambil memasangkan seat belt.

"Santai aja, lagian gue juga gak lagi buru-buru kok." Bella melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan kampus.

Diperjalanan Desya dan Bella mengobrol ringan seperti biasanya.

Tak terasa sudah 20 menit perjalanan. Akhirnya mobil yang dikendarai Bella memasuki gerbang rumahnya. Setelah memarkirkan mobil, mereka pun masuk kedalam rumah dan menuju ke kamar Bella yang berada di lantai tiga.

Brukk

Desya merebahkan dirinya di kasur Bella.

"Akhirnya bisa rebahan juga," Desya mengguling-gulingkan badannya di kasur king size milik Bella.

"Bener-bener ya lo! Kasur gue jadi berantakan!" Bella mendengus sebal.

Desya mengerucutkan bibirnya, "Entar juga gue beresin,"

"Bel, punya snack gak? Gue lapar nih. Cacing -cacing di perut gue lagi pada demo,"

"Ada, ambil aja di dapur."

"Yaudah, gue ke dapur dulu. Bener nih, boleh ngambil?"

"Hmm, ambil aja."

Sesampainya di dapur. Desya membuka lemari makanan, ia berbinar ketika melihat banyak snack. Tanpa basa-basi Desya mengambil berbagai macam snack. Sekarang tangannya sudah penuh dengan snack. Desya melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar Bella.

Brukk

Bella yang tadinya fokus pada ponsel ditangannya, langsung mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara benda yang jatuh.

"Buset Desya! Lo mau ngerampok rumah gue ya! Banyak amat yang lo bawa" ucap Bella sambil menggelengkan kepalanya. Pasalnya, suara benda yang jatuh itu ternyata berbagai macam snack yang disimpan di atas kasur.

Desya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Apaan sih, lagian jarang-jarang gue ngemil kayak gini. Lagian gue lapar banget tau,"

"Ini juga buat persiapan buat nugas nanti," lanjutnya.

Bella berdecak, "Terserah, lo deh."

"Bel, bokap lo kemana?" tanya Desya.

"Bokap gue belum pulang kalau jam segini. Biasalah CEO," jawab Bella.

"Gila sih, udah rajin kaya lagi." ucap Desya sambil tersenyum.

"Matre lo!"

"Dih! Kok lo ngatain gue. Gue kan cuman muji,"

"Ya, ya, ya, terserah lo aja."

"Bel, laptop lo mana? Gue punya list drakor yang katanya seru, nonton yuk!" ajaknya.

"Boleh deh, gue juga bosen. Tuh, laptopnya di tas gue lo ambil aja."

"Sip!"

***

"Gila! Cowoknya brengsek banget! Untung cuman film coba kalau di dunia nyata udah gue bejek-bejek," Desya emosi setelah melihat pemeran pria dalam drama yang sedang ia tonton.

"Di dunia nyata juga ada kali,"

"Hah, emang iya?" dengan polosnya Desya bertanya.

Bella menghela nafas. Sahabatnya ini memang polos. Desya sama sekali tidak tau tentang cowok diluaran sana, Desya memang belum pernah dekat dengan cowok. Berbeda dengan dirinya, Bella memang belum pernah berpacaran tetapi ia sering mendengar curhatan temannya. Terlebih lagi dirinya sering membaca Wattpad. Cowok brengsek sangat lumrah jika disana.

"Aduh, Desya sayang denger ya. Dunia ini kan luas, laki-laki juga banyak, mulai dari spesiesnya. Yakali, gaada yang kayak gitu."

"Oh, gitu ya. Amit-amit deh kalau jodoh gue kayak gitu, ih!" Desya bergidik ngeri.

***

"Des, lo ngerasa gak sih, kuliah bukan bikin kita pinter malah bikin kita tambah bodoh sama stress. Yakali, dikasih tugas sampe bejibun begini," keluh Bella.

"Kita? Lo aja kali. Nilai gue mah selalu bagus gak pernah dapet telur ayam alias nol,"

"Ck, iya yang pinter mah beda."

"Makanya kalau ada yang ga bisa belajar dong, bukannya ngeluh atau nyontek. Kalau kayak gitu terus kapan pinternya?" Desya sudah seperti emak-emak yang sedang menasehati anaknya ketika mendapatkan nilai ulangan yang jelek.

"Masalahnya tuh, gue belajar sampai pagi juga otak gue tetep gini-gini aja, Des." ucap Bella.

"Yaudah gapapa artinya lo udah berusaha. Udah ah! Kapan nih kita lanjutin ngerjain tugas?"

"Ya, lo lanjut aja. Ehm, Des, tapi gue nyontek punya lo ya." pinta Bella.

"Ck! Baru juga di bilangin. Gak! Kerjain sendiri kalau ada yang gak ngerti baru tanya gue,"

"Des, please, sekali aja. Gue lagi males banget hari ini. Bawaannya pengen rebahan terus,"

"Dih! Lo pikir gue nggak? Sama kali, kalau lo nyontek mulu ke gue nanti lo keenakan, guenya nggak,"

"Iya, lain kali nggak deh tapi gue ga bisa janji. Hari ini aja, Des. Pleaseee," Bella menggoyangkan lengan Desya seraya merengek.

"Ck! Oke, tapi lo jangan samain sama tugas gue, entar ketauan." Desya pasrah, kalau Bella sudah merengek begini permintaannya harus dituruti jika tidak bisa-bisa dirinya ngambek.

Bella langsung memeluk Desya erat. "Aaaa!! Makasih Desya sayang!"

"Bella lepasin! Sesek nih gue!"

***

Makasih buat yang udah baca sama vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasih buat yang udah baca sama vote.

Duda ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang