part 16

56 2 0
                                    

"Innalillahi, Ya Allah." ucap nissa dengan menutup mulutnya. Ketika ia mendapat kabar dari Hanah tentang apa yang menimpa Claudya.

"Trus, gimana keadaan Claudya sekarang?"

"Alhamdulillah, dia baik-baik aja. Aku kasian sama pemuda itu. Ya dulu ia memang salah tapi ia juga sudah menebus kesalahannya dan berhak untuk bertaubat."

"Aku tahu itu, Rey memang sudah berubah dan mau bertaubat. Insya Allah besok kami akan datang kesana menjenguk Rey dan tentu aja mau ketemu Claudya bolehkan?" tanya Nissa ragu.

"Tentu aja boleh, kamu kan juga Ibunya."

Setelah sholat subuh Nissa dan Yusuf berangkat ke Jakarta. Tak lupa mereka membawa buah tangan untuk keluarga Rey disana. Mereka juga mengajak Furqon untuk menyetir mobil.

Furqon tak kalah kaget nya ketika akan diajak ke Jakarta. Ia ingin segera bertemu Claudya. Ia masih penasaran tentang siapa itu Claudya sebenarnya.
Masa lalu apa yang membuat ia berada di pesantren dan me jadi anak angkat Bude nya.

Kegelisahan tergambar jelas di raut muka Nissa. Hati kecilnya berkata Claudya gadis yang kuat dan akan menjadi penerang hidupnya kelak.
Beberapa jam dalam perjalanan membuat tubuh yang tak lagi muda merasa sangat kelelahan. Mobil melaju memasuki rest area sekaligus mengisi bahan bakar.

"Furqon!" panggil Nissa.

"Bude sama Pakde ke mushola itu dulu ya mau sholat dan istirahat sebentar di sana." Nissa menunjuk mushola yang berada di rest area itu.

"Enggeh, Bude, nanti saya nyusul," jawabnya.

Sore hari jam pulang kerja mereka baru memasuki Jakarta. Jalanan di kota Jakarta yang begitu macet membuat Furqon frustasi, pasalnya di kampung tidak separah itu jika terjadi kemacetan.

Rasanya ingin sekali ia mengumpat. Andai saja lisannya tak bisa dikondisikan untuk berkata tang baik atau diam. Kata-kata yang buruk pun mungkin akan keluar dari mulutnya.
Rem diinjak mendadak, suara decit gesekan antara ban mobil dan aspal memekakan telinga.

"Lailahaillah, Furqon!" protes Yusuf pada keponakan istrinya, kenapa bisa tiba-tiba berhenti.

"Tadi ada anak kecil lewat Pakde," sanggahnya.

"Makanya bawa mobil itu jangan ngebut-ngebut!" imbuh Bude nya.

Furqon kini melaju kan mobil dengan perlahan ia tak ingin celaka. Mereka langsung ke rumah sakit, tempat rey di rawat. Rey di rawat di ruang Dahlia no. 4 lantai 2. Itu Nissa dapatkan dari Hanah. Untung saja masih jam besuk, jadi mereka tidak diusir oleh petugas rumah sakit.

"Assalamualaikum," salam Yusuf sesaat sampai di brangkar Rey.

"Waalaikumsa- Ustaz, Umi!" ucapan Rey menggantung begitu melihat dua orang yang ia segani datang menjenguknya.

"E-e-e." Rey mencoba untuk duduk tapi tak kuasa ia lakukan karena lukanya cukup serius.

"Tenang wahai anak muda, tidur aja gak usah oecicilan," canda sang uztaz.

"Gimana keadaanmu? Mana-mana yang sakit, hah?" kelakar nya lagi.

"Abi! Masak udah kayak gini masih diajak bercanda, sih!" geram Nissa.

"Kan buat menghibur Umi, tu-tuh kan Rey aja ketawa, masak Umi yang marah." kilah Yusuf sambil menunjuk ke arah Rey yang tertawa akibat ulah ustaznya itu.

"Oya, apa kamu sendirian?" tanya Nissa.

"Ibu pulang sebentar Umi, mengantar aduk saya pulang karena besok pagi dia sekolah," jelas Rey.

"Masya Allah, sampai lupa, Furqon!" panggil Nissa.

Furqon menyerahkan bingkisan pada Nissa.

"Ini ada sedikit oleh-oleh dari kampung untuk  Ibu dan Adikmu." Nissa meletakkan bingkisan itu di meja sampai brangkar nya.

"Ini siapa, umi?" Rey menunjuk Furqon dengan dagunya.

"Oya lupa kenalin, ini Furqon keponakan Umi." mereka berjabat tangan.

"Dia baru pulang ke Indonesia dan sekarang tinggal sama Umi di pesantren."

"Di rumah Umi? Berarti bakalan tiap hari dong ketemu sama Claudya!" banting Rey berkecamuk melihat ketampanan Furqon. Ia takut kalah saing dengannya.

"Cepat sembuh mas Rey dan cepat kembali ke pesantren," ucap Furqon tulus.

"Makasih, " jawabnya singkat.

"Soal biaya, kamu gak usah khawatir. Insya Allah kami akan membantu sampai sembuh total." Yusuf memberikan bantuan untuk Rey karena ia juga mendapat amanah dari seseorang untuk biaya perawatan Rey.

"Terima kasih  Ustaz, Umi. Maaf saya banyak merepotkan," tutur Rey.

"Itu semua berkat pertolongan dari Allah. Jika hidupmu sekarang diwarnai cinta mendalam kepada Allah, maka akan membuat masa lalumu menjadi menjadi mimpi yang indah dan masa depanmu akan menjadi harapan yang cerah." nasehat Yusuf.

"Ya sudah, kamu istirahat aja. Kami juga mau istirahat kasian Umi pasti capek habis perjalanan jauh," ucap Yusuf.

"Salam sama Ibumu ya," tutur Nissa.

"Terima kasih Umi, Ustaz, Furqon sudah mau datang jauh-jauh kesini jenguk orang yang rendah ini."

"Emang udah di ukur tinggi rendahnya?" kelakar Yusuf.

"Abi!" geram Nissa.

"Bercanda Umi..," lirih Yusuf.

"Kami permisi ya  nak Rey, assalamualaikum," pamit Nissa.

Di pelataran rumah sakit mereka bertemu dengan Ainun ibunya Rey.

"Permisi, ustazah Nissa ya?" sapa Ainun.

"Bu Ainun!"

"Alhamdulillah betul ustazah, loh kok bisa disini? Siapa yang sakit, ustazah?"

"Kenalan kami baru kecelakaan dan di rawat di sini jadi kami datang menjenguknya."

"Siapa ini Umi?" bisik Yusuf pada istrinya.

"Oh, ini Bu Ainun. Kami bertemu di pengajian waktu Umi ngisi pengajian di masjid Pondok Gede." Nissa memperkenalkan Ainun pada suaminya.

"Beliau pernah cerita tentang anak laki-lakinya. Oya, gimana anak Ibu? Masih seperti yang dulu?"

"Alhamdulillah dia sudah banyak berubah ustazah. Saya sangat bersyukur. Allah masih ngasih kesempatan anak saya buat bertaubat. Tapi sekarang dia lagi sakit ustazah."

"Sakit? Sakit apa Bu Ainun?"

"Dia baru kecelakaan dan dirawat di rumah sakit ini."

"Siapa namanya Bu?" potong Yusuf.

"Reynaldi pratama, ustaz."
------

Cinta Sang Mantan NapiWhere stories live. Discover now